1.0 - penyesalan

19.5K 578 31
                                    

Celly langsung menaiki mobilnya, ntahlah ia sangat membenci Edgar. Amat amat membenci Edgar. Terutama saat Edgar melupakan janjinya demi mengantar Yeni, si janggut ikan lele julukannya.

Dia masih berbelut dengan pikirannya. Menyesali apa yang telah ia lakukan. Kenapa? Kenapa ia harus mau menerima ajakan Edgar untuk bertemu. Seharusnya, ia sudah tau kalo pada akhirnya dia akan tetap merasakan kesedihan.

Kapan? Kapan ia bisa merasakan kebahagiaan seperti wanita lainnya.

Tes

Entahlah, sudah berapa banyak tetesan air mata yang telah jatuh karna perbuatan Edgar.

Tiba-tiba dari arah berlawanan ada mobil truk dengan kecepatan tinggi menghalangi jalan Celly.

TIN
TIN
TIN

BRAK

BRAK

TINN

Gadis itu tak dapat mengendalikan arah mobilnya lagi. Mobil itu langsung menabrak bagian depan mobil yaris putih miliknya. Remuk? Bahkan itu terlihat bukan seperti mobil lagi tapi lebih ke barang rongsokan.

"Astaga, siswa SMA. Dia berlumuran darah." Ucap seorang pria paru baya saat membuka pintu mobil gadis mungil itu.

Celly, dengan kepala yang ada di stir mobil dan berlumur darah. Naasnya, dia tak mamakai sabuk pengaman.

"Lexa!" teriak seorang lelaki usai turun dari motor ninja hitam miliknya.

Ya. Siapa lagi orang yang memanggil ia Lexa selain Ken. Si anak baru yang sudah jatuh cinta pada Celly dari pandangan pertama.

"Pak, pak, tolongin teman saya pak. Aduh ya Tuhan. Kenapa bisa gini?" Panik? Iya. Lelaki mana tak panik saat tau bahwa wanita yang ia cintai terbujur kaku berlumur darah.

"Lo berdua bakal berurusan sama gue." Ancam Ken saat sudah memasukkan Celly ke taksi biru muda yang kebetulan ada di sana.

"Pak saya titip motor saya disini dulu. Dan tolong segera hubungi polisi. Saya mohon pak." Ucap Ken kepada lelaki paruh baya yang telah membantu Celly tadi.

"Iya, kamu jangan khawatir nak. Cepet bawa temen kamu ke rumah sakit." Balas sang bapak tak kalah khawatirnya.

"Makasih pak." Ia langsung bergegas masuk ke mobil dan membawa Celly ke rumah sakit.

Tak peduli baju seragamnya berlumur darah, tak peduli juga seberapa banyak ia harus mengganti rugi jok mobil taksi ini di karnakan darah Celly yang menetes. Yang terpenting baginya adalah Celly. Celly selamat dan ada di sampingnya.

"Lexa, bangun, Lex." ucapnya memangku kepala gadis itu.

"Pak cepetan! Ngebut pak! Ngebut!" Paniknya.

"Iya. Ini udah ngebut nak!" Balas pak sopir tak kalah paniknya.

***

Disinilah Ken. Dengan tubuhnya berbecak darah. Ia bahkan tak mambawa tas bahkan ia tak tau bagaimana dia harus menghubungi keluarga Celly.

Pertama, ia hanya membawa dompet dan Iphonenya yang memang ada di saku celananya. Adminstrasi sudah ia lunasi, tapi keluarganya? Percuma ia memiliki Iphone 11 Pro Max tapi tak ada keluarga Celly yang bisa ia hubungi.

Kedua, ia bingung harus bagaimana, sebab Iphone, tas bahkan mobil Celly yang hancur itu pun tak terpikirkan olehnya sebab kepanikan yang di alaminya saat melihat Celly tak berdaya.

"Ya Tuhan, gue harus hubungin siapa?" Ucapnya sambil membuka kontak Line dan WAnya. Berharap akan ada seseorang yang mengetahui semua tentang Celly.

MANTAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang