Bab 1

146 7 2
                                    


       Inilah kehidupan barunya. Sekolah barunya. Kenangan barunya. Semuanya akan dimulai pada detik ini juga. Masa lalu yang pahit biarkan ia jadikan sebuah pelajaran yang berharga untuknya. Ia rasa itu adalah pilihan yang tepat.

       Kobayashi Akane mengatur posisi kacamata yang sedikit longgar. Ia tak biasa memakai kacamata. Gadis ini hanya memakainya pada saat pelajaran, atau mengerjakan tugas. Seperti saat ini.

       Sungguh. Minggu pertama awal masuk SMA sudah diberikan tugas yang tak memberinya ampun. Ia pun tidak sempat menonton film di bioskop bersama teman-teman. Oh, tolonglah. Tidak ada salahnya kan untuk menjernihkan pikiran dengan cara itu?

       Ia mengeluh pelan. Banyak orang mengatakan bahwa masa SMA adalah masa-masa terindah. Terindah apanya, tersiksa iya. Baru awalan masuk sudah sebegini banyak tugasnya. Tugas kelompoklah, tugas individu, tugas diskusi, dan dan beribu-ribu istilah lainnya.

       Tiba-tiba ada seseorang yang duduk tepat di depan Akane. Ia mendongak, menatap siapa yang menempati kursi di hadapannya. "Hai," sapa gadis berambut pendek sebahu itu.

       "Lama sekali datangnya," jawab Akane kesal.

       Perempuan itu terkekeh. "Maaf, Akane-1chan. Bagaimana? Apakah tugasmu sudah selesai?"

       Akane menyesap cokelat hangat yang ia ambil di dekat kertas-kertas yang berserakan dimeja. "Hampir selesai."

       Ito Katsumi mengangguk paham. Beberapa saat kemudian, ia teringat sesuatu. "Eh, percaya atau tidak, kau harus percaya." Akane tidak terlalu memperdulikannya. Ia tetap fokus dengan lembaran demi lembaran diatas meja. Kalau ia sedang mengerjakan tugas, ia tidak bisa diganggu.

       Katsumi menghembuskan napas. Ia tahu bahwa temannya akan seperti ini jika sudah serius mengerjakan tugas. Ia sudah tidak sabar lagi. "Di kelasku ada seseorang yang mirip dengan Hiroshi-2kun."

       Sontak Akane menghentikan jemari pada saat itu juga. Satu kata dari jawaban yang ia tulis pun belum sepenuhnya terselesaikan. Apa?

       Akane mengalihkan pandangan kearah Katsumi dengan sekelebat rasa penasaran yang tiba-tiba menghantamnya. "Apa maksudmu?" tanyanya cepat.

       "Teman sekelasku ada yang mirip dengan Hiroshi-kun. Tingginya, wajahnya, semua mirip," ujar Katsumi dengan penuh keyakinan.

       Katsumi adalah satu-satunya teman SMP yang sekarang satu sekolah dengan Akane. Dialah tempatnya untuk bercerita, tidak ada seorangpun selain Katsumi yang pernah melihatnya menderita hanya gara-gara seorang lelaki. Hanya Katsumi. Ia sahabat terbaik Akane. Tetapi buruknya, Katsumi tidak sekelas dengannya lagi sekarang. Maka dari itu, mereka menyempatkan diri untuk bertemu. Ya, walau dalam kondisi Akane sibuk dengan tugasnya.

       "Apa kau serius?" Akane mengerutkan kening.

       Katsumi mengangguk mantap. "Aku lupa namanya. Yang jelas besok waktu jam istirahat, kau ke kelasku saja. Beberapa hari lalu dia tidak pernah makan di kantin. Dia lebih sering membaca buku ketimbang mengisi perutnya."

       Akane terdiam sejenak. "Tetapi kurasa sifat mereka bertolak belakang. Hiroshi-kun anti membaca buku," ia mengangkat bahu sambil tersenyum masam.

       "Em..., maaf. Aku tidak bermaksud mengingatkanmu dengan Hiroshi," Katsumi menggigit bibir bawahnya. Merasa tidak nyaman telah membicarakan hal ini.

       Jujur saja, sepertinya Akane menjadi tidak fokus dengan tugasnya setelah mendengar apa yang dikatakan Katsumi beberapa menit yang lalu. Penasaran? Ia sungguh benar-benar penasaran. Rasa penasaran ini seolah telah memberhentikan semua kinerja otaknya. Hanya gara-gara nama itu.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang