Well, hari ini adalah kesempatanku untuk membuat momentum yang tak terlupakan. Kampus terlihat meriah, panggung masih dalam tahap penyelesaian, para mahasiswa terlihat antusias memakai atribut tema konser “Go Green To Earth” pagi ini. Memang acara konser sebenarnya malam hari, pagi ini baru acara penanaman massal di tepi danau kampus. Aku duduk agak jauh dari keramaian, sesekali melihat kearah kerumunan yang terlihat heboh memotret beberapa penjabat yang ikut menanam pohon, termasuk Gubernur DKI yang kini sering tampil di berita televisi. Kelihatannya semacam publikasi politik, aku tidak begitu suka dengan politik, rumit sekali negara ini.
Aku melihat jam tanganku sejenak, beberapa mahasiswi yang berlalu-lalang dihadapanku memasang senyum aneh dan sedikit berbisik, seakan halte ini terlihat lucu ketika aku mendudukinya, kadang aku menoleh kebelakang untuk meyakinkan kalau mereka sedang menyapa orang lain. Kebosanan mulai menyelimutiku, satu jam menunggu Kyuna datang menemuiku disini, tiket itu penting sekali bagiku. Ini kesempatan langka, disaat seseorang yang kita sukai menyetujui ajakan kita di waktu yang tepat membuatmu bersikeras untuk tidak mengagalkan momen ini. Aku khawatir kalau Kyuna lupa akan janjinya.
Dari arah belakang, seseorang menjitakku dan tebakkanku adalah Kyuna. Sayangnya tebakkanku salah, orang yang tidak kuharapkan saat ini justru datang untuk menggodaku. Coffee terlihat gembira hari ini, mungkin dia baru mendapatkan nilai A dari beberapa mata kuliahnya atau Kyuna menelponnya lagi, tidak ada yang menarik. Aku butuh tiket itu sebelum konsernya mulai malam ini.
Coffee duduk disampingku seperti posisi di warteg, “Gimana, tiketnya udah dianterin? Kok loe gak tahan dia dulu sih?” tanyanya setengah teriak, kegembiraan yang meluap-luap mengakibatkan beberapa orang yang lalu-lalang menoleh ke arahku dan Coffee.
“Santai aja kali... dia belum dateng dari tadi. Gue udah satu jam lebih disini, shit !” aku mulai kesal, “baru kali ini gue nunggu lama, kalau gak penting sih udah gue tinggal dari tadi. Bray, loe ketemu sama dia?”
“Kagak, gue telpon yang jawab si miss cantik (operator), makanya gue nyariin loe. Sekarang gimana nih Brown, masa gagal nonton konsernya?” raut wajah Coffee berubah murung.
“Jiaahhh... kalau yang jawab miss cantik, mestinya loe isi pulsa dulu, Fee! Kebiasaan loe, gue lagi dah yang keluar pulsa.”
Aku segera menghubungi Kyuna, terdengar sahutan miss cantik yang menyuruhku meninggalkan pesan, Coffee kali ini tidak bercanda. Kulihat dia kecewa seolah-olah dadanya ditikam sesuatu dari depan, lesu sekali. Aku menghiburnya dan mengatakan kalau kita masih bisa mendapatkan tiket dari panitia.
Ketika hendak berdiri, terdengar teriakan suara perempuan memanggil namaku dari kejauhan. Aku menoleh kebelakang, kelihatanya dia tergesa-gesa, itu Kyuna bersama temannya. Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat temannya, gadis itu bergandengan tangan dengan Kyuna, dia menunduk, wajahnya terhalang poni rambutnya yang panjang. Saat mendekat, Coffee kembali bersemangat seperti sebelumnya dan aku mencoba mengingat-ingat sesuatu sembari berbicara dengan Kyuna.
“Lama banget sih loe, kekurangan panitia kuli buat panggungnya?” lalu aku menatap Kyuna, aku memasang raut bosan agar dia terlihat menyesal.
“I’m sorry, tadi ada sedikit keributan dilapangan. Biasa, beberapa fans fanatik yang ngeselin nerobos masuk ke tenda para artis, hape gue lowbat, so this’s not my false at all.” jelasnya lalu meronggoh tas untuk mengambil beberapa tiket, “kenalin ini temen kampus gue, namanya Resty dan sekelas sama gue. Resty ini Noldi, sepupu gue.” ujar Kyuna yang masih sibuk mencari enam tiket diantara beberapa koleksi pribadi didalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
== BROWN ! ==
General FictionCopyright to FriestSatria, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepengetahuan Pe...