Just A Friend To You

3.7K 260 12
                                    

"Marc, besok adalah hari pemotretan untuk salah satu sponsor kita" ucap Emilio membuka berkas-berkas nya tanpa sedikitpun menoleh pada yang diajak bicara.

"Apa? Pemotretan 5 hari sebelum race?" tanya Marc balik terkejut. Yang benar saja.

"Ya bagaimana lagi? Kurasa rentang sehari saja cukup untuk mengasah kemampuan mu di sirkuit nanti" balas Emilio kini menatap Marc.
Marc hanya bisa mengangguk pasrah. Race musim ini menurutnya sungguh lah berat.

"Oh ya ada satu model perempuan yang akan menemanimu" lanjut Emilio melihat biodata rekan Marc nanti.
Namun tak ada jawaban dari Marc, ia sepertinya sudah terlanjur bete.

"Kau tidak ingin mengetahui nya?" Emilio merasa aneh, biasanya Marc akan kepo dengan segala sesuatu yang dirinya ucapkan.

"Aku jalani saja lah" Marc menutup wajahnya dengan topi dan mencoba tidur.
Emilio menggelengkan kepala nya pelan. Kalau sudah mengerti siapa, baru tau rasa si Marc batin Emilio.

***

Emma keluar dari mobil nya dan langsung bergegas menuju kamar tamu. Tempat dimana seorang pria ingin Emma habisi. Tanpa toleransi, Emma mengetuk pintu itu keras sekali.

Andres terlonjak kaget dengan ketukan pintu yang lebih terdengar seperti gebrakan itu. Bahkan kamera dslr kesayangan nya yang ada di genggaman nya hampir terjatuh. Ia segera berlari menuju pintu dan membukakanya. Ia tau pasti itu Emma. Mungkin gadis itu sedang butuh bantuan secara terburu-buru, prasangka Andres.

Namun saat pintu itu terbuka, Emma menatap nya dengan garang. Lalu ia mendapatkan sebuah lemparan amplop tepat di depan wajahnya. Ia terkejut dengan perlakuan Emma itu. Baru pertama kali ini ia melihat ekspresi Emma berbeda dari sebelumnya.

"Ada apa Emm?" tanya Andres polos.

"I hate you. Kenapa kau melakukan semua itu?" ucap Emma tajam dan menunjuk sebuah amplop yang sudah ada di genggaman tangan kanan Andres.

"Melakukan apa?" tanya Andres hati-hati. Ia membuka amplop itu dan menemukan beberapa foto dirinya bersama Esmeralda, sahabatnya sejak kecil.

"Em-Emma ini bukan aku. Ini bukan aku. Kau pasti salah memfoto seseorang" dalih Andres. Namun Emma tidak ingin tau, jelas-jelas itu adalah wajah Andres.

"Kenapa kau melakukan ini semua? Apa maumu dariku ha???" bentak Emma mendorong tubuh Andres kuat-kuat.

"Hey dengarkan aku dulu Emm..." walaupun ingin sekali Andres membentak balik, namun ia tidak mungkin membentak Emma. Gadis yang sangat ia cintai.

"Apa apa apa? Tidak kukira ternyata dalang dibalik semua ini ternyata sahabatku sendiri?"

"Jadi selama ini hubungan kita kau anggap hanya sebatas sahabat? Teman?" tanya Andres balik dengan berseru. Emma kaget akan perlakuan balik darinya. Ia pun lebih memilih untuk diam.

"Setelah semua adegan pelukan itu? Dan ciuman sebelum kau meninggalkan Spanyol terakhir kali hanya kau anggap sebagai teman? Ya. Aku melakukan semua yang ada di foto karena aku sangat mencintaimu Emm. Awalnya aku memang biasa saja, kemudian hari ku tau kau diam-diam selalu memandangiku. Aku menaruh harapan besar padamu bahkan saat aku masih bersama Camilla. Malam itu, aku dan Camilla sepulang dari taman wisata. Kami kecelakaan karena aku mengatakan bahwa yang aku cinta ternyata dirimu. Camilla tidak percaya dan dia membanting stir ke trotoar. Ajaibnya, yang celaka hanyalah aku. Lalu aku mengarang cerita pada keluarga dan teman-teman ku jika Camilla mengakhiri hubungannya denganku karena ia tidak ingin aku terluka lagi, tetapi bukan itu. Lalu dia bertemu dengan Raul, pria yang hampir saja bertunangan dengan seorang supermodel, Irina Shayk. Kau tau itu. Saat ku tau kau berpacaran dengan Marc, tak terkira sakit rasanya di dada. Hatiku hancur Emm. Aku tidak ingin kau menjadi milik siapapun selain diriku. Aku menghasut Irina dan mengarang cerita jika dirimu lah yang menjodohkan Raul dengan Camilla. Dia pun berencana merebut Marc darimu. Foto kemesraan antara Irina dan Marc, memang sengaja aku yang merencanakannya. Aku menyuruh Irina memasang kamera di dalam kamar hotel Marc. Lalu, ketika kau menciumku di kamar mu waktu itu. Kukira kita akan seutuhnya bersatu namun dugaanku salah. Sedetik saja kau tak melirik Marc kau pun tak bisa. Kesempatanku waktu itu hanya satu, menenggelamkanmu dari kabar berita dunia. Aku kembali menghasut seseorang, Mr. Davis selaku direktur manajemen untuk memecatmu. Aku melakukan itu agar Marc tidak bisa mencarimu. 3 tahun aku menantimu, mengharapkanmu, namun sia-sia Emm. Ternyata semua ini hanyalah sia-sia" jelas Andres terduduk di lantai. Emma melihat tatapan Andres. Ia melihat begitu banyak rasa sakit dan kecewa juga amarah.

Ternyata selama ini, ada yang selalu membuntuti Emma. Mencuri pandang padanya, menjaga nya. Namun semua ini dengan cara yang salah. Seharusnya tidak begini.

"Namun yang kau lakukan itu salah Andres. Semua ini salah" balas Emma mulai berkaca-kaca.

"Aku harus bagaimana Emm? Aku tidak mempunyai jalan lain. I can't make you love me if you don't. Aku tidak bisa membuatmu jatuh cinta padaku, jika kau saja tidak berlaku demikian" Andres menatap Emma penuh harap. Ia ingin Emma segera mengerti perasaannya.

"Katakan Emm, tidak adakah secuil perasaanmu untukku?" tanya Andres meyakinkan Emma. Emma hanya bisa menundukkan wajahnya.

Andres sudah tidak kuat. Baru pertama kali ini ia merasakan rasanya bertekuk lutut pada satu wanita. Hanya pada Emma. Andres memeluk Emma, namun hanya di perut Emma saja. Awalnya Emma terkejut akan perlakuan Andres. Tubuh pria itu sangatlah tinggi.

Emma pun merasakan hal yang sama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dunia nya? Emma dulu hanyalah gadis biasa yang pacaran hanya sekali bahkan setelah putus dari pacarnya, ia selalu berharap ingin kembali ke pelukan sang mantan. Namun sekarang semuanya berubah, ada seorang pria sedang bertekuk lutut dan memeluknya memohon untuk membalas cinta nya.
Tangan Emma mengelus lembut rambut Andres, ia tau pria itu sedang sesenggukan tak sedap.
Seketika Emma teringat akan wajah Marc.

Emma melepas pelukan Andres dan membantunya untuk berdiri. Ia mengelus lembut pipi Andres dan menatap matanya dalam.

"Kau tidak seharusnya seperti ini. Kau pria terhormat. Bangkitlah. Kau pantas mendapatkan wanita selain diriku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik. Yang bisa membalas rasa cintamu itu. Tapi maaf, wanita itu bukan aku Andres" balas Emma penuh pengertian.

"Tapi kenapa? Kau mencintai Marc? Apa yang spesial darinya? Apa karena dia seorang pembalap? Apa karena dia terkenal? Apa karena dia digilai wanita? Apa karena dia juara dunia?" balas Andres membombardir dan mata nya pun berkaca-kaca.

"Aku tidak membutuhkan seorang Marc yang hebat, yang terkenal, yang digilai wanita seluruh dunia ataupun Marc yang juara dunia. Yang aku butuhkan adalah kenyamanan. Kenyamanan adalah prioritas utama. Aku nyaman bersama Marc. Saat kau mulai merasakan sesuatu yang tak bisa kau deskripsikan, itulah yang bernama cinta. Aku mempunyai perasaan itu. Aku selalu merasakan hatiku meleleh, degup jantungku tak beraturan, dan kupu-kupu beterbangan di perutku. Perasaan yang, haha, kau benar-benar tidak bisa mendeskripsikannya" balas Emma tertawa kecil disela-sela nya.

"Kau tidak merasakan itu semua saat bersamaku?"

"Aku merasakannya untuk mu. Namun tak lebih seperti yang aku rasakan untuknya, Andres. Maaf." ucap Emma.
Andres melepaskan tangan Emma dari wajahnya.

"Aku minta maaf untuk yang kesekian kali" lanjut Emma.

"Should I leave?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Andres saat ia tak sengaja memperhatikan bagaimana mata Emma berbicara untuk nya. Seakan-akan memberikan kode.

"Aku butuh waktu untuk mencerna dan memaklumi semua yang telah terjadi. Aku mohon, pergi dari sini" balas Emma berbisik.

Rudi dan Julia menguping dari depan pintu kamar mereka. Mereka tersadar adanya suara gebrakan pintu dan bentakan dari Emma. Benar saja, Emma dan Andres sedang terlibat pertengkaran. Julia selaku ibu Emma tidak mempercayai jika Andres, yang sudah ia anggap anak sendiri telah menjadi dalang dibalik semua masalah Emma.

"Oke. Beritahu aku jika kau membutuhkan ku. Lagi." Andres berjalan mengambil koper nya dan memasukkan seluruh pakaian dan celana nya dengan rapi ke dalam koper berwarna abu-abu tersebut.

Andres menarik gagang koper dan menyeretnya. Emma hanya bisa tertegun menatap Andres. Entah kenapa rasanya tak ada penyesalan di hati Emma atas 'pengusiran Andres' itu.

"Aku minta maaf." ucap Andres sekali lagi.

"Go!" balas Emma tanpa menatap Andres dan mengarahkan telunjuk nya pada pintu keluar.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang