Chapter 12

33.8K 1.8K 15
                                    

Di Thailand...

NAURA POV.

Kini aku berada di distrik timur Bangkok, Saphan Sung. Saphan Sung adalah komplek perumahan mewah di Bangkok yang memang banyak ditinggali oleh para kaum elite. Saphan Sung berjarak 20 menit dari Bandara Internasional Suvarnabumi.

Rumah mewah dengan gaya mediterania, inilah rumah yg Pam miliki, aku akan tinggal di sini. Pam sangat senang aku datang dan tinggal bersamanya, entah sampai kapan.

Seminggu telah berlalu, setelah kedatanganku, aku merubah namaku menjadi Jasmin, itulah nama samaranku.

"Pam, breakfast is ready!,"teriakku dari ruang makan

"Oh thanks Ra, it's look so yummy,"sambut Pam

"Let's start our breakfast," tambahku.

"Ra, kamu butuh apa, biar aku carikan, apa kamu ngga ngidam apapun?" Tanya Pam ditengah makan pagi kami.

"Sepertinya ngga ada deh, anak aku pinter kayaknya ngga mau apa2," jawabku sambil menyuapkan makanan.

"Oke deh, aku udah selesai, aku berangkat kerja dulu ya," ucap Pam, sambil berdiri dari kursi dan berjalan menuju dapur membawa piring kotornya.

"Oke, biar aku saja Pam yang mencuci piringnya,"teriakku

"Baiklah, aku akan berangkat dulu, tapi ada satu yg terlupakan," jawab Pam sambil menuju kearahku ya aku tau apa yg akan Pam lakukan, inilah kebiasaannya tiap pagi selama seminggu ini.

"Hey sweetheart aunty berangkat ya, jangan nakal," ucap Pam sambil mengelus perutku yg masih rata namun rasanya sudah sedikit menyembul.

"Thanks Pam," ucapku pada Pam.

Pam adalah dewi penolongku. Tapi selama aku di Thailand aku sering memikirkan sahabat2ku di Indonesia, begitu juga mama dan papa. Nauval selalu menghubungiku menanyakan kabarku, dan anakku. Oh Nauval, kamu uncle yg sangat lembut, dan terimakasih Nauval kamu mau menjaga rahasia ini.

Drrrt....Drrtt....

Nauval is Calling....

"Ya dek?"

"...."

"Kamu ngga bercanda kan?"

"...."

"Baiklah, aku mengerti"

"...."

"Iya, hati-hati dek,"

Sambungan telfon tertutup dan aku sangat terkejut mendengar kabar bahwa Papa sudah mengetahui bahwa Nizam lah yg menghamiliku, Papa juga sudah memutus hubungan kerjasama dengan perusahaan Nizam.

Tuhan,

Aku rindu keluargaku, tapi aku yakin mereka tidak akan menerimaku, aku sangat rindu sahabat2ku. Bahkan aku juga meridukan Nizam, kenapa saat aku memikirkannya janinku memberi reaksi, ya aku tau mungkin anak ini merasakan hal yang sama. Tapi aku tak bisa memungkiri betapa kecewanya aku pada Nizam.

.............

4 bulan kemudian

"Naura... udah siap belum?" Tanya Pam padaku.

"Tunggu bentar ya," jawabku sambil menata rambutku.

"Oke aku tunggu di mobil ya," balasnya

"Sip udah siap, ayo anak Mama, kita lihat berapa besar perkembangan kamu,"rutukku sambil mengelus lembut perutku yg kini sudah terlihat membesar.

Kamipun akhirnya melaju menuju rumah sakit ibu dan anak.

"Mrs. Jasmin" panggil suster cantik

Aku berjalan bersama Pam, menuju ke ruangan dokter kandungan tersebut, betapa cemasnya aku.

"Sawwadi Ka..."salam hormat khas Thailand,  sang dokter.

"Sawwadi Ka..."balasku dan Pam bersamaan.

"Baiklah, silahkan anda berbaring," perintah dokter Nam.

Setelah kandunganku di USG, betapa terharunya aku, mendengar dan melihat bahwa...

"Selamat Mrs. Jasmin, anak anda kembar..." Ujar Dokter Nam.

"Alhamdulillah,"batinku, tak terasa air mata itu mengalir.

"Are u okay, Jasmin?" Tanya Pam

"I'm Okay, Oh Hello twins," ucapku sambil mengelus lembut kandunganku.

Kami segera pulang kerumah, karena Pam akan segera berangkat bekerja.

Dirumah aku menyibukkan diriku dengan memasak beberapa roti, yang biasa aku sajikan di Caffeku. Yak Caffee, aku dan Pam telah mendirikan Caffe kurang lebih, 3 bulan yang lalu, kami menjual berbagai macam kue, dan kopi. Setelah 3 bulan dibuka aku dan Pam sangat terkejut karena toko roti yamg kami buka sangat diminati oleh para pengunjung.

Di Indonesia...

AUTHOR POV.

"Sekar..." Panggil Armani pada sekar di sebuah Restaurant Indonesia.

"Ar, duduk, aku mau kasih tau kamu sesuatu," Ucap Sekar

"Apaan sih, muka kamu kayaknya juga lagi seneng banget" tanya Armani.

"Ar, Gue Hamil," kaget Sekar pada Armani.

"Alhamdulillah Kar, gue ikut seneng," balas Armani.

"Ar, tapi gue jadi keingetan Naura,"timpal Sekar dan diikuti raut wajahnya yg memudar.

"Iya Kar, Dia kemana ya? Pasti kalau dia disini bisa ikut bahagia denger kabar elo hamil,"tambah Armani.

"Usia kandungan Naura, udah 5 bulan kan?"tanya Sekar pada Armani.

"Iya, Kar, pasti perutnya udah mulai gendut2 gitu ya,"balas Armani.

"Kita cuma bisa bayangin dia ya Ar, di restaurantnya dia, biasanya dia keluar dari pintu itu sambil berlari kearah kita," ucap Sekar sambil menunjuk kearah pintu ruangan Naura biasa menjalankan kegiatan di restaurantnya.

"Oh ya, Nizam katanya juga ikut2an cari Naura,"tambah Sekar.

"Biarin ajalah, mungkin dia udah sadar Kar, lagian juga anak yg di kandung si Naura kan anaknya," jawab Armani sambil menyesap kopinya.

NIZAM POV.

Aku merasakan kehilangan, aku mulai mencintai Naura, selama 4 bulan ini aku selalu melihat foto USG yang Naura tinggalkan saat dia meminta pertanggungjawabanku.

Dari foto itu, aku melihat betapa kejamnya aku pada anakku,

"Hello nak, kamu sekarang udah 5 bulan ya, Maafin papa ya nak, papa jahat sama kamu, tapi papa mulai sayang sama kamu, papa pengen sama kamu nak, tapi papa belum bisa nemuin kamu dan mama," ujarku sambil melihat foto USG yg masih berumur satu bulan itu yang sekarang pasti anakku sudah berumur 5 bulan di dalam kandungan Naura. Aku selalu membayangkan Naura yg sedang mengandung, bahkan selama 5 bulan ini, aku menjadi pribadi yg sangat dingin, dan selalu menyibukkan diriku.

Hello! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang