Malam sudah larut saat Sarah membuka laptop yang terletak di atas meja belajar. Jam dinding menunjukan pukul sebelas malam dan Sarah masih terjaga. Perbedaan waktu enam jam antara Jakarta-London membuat Sarah harus merelakan waktu istirahatnya agar dapat berbicara dengan Angkasa.
Ketika laptopnya sudah menyala dengan sempurna, Sarah membuka aplikasi skype dan mengaktifkannya.
Selang beberapa menit, panggilan masuk dari Angkasa datang ke laptop Sarah. Tanpa ragu Sarah menerima panggilan itu. Tekadnya untuk mengungkapkan perasaanmya sudah bulat.
Di layar laptopnya lalu muncul seorang cowok berambut acak-acakan dengan mata teduh, ia memakai kaus oblong berwarna putih polos. Entah ini hanya perasaan Sarah saja atau apa, menurutnya Angkasa terlihat sedang bahagia.
"Halo, Sarah." Suara berat Angkasa menyapa Sarah.
"H-hai."
Sejenak Angkasa meneliti raut wajah Sarah, cowok itu merasa ada kejanggalan disana. "Kenapa?"
"Kenapa? Maksudnya?"
"Kayaknya lo tegang amat."
Ya iyalah, mau nyatain perasaan, gimana nggak tegang dan deg-degan coba, batin Sarah. Dari tadi jantung Sarah terus berdegup kencang, berbagai usaha yang ia lakukan untuk menetralkannya pun tidak membuahkan hasil.
"Hoi."
Sarah mengerjap. "Ya?"
"Bengong mulu."
"Lagi banyak pikiran."
Angkasa mendecih. "Gaya banget."
"Emang iya."
"Mikirin apa sih? Gue?"
"Iya," ujar Sarah. "Mikirin kapan Sarah bisa melihat Angkasa berdiri di hadapannya."
Angkasa tersenyum. "Nanti, nggak tahu kapan tapi pasti. Semesta masih mempersiapkannya, tunggu aja."
Sarah menatap Angkasa tepat di matanya. "Yakin?"
"Tentu."
Biasanya, kalau Angkasa mengeluarkan kata-kata sok puitis seperti tadi, Sarah akan membalasnya dengan kalimat 'najis. Gak usah sok puitis, gak cocok buat lo.' Tapi, sekarang Sarah terlalu hanyut dalam perasaannya sehingga untuk berucap demikian saja rasanya susah sekali.
"Eh, Sarah," panggil Angkasa.
"Hm?"
"Lo pernah jatuh cinta nggak?"
Sarah menelan ludah. Kenapa tiba-tiba Angkasa menanyakan hal seperti ini?
Pernah. Tapi Sarah tidak mengeluarkan kalimat itu, ia malah berkata, "Kenapa?"
"Nggak pa-pa. Gue mau tau aja," ujar Angkasa. "Pernah nggak?"
Sarah bingung. Sekarang adalah waktu yang tepat, Sarah tidak perlu memutar otak untuk memulai pembicaraan. Tapi tidak kah ini terlalu cepat?
Sarah menarik napas. "Pernah," jawabnya pelan. Lebih cepat lebih baik bukan?
"Sama siapa?"
Ah, Sarah sudah menduga bahwa ini pertanyaan Angkasa selanjutnya. "Sama..."
Belum selesai Sarah berbicara Angkasa memotongnya, "gue tau."
Apa? Sarah tidak salah dengar 'kan? Angkasa sudah tahu semuanya? Angkasa tahu perasaanya? Untuk saat ini Sarah merasa jantung berdetak lebih cepat dari sebelumnya. "Si-siapa?"
"Gue."
Sarah menahan napas mendengarnya. Pikirannya mencoba mencerna perkataan Angkasa. Jadi ... Angkasa tahu tentang perasaan Sarah. Satu fakta itu membuat Sarah kehilangan segala kata-kata yang sudah ia siapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celestial
Teen FictionSudah bertahun-tahun Sarah menunggu sahabat kecilnya, Angkasa, kembali ke Indonesia. Selama itu pula hidup Sarah terpusat pada Angkasa dan janji yang dibuatnya. Namun kini, Sarah merasa penantiannya sia-sia karena kenyataan pahit yang baru saja ia k...