Bab 13

16 0 0
                                    


Saat ini adalah jadwal mereka untuk bermain ski. Para siswa saat ini tengah memakai pakaian serba tebal. Mulai dari jaket, syal, dan sepatu boots. Mereka hari ini benar-benar siap untuk memulai aktivitasnya. Terlihat sekali dari raut wajah mereka yang sangat antusias menanti tibanya hari ini.

Saat ini Akane memakai jaket tebal yang berwarna putih, celana hitam, topi rajut berwarna ungu kemerahan, serta sepatu boots berwarna cokelat tua. Ia sedang bermain salju bersama kedua sahabatnya. Mengisi kekosongan untuk menunggu antrean ski.

"Hei, lihat! Kawaii ne?" sahut Akane yang barusan selesai membuat snowman.

Haruka tertawa melihat hasil karya temannya itu, "Wah, biar aku berpikir terlebih dahulu," sambil berpose seolah-olah ia sedang berpikir, lalu, "Bukankah itu malah terlihat seperti gundukan salju yang tidak beraturan?"

"Nani?! Kejam sekali," jawab Akane sambil menggerutu.

"Justru Haruka-chan berkata dengan sangat jujur," tambah Ayako.

Terserah apa kata kedua temannya itu. Akane tidak peduli. Menurutnya karyanya ini cukup bagus. Ya, hanya saja... sedikit tidak simetris.

"Kira-kira siapa yang akan mendapat juara ski kali ini?"

"Jika dilihat dari percobaan tadi, kurasa Nakamura Ichiro-lah yang akan menjadi pemenangnya."

Akane membalikkan badan setelah mendengar nama yang ia kenali tersebut.

"Ya, kau benar sekali! Ichiro-san lah yang terbaik. Selain tampan, ia selalu bisa melakukan apa saja. Benar-benar sempurna."

Ah, ia hampir lupa tentang hal itu. Lupakan soal snowman. Sekitar setengah jam lagi akan diadakan lomba ski dan pemenangnya akan dipilih berdasarkan kategori putra dan putri. Dimana pemenang akan dinilai yang terbaik. Mulai dari start hingga finish. Tentu saja teknik dalam permainan ini menjadi point utama.

"Wah, apa-apaan tadi? Kau dengar bukan, Akane-chan? Laki-laki itu sangat sempurna," timpal Ayako yang juga mendengar perkataan kedua gadis barusan.

"Ya. Dan kalian sangat mengidolakannya," sahut Akane.

"Oh, ayolah. Dia benar-benar sempurna, kau tahu," kata Haruka.

"Hei, ingatlah kekasihmu," seru Ayako sambil menyubit pelan tangan Haruka. Sementara itu Haruka membalasnya dengan tertawa.

Ketiga sahabat tersebut berhenti tertawa setelah mendengar panggilan dari Watanabe-sensei selaku penanggung jawab atas kegiatan hari ini. Mereka bertiga beserta belasan temannya segera bergegas mendekati area permainan. Inilah saatnya giliran mereka untuk berlatih bermain ski.

***

"Wah, rupanya kau cukup pandai, Akane-san," sahut seorang pemuda pemandu ski yang bertugas untuk melatih para murid untuk persiapan lomba yang akan diselenggarakan sebentar lagi.

"Ah, tidak juga. Itu karena Takayama-san mengajariku dengan sangat baik," jawab Akane sambil membuka kacamata ski-nya.

Takayama Mitsuki tertawa. "Semoga kau menang, Akane-san. Aku mendukungmu, ganbatte ne!" ujarnya sambil mengepalkan tangan.

Akane ikut mengepalkan tangannya sambil tersenyum ramah kepada pemuda berumur 25 tahun ini. "Arigatou gozaimasu, Takayama-san."

Takayama teringat sesuatu, lalu, "Akan kuralat, aku akan mendukung kalian berdua."

Akane mengernyitkan mata. "Kami berdua? Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Ken?" ujar Takayama sambil tertawa. "Kau tidak tahu? Dia cukup pandai saat bermain ski. Awalnya ia ragu, katanya ia belum pernah sama sekali mencoba untuk bermain ski karena menurutnya akan sulit. Tetapi, ini sangat fantastis. Dia bisa menguasainya dengan waktu yang singkat dan permainannya akurat."

Mata Akane membulat. Tapi kalau dipikir-pikir, mungkin saja Ken cepat menguasai hal-hal semacam itu. Lagipula, ia kan "pemain terbaik." Dan memang lelaki itu sering mendapatkan nilai tertinggi di mata pelajaran olahraga di kelasnya. Ah, tapi tadi ada wanita yang berkata bahwa Ichiro...

"Bagaimana dengan Ichiro-kun? Bukankah ia juga bagus dalam bermain ski?"

Takayama memegang dagunya. "Hmm... maksudmu Nakamura Ichiro? Lelaki tinggi, berambut hitam, dan mempunyai banyak penggemar itu?"

Akane tertawa saat mendengar pertanyaan itu. Tetapi bagaimanapun fakta itu tidak bisa diganggu gugat. Memang itulah kenyataannya. Sambil tertawa, Akane mengiyakan sebagai jawaban atas pertanyaan Takayama.

Lelaki itupun mendengus pelan. "Aku hampir lupa, dia juga memiliki skill yang bagus. Mungkin mereka berdua bisa menjadi saingan yang hebat."

Gadis itu mengangguk paham dan ia merasa sangat antusias untuk perlombaan nanti. Ia sangat penasaran siapakah pemenang diantara kedua lelaki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang