The Greatest

4.9K 329 9
                                    

[Putar videonya dan dengarkan lagunya akan menambah kesyahduan cerita. Eea]

Camilla masih saja sibuk mencari burger yang ia beli tadi pagi buta. Ia seakan-akan tidak peduli dengan gaun nya yang tiba-tiba terasa sempit di tubuhnya. Dua teman Camilla membantunya menarik resleting gaun pengantin. Suasana kamar Camilla yang ia pakai sebagai ruang rias dadakan menjadi berantakan. Ah sudahlah, Camilla tidak peduli. Ia sangat lapar kali ini.

"Aku mendapatkannya!" seru Emma mengangkat burger itu tinggi-tinggi di tangan kanannya.

Langsung saja Camilla berlari kearah Emma dan merebut burger itu. Camilla tidak menaruh curiga kenapa Emma mendapatkannya di bawah sofa. Emma memandang Camilla memakan burger itu dengan rakus. Ia membayangkan jika saat hari pernikahannya ia akan kelaparan seperti Camilla saat ini.
Apalagi mengingat jika Emma harus melangsungkan pernikahannya di Indonesia. Tak ada burger, tahu bulat pun jadi.

"Berhasil!" seru dua orang gadis yang tak Emma kenal. Terlihat mereka bahagia karena telah berhasil menarik resleting gaun itu.

"Teman-teman, tolong tinggalkan aku dan Emma disini sendiri ya. Sebelumnya aku mengucapkan terimakasih" seru Camilla sembari menaiki sofa kamarnya itu. Jika tidak begitu, suaranya akan kalah dan tidak terdengar karena begitu riuhnya.

Emma bingung, kenapa harus dia yang disuruh tinggal? Mengingat Camilla dalam beberapa menit lagi diharuskan sudah menaiki altar.
Camilla turun dari sofa setelah semua teman-temannya meninggalkan dirinya dan Emma di dalam kamar.

"Kau siap?" tanya Emma tersenyum.

"Aaa! I'm nervous" balas Camilla berteriak kecil.

"Kau sangat cantik dengan gaun besar ini" Emma menyentuh gelembung-gelembung gaun yang dikenakan Camilla.

"Terimakasih. Ini juga berkat dirimu telah memilihkannya untukku. Aku mengucapkan terimakasih banyak padamu, Emm. Terimakasih juga telah berbicara pada Andres" Camilla mengelus lengan Emma pelan.

"Jangan kecewakan Andres. Berbahagialah dengan Raul. Yah walaupun beberapa orang berkata bahwa jika orang yang dicintainya bahagia dengan orang lain, ia juga akan bahagia. Aku rasa itu semua omong kosong. Tapi kali ini, cobalah jangan kecewakan Andres, buatlah pernikahanmu kali ini adalah yang pertama dan terakhir" saran Emma.

"Pasti. Terimakasih banyak. Temani aku sampai ke altar?" Camilla menyodorkan tangannya.

"Tentu saja. It was my pleasure" Emma memberikan seikat bunga dan menggenggam tangan Camilla erat.

Suara khas lagu pernikahan mengalun lembut dari gabungan beberapa alat musik layaknya orkestra. Semua tamu segera berdiri dari duduknya. Pernikahan yang dilakukan di sebuah taman besar ini sangat amatlah romantis. Rerumputan hijau, banyak lampu bohlam disetiap sisi sudut, pita-pita yang berwarna-warni saling bergelayutan. Perfect day, perfect place and perfect wedding.

"Pelan-pelan saja. Nikmati saja Cam, it's your day. Rasakan atmosfer kebahagiaan melayang di sekitarmu. Karena kau tidak akan lagi merasakan hal ini untuk kedua kalinya, kau ingat?" saran Emma berbisik sebelum mereka benar-benar melangkah.

Camilla tak sempat membalas ucapan Emma. Ia semakin mengeratkan dekapan tangannya pada Emma dan seikat bunga yang ada di tangan kirinya.
Emma mulai berjalan menuntun Camilla. Semua orang mulai memandang mereka saat mereka sampai di tengah-tengah para tamu undangan.

Samar-samar Camilla dan Emma mendengar beberapa orang berbisik memuji kecantikan seorang Camilla kali ini. Bukannya ge-er sih, tapi Emma merasa yang paling dipuji disini adalah dirinya yang hanya mengenakan gaun berwarna putih sederhana.

Camilla memperhatikan semua orang yang ada disana satu persatu. Ah ia tidak bisa mengingat siapa saja yang datang, karena pikirannya sudah diselimuti rasa bahagia yang teramat sangat. Benar juga kata Emma, ini adalah hari besar baginya.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang