0.9

80 11 0
                                    

Hari masih pagi saat Sarah menginjakkan kakinya di koridor sekolah. Sembari melangkah, sekilas Sarah menatap lapangan hijau yang tengah disapu oleh Pak Deden dan beberapa petugas kebersihan lain.

"Tumben sekali kamu datang pagi."

Mendengar suara familiar itu, Sarah kontan berbalik. Ia lalu mendapati Bu Indri tengah berdiri dibelakangnya sambil menjinjing tas. Sepertinya beliau baru saja sampai di sekolah.

Cewek itu menunjukan cengirannya. "Iya dong, Bu." Sarah lalu menyalimi guru tersebut.

"Bagus kalau gitu. Biasanya 'kan kamu telat terus."

"Sekarang udah nggak lagi Bu."

"Ya sudah." Setelah berucap demikian Bu Indri berlalu meninggalkan Sarah dan menuju ruang guru.

Melihat itu, Sarah hanya mengedikkan bahu. Cewek itu lalu menaiki anak tangga, menuju kelas 11 IPA 3 yang tinggal satu bulan lagi ditempatinya.

Begitu sampai, Sarah membuka pintu kelas. Ruangan bercat putih itu kosong, belum ada siswa yang datang. Lantas cewek itu menatap jam tangannya. Pukul 06.02. Sarah menghembuskan napas murung. Pantas saja, batin cewek itu.

Teman-teman sekelasnya--termasuk Sarah--mempunyai hobi datang 10 menit sebelum bel masuk berdering. Terkadang 20 menit apabila ada pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Kebiasaan buruk yang tidak dapat dihilangkan, memang.

Kemudian Sarah berjalan ke arah meja paling belakang dan duduk disana. Selama beberapa saat, cewek itu terdiam. Kesunyian kelas membuat pikiran Sarah melayang pada kejadian-kejadian kemarin.

Sebenarnya, alasan Sarah berangkat sekolah lebih cepat dari biasanya bukan karena dia menghindari orang tuanya atau apa, hubungan mereka sudah lebih baik daripada kemarin--semua itu berkat pencerahan dari Angkasa. Melainkan, karena tugas rumah yang belum ia kerjakan. Kemarin Sarah asyik mengobrol di grup chat hingga larut malam, dan baru ingat tentang tugas saat pagi hari tadi. Itu pun karena diingatkan di grup chat kelas.

Sarah lalu membuka risleting tasnya dan mengeluarkan buku tugas dan buku paket serta alat tulis. Tak lama kemudian, tangan kanannya mulai menggoreskan tinta biru di kertas putih bergaris sambil sesekali melirik buku paket disampingnya.

Sarah begitu serius mengerjakan tugas sampai tak menyadari waktu yang berjalan maju. Bangku-bangku kelas yang kosong kini mulai diduduki oleh para siswa. Begitu juga dengan kesunyian kelas yang terganti oleh gelak tawa dan suara obrolan.

"Wih, ada yang mau menyaingi kepintaran gue," ucap sebuah suara di samping Sarah. Tanpa menoleh unuk melihat si pemilik suara pun Sarah sudah tahu bahwa itu suara Anya.

"Gue bakal nyerah duluan kalo saingan gue itu lo," balas Sarah sambil terus membaca buku paket. Ia tidak menatap Anya.

Anya tidak membalas ucapan Sarah. Ia lalu duduk di samping Sarah dan memperhatikan cewek yang sedang menulis itu. "Gue udah ngerjain tugasnya lho," celetuk Anya.

Sontak Sarah berhenti menulis, cewek itu lalu menatap Anya penuh harap. "Liat dong."

Anya lalu mengeluarkan sebuah buku tulis berwarna cokelat tua dan memberikannya kepada Sarah. "Nih."

"Makasih Anya," ujar Sarah lalu kembali fokus pada tugasnya.

✩✩✩

Kring kring!!!

Bel istirahat berbunyi nyaring, membuat guru yang sedang mengajar di kelas 11 IPA 3 menghentikan celotehannya dan merapikan buku-buku di meja guru.

Ketua kelas pun menyiapkan semua siswa untuk memberi salam. Setelah itu, guru tersebut berlalu ke luar kelas dan kemudian diikuti oleh beberapa siswa lainnya.

CelestialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang