Chapter 26

31K 1.4K 0
                                    

"Makasih Zam, udah jagain anak-anakku," Sambut Naura saat Nizam telah datang di rumahnya.

"Anak-anakku juga Naura," balas Nizam

"....."

"Anak-anak kita, mereka sangat menggemaskan," tambah Nizam

"Baiklah, terima kasih lagi, apa kamu mau segera pulang?," tanya Naura.

"E-em kalau itu mau kamu, baiklah aku akan segera pulang," balas Nizam sambil mencium kening anak-anaknya

"Papa pulang dulu ya sayang, besom kita ketemu lagi," pamit Nizam.

"Papa, kenapa ngga tinggal disini aja," rengek Ira sembari menarik lengan Nizam

"Sayang, papa kalian ini sangat sibuk biarkan papa kalian pulang, toh mama sudah disini kan, mama minta kalian jangan manja," ujar Naura

"Ra, udah gpp, mereka manja karena mereka anakku juga," balas Nizam.

"Tolong jangan memanjakan mereka, karena sebelum mereka tau kamu mereka adalah anak yg mandiri, dan saya mohon silahkan kamu pulang," usir Naura pada Nizam, sambil menutup pintu rumahnya.

"Hiks...hikss...hiks..." tangis Nizar dan Nazira pun pecah.

"Mama...hiks...jahat....hiks...kenapa papa diusir," ucap Nizar.

"Anak anak mama mohon jangan kalian menangis seperti ini, masuk ke kamar kalian, mama mohon," perintah Naura.

"Mama jahat..." teriak Nazira sambil berlari ke kamarnya.

NAURA POV.

Aku baru saja kembali dari Thailand, ada sedikit masalah pada kafe ku, namun itu dapat segera aku selesaikan. Aku menitipkan anak anak pada Nizam selama aku berada di Thailand.
Sesampainya aku di rumah, aku tidak menemukan Nizam dan kedua anakku, segera aku menelfon Nizam menanyakan keberadaan mereka, ya Nizam berkata mereka sedang bermain di Kebun Binatang.
Tidak lama setelah aku menelfon Nizam, akhirnya mereka datang.

"Mama..." teriak anak-anakku saat aku membuka pintu.

"Makasih Zam, udah jagain anak-anakku," ucapku pada Nizam

"Anak-anakku juga Naura," balas Nizam

"....." aku hanya bisa terdiam

"Anak-anak kita, mereka sangat menggemaskan," tambah Nizam yang membuatku semakin ber emosi, saat harus mengingat betapa sakitnya hati ini, saat Nizam menjulukiku Wanita Murahan karena aku mengandung anaknya.

"Baiklah, terima kasih lagi, apa kamu mau segera pulang?," tanyaku dan membuat kedua anakku menatapku

"E-em kalau itu mau kamu, baiklah aku akan segera pulang," balasnya sambil mencium kening anak-anakku

"Papa pulang dulu ya sayang, besom kita ketemu lagi," pamit Nizam.

"Papa, kenapa ngga tinggal disini aja," rengek Ira sembari menarik lengan Nizam

"Sayang, papa kalian ini sangat sibuk biarkan papa kalian pulang, toh mama sudah disini kan, mama minta kalian jangan manja," ujarku yg semakin sakit hati saat melihat Ira merengek meminta agar Nizam tetap tinggal di rumahku.

"Ra, udah gpp, mereka manja karena mereka anakku juga," balas Nizam.

"Tolong jangan memanjakan mereka, karena sebelum mereka tau kamu mereka adalah anak yg mandiri, dan saya mohon silahkan kamu pulang," gertakku mengusir Nizam sambil menutup pintu rumahku dengan kasar.

"Hiks...hikss...hiks..." tangis Nizar dan Nazira pun pecah.

"Mama...hiks...jahat....hiks...kenapa papa diusir," ucap Nizar.

"Anak anak mama mohon jangan kalian menangis seperti ini, masuk ke kamar kalian, mama mohon," perintahku saat menatap mereka menangisi ayah yang awalnya tidak mau mengakui mereka.

"Mama jahat..." teriak Nazira sambil berlari ke kamarnya, dan membuatku bertambah sakit hati.
Maafin mama nak, mama belum bisa rela saat kalian begitu menyukai ayah kalian, dan bahkan mama belum siap untuk bersatu bersamanya.

NIZAM POV.

Setelah Naura mengusirku dari rumahnya, aku merasa begitu kecewa padanya. Aku sangat paham mengapa Naura bisa semarah itu padaku, ya itu karena 5 tahun lalu aku tidak mau mengakui anak2ku.

Tak lama setelah aku merebahkan tubuhku, sambil memandangi foto anak anakku selama 2 hari kebersamaan kami.

Drrrt....drrrt....drrrt...

Naura is Calling....

"Halo, Ra?"

"....."

"Oke jangan khawatir, aku akan segera kesana,"

"...."

"Secepatnya"

"....."

"Terimakasih"

Setelah mendapatkan telfon dari Naura aku segera mengendarai mobilku dengan kecepatan penuh menuju Rumah sakit Happy Land, Nizar dan Nazira sakit, betapa paniknya Naura, dan betapa khawatirnya aku.

"Ra..."panggilku saat melihat wanita yg sedang menunggu di ruang rawat.

"Zam...." jawab Naura.

"Kenapa ini Ra, kenapa sampai mereka sakit," tanyaku.

"Hiks...hiks...hiks...." tangis Naura pecah dan segera aku memeluknya.

"Aku ini mama yg jahat, aku mama yg jahat Zam, aku tidak memperbolehkan mereka bersama papa mereka, aku jahat Zam," ucap Naura sambil memukuli kepalanya dan dengan segera aku menahannya.

"Ini bukan salah kamu, ini bukan salah siapa2, ini memang waktunya mereka sakit, Ra denger aku, kamu itu mama terhebat di seluruh dunia, kamu waniga yg paling hebat, kamu itu mama yg sempurna untuk Nizar dan Nazira," jelasku sambil menahan lengan Naura yg tetap menangis.

"Zam..." panggil Naura lirih di dalam pelukanku.

"Hmm..." jawabku sambil menikmati saat Naura di dalam pelukku

"Mereka rindu kamu, mereka ingin kamu," ucap Naura.

"Mereka ingin kita, mereka menginginkan kita bersatu, Will You Marry Me?" Tanyaku yg sontak membuat Naura melepaskan pelukannya.

"Maksud kamu?" Tanya Naura.

"Mari kita menjadi orang tua yg utuh, kita membesarkan Nizar dan Nazira bersama, kamu aku Nizar dan Nazira," jelasku.

"Biarkan aku memikirkannya dulu Zam," balas Naura sambil menatap Nizar dan Nazira yg sedang tertidur.

"Tidak perlu berfikir, Kak..." ucap seorang lelaki, ya itu Nauval.

"Dek...sejak kapan kamu disini?" Tanya Naura segera.

"Sejak aku melihatmu berpelukan dengan Dia," jawab Nauval sembari menunjuk ke arahku.

"Terimalah, bukannya kakak waktu itu bilang kalau kaka sangat mencintai kak Nizam," ucap seorang wanita sambil menaruh paper bag di meja kamar anak anakku.

"Nesya," sahut Naura.

"Ssst, nanti anak kita bangun sayang," timpalku sambil memeluk Naura dari belakang.

"Zam, aku mohon lepasin," pinta Naura yg semakin membuatku jatuh cinta padanya saat melihat pipinya yg memerah.

"Kamu sayang aku kan, cinta aku kan," godaku.

"Bahkan sangat, kak"  tambah Nesya.

"Sudahlah berhenti, nanti keponakanku bangun, kak Nizam, kak Naura segeralah menikah," ucap Nauval dengan nada menggoda.

"Sesegera mungkin, Nauval." Jawabku.




Hello! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang