Bab 3

41 2 0
                                    

       "Aku baru menyadari bahwa di dekat sekolah ada toko buku." Akane memanggut menatap isi ruangan, kagum dengan interior yang super lucu ini. Mereka sudah sampai. Benar kata Ichiro, toko ini tidak terlalu jauh.

       Ternyata toko ini tidak seperti toko buku yang Akane pikirkan. Ini adalah tempat peminjaman bukuㅡkalau menurutnya sih begitu. Bedanya hanya di toko ini tersedia buku-buku baru atau buku yang masih tersegel, jadi bagi yang ingin membelinya pun juga bisa.

       Toko dengan bercat orange ini mempunyai ruangan yang di desain seperti perpustakaan. Nyaman dan tenang. Terdapat beberapa sofa empuk yang memungkinkan para pengunjung untuk membaca dengan lebih santai. Tak hanya indoor, tetapi juga terdapat ruangan outdoor. Yaitu di lantai dua, lebih tepatnya balkon yang luas yang telah menyediakan tempat duduk dan meja untuk para pembaca, serta beberapa sofa dan karpet yang tersedia di dekat rak-rak buku yang tinggi menjulang.

       "Kawaii," ucap Akane setengah berbisik. Ia masih melihat-lihat di setiap isi ruangan yang ada. Ternyata ada beberapa ruangan. Ada ruangan yang berisikan buku khusus untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa yang di desain menurut usia. Benar-benar kawaii.

       Akane baru sadar jika ia terlalu asyik melihat-melihat sudut demi sudut ruangan ketika ia menyadari suatu hal. Langkah kakinya terhenti seketika. Dimana Ichiro?

       Akane menepuk dahi dengan sedikit panik. Kemudian ia mempercepat jalan dan sesekali mengintip di sela-sela rak-rak buku berwarna putih yang tinggi menjulang. Barangkali ia mendapati bayangan Ichiro.

       Ck. Kemana perginya lelaki itu? Cepat sekali menghilangnya. Ruangan ini sangat luas dan bagaimana kalau ia tersesat danㅡaduh!

       Akane menabrak seseorang yangㅡentah kapan orang ini muncul begitu saja. Ia mendongak, menatap siapa laki-laki bersepatu merah itu.

       Eh?

       Akane terkejut dan cepat-cepat mundur satu langkah ke belakang. Laki-laki itupun melakukan hal yang sama. "Kau?" mereka sama-sama menunjuk satu sama lain. 

       "Ken... Ken Yamamoto?" Akane menyipitkan mata.

       Lelaki itu mengangguk, lalu, "Kau sendiri...," lelaki itu mendesis pelan, mencoba mengingat nama gadis yang ia tabrak. Akane menaikkan alis. Dia tak ingat padanya?

       "Kobayashi Akemi?" ujar laki-laki ini dengan mengerutkan kening sambil mengetuk-ngetuk pelipis menggunakan telunjuknya.

       Akane mengeryit. "Kobayashi Akane." Ia sedikit menekankan kata 'Akane'. Bisa-bisanya laki-laki itu lupa dengannya. Danㅡhei! Padahal lelaki ini juga menjadi pengurus kelas sama seperti dirinya. Benar-benar...

       Lelaki itu tertawa singkat dengan wajahnya yang tidak berdosa. "Omong-omong, kau masuk sekolah hari ini?" tanyanya setelah sadar bahwa Akane yang memang sejak tadi memakai seragam sekolah. Kemudian Akane menjawabnya dengan tertawa renyah. Jujur saja, ia malu membahasnya.

       "Ada yang lucu?"

       Mereka berdua menoleh kearah suara dan mendapati Ichiro yang sedang berjalan kearah mereka. "Dari mana saja kau?" lelaki itu membawa tas plastik yang berisikan beberapa buku.

       "Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu," Akane memainkan bibir.

       "Ya, sudah. Sepertinya kita harus pulang sekarang." Ichiro segera membalikkan badan dan langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki memakai pakaian abu-abu dengan dibalut jaket hitam yang sedang melihat kearahnya. "Siapa?" tanyanya dengan ekspresi datar.

       Kebingungan yang terlihat diraut wajah Ken tambah berkali lipat setelah melihat kehadiran Ichiro yang ditambah denganㅡyaㅡia juga memakai seragam.

       Akane tertawa hambar. "Ah, sepertinya kalian belum saling mengenal," katanya pada akhirnya, memecah keheningan yang membungkam selama beberapa detik. "Ichiro-san. Perkenalkan, dia teman sekelasku, Ken."

       Detik berikutnya lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Ichiro dengan wajah yang masih terlihat kebingungan, lalu detik berikutnya ekspresi bingungnya sedikit memudar dan ia menyimpulkan seulas senyum tipis yang tersungging di bibirnya.

       "Ichiro Nakamura. Kelas 1-3." Kemudian Ichiro menjawab uluran tangan Ken, masih dengan ekspresi datar.

       "Kalau begitu, ayo pulang, Ichiro-san. Aku tak ingin tertinggal bus lagi," Akane tertawa singkat dan, "Sampai jumpa, Ken-san. Ingat namaku baik-baik." Ia memperlihatkan jari telunjuk kearah Ken. Laki-laki itu membalasnya hanya dengan tersenyum. Ia memperhatikan Akane dan Ichiro sampai diambang pintu.

       Ken menghembuskan napas perlahan. "Ia menyuruhku untuk mengingat namanya? Bahkan ia pun tidak menjawab mengapa ia dan temannya memakai seragam sekolah," katanya dengan acuh tak acuh.

       Ia mengangkat bahu dan tak ingin ambil pusing. Kemudian ia pun segera mengenyahkan pikiran itu dan bergegas untuk ke kasir.

***

       "Sayonara, Ichiro-san!" sahut Akane yang sedikit berteriak.

       Lelaki yang berada di seberang jalan itu mengangguk dan tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Panggil saja aku Ichiro-kun mulai saat ini," katanya dengan sedikit berteriak.

       Akane terkekeh. "Baiklah, Ichiro-kun." Lalu dengan segera ia menaiki bus yang baru saja tiba. Ia menghembuskan napas perlahan seraya duduk di kursi yang kosong. Dan tentu saja, dekat jendela.

       Ia menggigit bibir di bagian bawah, lalu mendecakkan lidah. 

       Apa yang telah kulakukan?

       Dalam diam, gadis ini terus memikirkan lelaki itu. Bagaimana bisa semirip itu? Sungguh gila rasanya. Ia memijat pelipisnya. Ia mengaku, bahwa sejak tadi di toko buku, lalu berjalan ke halte bus depan sekolah, yang ia pikirkan saat itu hanyalah Tamura Hiroshi yang sedang bersamanya. Bukan Nakamura Ichiro.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang