Teman Hidup (Part 3)

93 8 3
                                    

"Syukurlah,aku sekelas bareng Si kembar lagi",sorak bahagiaku dalam hati sambil melihat2 wajah satu persatu siswa baru yang ada di kelas 1-A ini.

Ya,aku sekarang sudah memakai seragam merah putih dengan wajah yang tetap imut seperti tahun kemaren.
Aku dan si kembar masih satu sekolahan di SD Bintang. Sekolah ini bersebelahan dengan TK aku dulu,TK Pelangi. Jadi sekolah ini tetap dekat dengan rumahku.
Aku sangat senang tidak berpisah sekolah dengan Yudi,karena aku sudah nyaman berada di dekat dia. Aku lebih dekat dengan Yudi daripada Dika ,kembarannya. Yudi selalu membuatku tersenyum dan tak pernah membiarkan ku terlarut dalam kesedihan karena aku di tinggalkan Fikra dulu. Dan untung nya masih ada teman ku untuk pulang tanpa khawatir untuk sendirian lagi.

Saat nya guru wali kelas untuk membagi tempat duduk siswa nya.
     Akhirnya guru wali kelas memilih aku dan Yudi untuk duduk sebangku di pojok depan sebelah kanan. Seneng nya bukan main,aku sampai loncat2 kegirangan. 
Yudi yang bingung pun ikut2an loncat seperti aku padahal dia gak tau kenapa harus loncat2an. Dasar bocah!


      Sampai kelas 5 pun aku tetap sekelas dengan Yudi. Ntah emang siswa di sekolah ini sedikit atau emang kami ditakdirkan buat berdua terus.

   Yudi orang nya sangat lucu,baik,pintar, dia tambah ganteng pula,tapi satu sifat yang tidak aku sukai dari Yudi,yaitu sifat Jahilnya!

Pernah kejadian waktu hujan,aku sedang bermain air  yang ada di selokan sambil memegang perahu kertas yang sudah lepek karena terkena rintikan hujan.

Aku merasakan sesuatu yang aneh dan berat di kepalaku. Aku memegang sesuatu yang berlendir,dan
"Aaaaaakkhhh.." Sumpah demi dewa neptunus,aku teriak dengan sangat nyaring dan loncat ketakutan karena kodok besar hijau berlendir menjijikan  itu baru saja jatuh dari kepala ku.
Sampai aku terjatuh di bawah deras nya hujan dan menangis sekencang2 nya. Sekarang aku jadi pusat perhatian semua orang.
    Ternyata Yudi lah dalang dari semua kejadian ini. Kenapa dia tega banget buat jahilin aku separah ini.
    Yudi menolong ku untuk berdiri. Tapi aku menolak pertolongan dia. Aku lebih memilih berdiri sendiri dan melarikan diri ke toilet sekolah.
  Aku menangis sejadi-jadi nya di dalam toilet. Aku tidak mempedulikan badan ku yang menggigil kedinginan, basah kuyup dan kotor akibat terjatuh tadi. Aku terus bertanya2 dalam hati,kenapa Yudi tega melakukannya? Bukankah kita ini teman? Kalo teman pasti tidak akan buat aku menangis seperti ini kan?
Kemudian terdengar seseorang memanggil2 namaku dari luar sana ,yang sudah kuduga itu pasti suara Yudi. Aku  berteriak pada nya dari dalam toilet "Aku benci Yudi. Yudi bukan temanku lagi."
Yudi terus meminta maaf atas kelakuanya yang sudah sangat kelewatan itu.  Tapi aku tidak menghiraukannya.

Suara Yudi tidak terdengar lagi,mungkin dia sudah pergi. Aku keluar dari toilet,tetapi kepalaku terasa sangat pusing dan aku pun terjatuh. Semua nya tampak berputar2 dan lama-kelamaan semuanya pun gelap.

Perlahan aku membuka mataku dan terlihat lah foto ku waktu kecil sedang tersenyum bersama Fikra yang terpajang di tembok dinding berwarna biru toska yang ku tahui,ini adalah kamar ku sendiri. Aku lihat jam kecil diatas meja belajar ku yang menunjukkan pukul 8,ntah pagi atau malam, ku lihat gorden jendela ku sudah terbuka lebar dan sinar mentari pun menusukkam cahayanya ke dalam kamarku,dan ternyata sekarang sudah pagi.
Kepalaku masih terasa sedikit pusing dan aku mencoba untuk mengingat2,apa yang sudah terjadi.
Dan aku melihat,seorang laki2 berbadan sedikit lebih tinggi dariku sedang tertidur di samping kasur ku,ternyata itu Yudi.
Aku baru ingat semua kejadian kemaren. Kebencian ku pada Yudi kembali lagi. Aku memukul Yudi yang sedang terlelap itu dengan bantalku.
Dia terkejut dan langsung terbangun.
"Kamu kenapa sih Aira?"
"Kamu tu yang kenapa? Jahat banget sih jadi orang? Udah jelas aku benci sama kodok,masih aja beraninya narok hewan yg menjijikan itu di kepala aku yang suci ini,dan lagi ngapain kamu di kamar ku ha,aku benci kamu Yudi,pergi sana,pergi!!!",serangan bantalku bertubi2 tanpa henti dan tak menghiraukan Yudi yang sedang kesakitan.
Yudi mencoba menghentikan ku dan dia berhasil menahan tanganku agar tidak mengamuk lagi.
"Aira,dengar kan aku dulu,aku minta maaf,aku tidak bermaksud buat kamu nangis kemaren,sebenarnya aku disuruh sama Dika,awalnya aku menolak,tapi Dika mengancamku. Dengan terpaksa aku melakukan perintah dia. Aku kasihan melihat kamu jatuh,kehujanan dan sampai kamu pingsan di di dekat toilet kemaren. Jadi aku panggil bapak guru buat bawa kamu pulang. Dan aku bilang sama tante kamu,biar aku yang jagain kamu sampai kamu sembuh. Maafkan aku Aira,aku sangat menyesal. Seharusnya aku tidak menuruti kata2 Dika."
Aku pun terdiam mendengar pengakuan Yudi,tiba2 aku iba melihat wajah Yudi yang tertunduk sedih itu.
"Baiklah,aku memaafkan mu,tapi janji jangan lakukan itu lagi yah,dan ingat AKU BENCI KODOK,oke?"
"Iya,aku janji dan selalu ingat. Jadi kita tetap teman kan?"
"Teman..",balasku dengan senyuman

Author POV
Setelah kejadian itu,pertemanan Aira dan Yudi pun semakin erat sampai mereka berdua mulai beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 6 SD.
Sama seperti sebelumnya,mereka satu kelas lagi. Mereke ini emang tidak dapat dipisahkan. Tapi bukan berarti Aira tidak punya teman cewek yah. Aira juga punya banyak teman cewek kok seperti Nisa,Rima,Najwa,Nino,Hilda,dll.

Suatu hari,Aira merasakan perasaan yang berbeda ke Yudi. Dia tidak tau perasaan apa ini,tapi setiap dia dekat dengan Yudi,jantung nya berdegup cepat dan pipi nya selalu merona jika Yudi memandangnya. Bagaimana tidak,Yudi sekarang memiliki tubuh tinggi,ideal,wajah ganteng dan tampak seperti remaja berusia 17 tahunan,walaupun sebenarnya dia masih kelas 6 SD.

Aira menceritakan isi perasaan nya kepada teman dekatnya,Rima.
Aira tahu,Rima paling bisa diandalkan buat jaga rahasia dan bisa ngasih motivasi2 kayak Mario Teguh gitu.

Aira menghampiri Rima yang sedang duduk di taman sedang membaca majalah KPOP kesayangannya,karena sekarang ini lagi demam2 nya KPOP di kalangan siswi SMA sampai SD.
"Ma,aku mau cerita deh",Aira duduk di sebelah Rima yang masih sibuk dengan majalahnya
"hhmm..",jawab dia cuek
"Iiss..Rima,serius deh,aku mau cerita ni",Aira menutup paksa majalah yang sedang asyik dibaca Rima itu
"Aduh Aira ni ganggu aja. Pasti kamu mau cerita tentang Yudi kan?"
"Eh kok kamu tau,jangan2 kamu punya indera ke delapan yah?"
"Bapakmu indera ke delapan,jelas lah kamu mau cerita tentang Yudi. Kamu tu kalo curhat sama aku pasti tentang Yudi terus,ya pasti lah aku tau"
"Eh iya ya,hhmm,tapi sekarang berbeda ma"
"Apa nya yang beda?",tanya Rima malas
"Perasaan nya seperti aku ingin lebih dekat dengan Yudi,bukan sebagai teman mungkin mau lebih dari itu. Tapi aku gak tau itu apa"
"Haa?? Jangan2 kamu mau jadi pacar nya Yudi yah?"
"Iiss kamu apa2an sih,masih kecil gak boleh pacaran"
"Tapi kan itu yang kamu bilang tadi,mau lebih dari sekedar teman. Itu nama nya pacaran. Aduh neng,masih SD gini jangan pikirin pacaran dulu deh,rusak generasi bangsa kita nnti ,tunggu kalo udah gede' nnti,baru boleh,ya kalo situ laku. lagian kata kakak aku,kalo cinta nya anak SD itu cuma CINTA MONYET"
"Bodo amat lah" Aira meninggalkan Rima begitu saja
"Ya elah si eneng,tadi maksa2 mau cerita,belum selesai orang ngomong udah main cabut aja,Dasar bocah!"

Aira masuk ke dalam kelas dan Yudi melihat Aira yang hendak memasuki kelasnya dari kelas sebelah. Yudi langsung berlari mengejar Aira.
'Tap' sekarang mereka berdua tepat didepan pintu kelas sambil berhadapan
"Hai Aira",sapa lembut Yudi dengan senyuman manis dari bibirnya.
Deg-deg-deg
Jantung Aira berdegup dengan cepat dan tak beraturan. Dia terdiam melihat wajah Yudi yang kini sangat dekat dengan wajah nya. Pipi imut nya merah merona dan pikiran dia pun mulai kacau
"Sial,aku benar2 cinta sama dia",teriak Aira dalam hatinya.

Diary AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang