Sweetest Devotion

7.7K 485 6
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanya Alex pada Emilio menggunakan bahasa spanyol dimana Emma pasti dapat menebak jika Alex sedang menanyakan keadaan yang sesungguhnya dari Marc.

Marc masih terkapar pingsan di tempat tidurnya. Emma benar-benar merasa bersalah sekali. Kenapa hidupnya disini sial sekali? batin Emma menggerutu.

"Wanita ini menabraknya dan disinilah Marc" balas Emilio menyilangkan kedua tangan didepan dada.
Alex menatap Emma dengan tatapan yang tidak bisa Emma artikan.

"Uhmm... I-I'm so sorry. Really really sorry about what happens now. It's my mistake" ucap Emma mencoba meminta maaf.

"Where are you from Mrs?" tanya Alex.

"Aku adalah seorang wartawan, ehm lebih tepatnya jurnalistik. Dari Indonesia" balas Emma sedikit terbata-bata karena ia takut ia akan dipenjara atau yang lebih parah, dirinya akan masuk berita diseluruh dunia. Seorang gadis muda Indonesia menabrak bintang Marc Marquez hingga pingsan.

"Bagaimana ini?" tanya Emilio pada Alex.

"Bagaimana jika..." belum selesai Alex berucap, Emma menyela.

"Aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan penjara kan aku ataupun memasukkan aku ke berita internasional. Aku benar-benar mohon kepadamu. Aku tidak tahu harus mengatakan apa pada ayah dan ibuku nanti saat mereka tahu bahwa anaknya telah masuk penjara ataupun masuk di berita dunia" ucap Emma memelas. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Emma mengakuinya, mengakui bahwa ia benar-benar bersalah.

"Biarkan aku berfikir dulu.." Alex mengurut kening nya dan menyilangkan tangan kanan didepan dada. Ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu dengan sangat keras.

Emma benar-benar berharap jika Alex ini tidak meminta hal yang aneh-aneh darinya.
Emma sudah meyakinkan diri akan melakukan apapun agar reputasi nya dan harga dirinya tidak hancur.

"Ada satu syarat" seru Alex yang membuat Emma kaget.

"Syarat? Apa?" Emma mentautkan kedua alisnya. Emma sudah merasa nasib yang tidak jauh berbeda dari kejadian ini akan menghampirinya.

"Kau harus mengobati Marc sampai sembuh selama 2 minggu ke depan sebelum kualifikasi dan race di sirkuit Le Mans, Prancis. Bagaimana?" tawar Alex.

"Alex, apa itu tidak berlebihan? Marc pasti bisa menjaga dirinya sendiri kan? Atau kalau tidak bisa, kau sebagai adiknya harus mengurus kakakmu" saran Emilio.

"Emi, Marc tidak bisa menggunakan tangan kanannya dan kaki kirinya selama beberapa waktu, tulangnya patah. Dia tidak bisa makan, tidak dapat memegang benda apapun, tidak dapat berjalan tanpa bantuan, bahkan ia tidak bisa mandi jika keadaannya seperti itu. Aku? Tentu saja aku tidak bisa, ada kejuaraan moto3 musim ini, kau ingat?" canda Alex di kalimat terakhir.

"Hm, aku mengerti. Bukankah itu terlalu berat baginya?" tanya Emilio kembali meyakinkan.

"Aku terima. Aku terima persyaratan itu" celetuk Emma tiba-tiba.
Alex tersenyum puas, sedangkan Emilio menggelengkan kepala.

Emilio tidak habis pikir, Emma ini adalah seorang jurnalis dari negeri nan jauh disana dan ia pun butuh kerja. Kenapa akhirnya Emma rela menjadi 'baby sitter-nya Marc'?

*************
Alex melihat mata Marc mulai bergerak-gerak. Alex bersyukur, Marc dapat siuman secepat ini.
Sebenarnya aneh juga saat Marc hanya ditabrak oleh seorang gadis yang notabene tenaganya lebih kecil membuat Marc terjatuh menggelinding hingga ujung bawah tangga.

"Kau sudah sadar?" sapa Alex dan mengambilkan segelas air putih yang ada dimeja samping kamar Marc.

"Dimana aku?" tanya Marc dengan suara serak. Ia merasakan haus yang teramat sangat.
Alex kemudian menyodorkan segelas air putih itu agar dapat diminum kakaknya.

"Ada dikamarmu.." Alex mengambil kembali gelas yang sudah kosong itu, cepat sekali Marc meminumnya.

"Aww!!" Marc mengaduh saat mencoba mendudukkan diri di tempat tidur dan menatap tangan kanannya juga kaki kirinya yang dibalut penuh dengan gip.

"Ada apa dengan tangan dan kaki ku?" tanya Marc menatap Alex.

"Aku tidak habis pikir denganmu, bagaimana bisa hanya ditabrak oleh seorang gadis kau dapat terjatuh dan menggelinding di sepanjang tangga?" bukannya membalas pertanyaan, Alex malah bertanya.

"Aku tidak tahu. Semuanya terjadi begitu cepat" jawab Marc enteng.

"Selama beberapa hari kedepan kau tidak akan bisa beraktivitas seperti biasanya.." ucap Alex.

"Bagaimana dengan balapanku di Le Mans nanti?" Marc khawatir jika ia tidak dapat mengikuti balapan dimana sirkuit itu adalah tantangan bagi Marc. Marc memang menyukai sebuah tantangan.

"Maka dari itu, kau harus sembuh total dalam waktu 2 minggu. Dan kabar baiknya, ada seseorang yang akan menjagamu dan merawatmu sampai kau benar-benar sembuh" Alex memainkan satu alisnya naik turun.

"Apa maksudmu sebenarnya?" Marc tidak mengerti apa maksud Alex. Alex menghembuskan nafas beratnya, sudah 23 tahun kakaknya hidup bersamanya, namun masih saja Marc tidak dapat menangkap maksud dan kode-kode dari Alex.

"Perempuan yang menabrakmu akan bertanggung jawab akan perbuatannya, dan sebagai balasnya dia harus menjaga dan merawatmu selama 24 jam penuh sampai kau benar-benar sembuh"

"Kau sudah gila" Marc menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.

*************
Suara pintu terbuka. Kini sudah larut malam.
Emma berjalan dengan terhuyung. Sepi sekali rumah Andres ini. Sebetulnya, Emma merasa tidak enak hati menumpang di rumah Andres, namun Lucy benar-benar memaksanya. Benar-benar suatu berkah. Berdosalah kita jika menolak suatu rezeki bukan?

"Kau darimana saja Emma? Seharian aku mencarimu?!" celetuk Andres dari ruang keluarga.
Emma menoleh dan berjalan kearahnya.

"Maafkan aku Andres, aku benar-benar minta maaf. Hariku benar-benar berat seperti biasanya" jawab Emma dan duduk di sofa di samping Andres.

"Ada masalah?" tanya Andres pelan karena tidak ingin menyinggung perasaan Emma.

"Big problem! Aku menabrak seorang pebalap motogp kelas dunia Marc Marquez di tangga hingga jatuh tersungkur dan pingsan, sebagai permintaan maaf, besok aku sudah harus mulai menjaga dan merawatnya selama 24 jam penuh hingga Marc sembuh. Terlebih lagi, dalam 2 minggu kedepan, Marc haruslah sehat karena ada race besar di Prancis. Bagaimana? Hebat kan?" balas Emma memamerkan masalahnya seolah-olah masalah itu adalah hal yang membanggakan.

"Kau menabrak Marc hingga pingsan di tangga? Wow! I mean, bagaimana bisa?" Andres seperti tidak percaya pada apa yang dituturkan oleh Emma.

"Panjang ceritanya Andres" Emma menghembuskan nafas.

"Emma, kau tau apa yang kupikirkan?" Andres kini menatap Emma lekat.
Yang ditatapnya hanya bisa salah tingkah. Dalam hati Emma, ia memuji mata hazel Andres yang indah.

"A-aku tidak tahu. Karena k-kau tidak menjelaskannya" balas Emma gugup dan terbata-bata.

"Itu adalah keuntungan besar bagimu. Kau seorang jurnalis, dan sedang mencari berita mengenai Marc kan? Besok adalah kesempatanmu, kau bisa lebih dekat dengan Marc. Lebih dekat dari siapapun. Dan sedikit demi sedikit kau bisa mengorek informasi tentang dia sebanyak mungkin" jelas Andres berapi-api.

Benar juga apa yang dikatakan Andres, sungguh-sungguh kesempatan terbesar yang hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup.
Emma tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu. Namun disisi lain, ia merasa itu tidak baik.
Emma tahu, Marc mencoba sekeras mungkin untuk menutupi kehidupan pribadi dan asmaranya, lalu saat Emma datang menawarkan bantuan dan mempunyai maksud terselubung yaitu mencari informasi itu kemudian mencetaknya melalui headline surat kabar. Emma tidaklah lebih dari sekedar orang yang munafik.

"Aku tidak tahu Andres. Apakah itu adalah hal yang benar?" tanya Emma memastikan.

"Aku tau kau pasti bisa. Lakukanlah apa yang menurutmu benar dan perjuangkanlah apa yang kau anggap pantas untuk kau perjuangkan" balas Andres sembari tersenyum lebar.

----------

Multimedia : Alex Marquez dan Marc Marquez

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang