Chapter 20.

34.7K 1.6K 2
                                    

Hatiku terasa sangat sakit mengetahui dia datang ke villaku.

Aku rindu dia, namun aku juga benci dia.

Tiba-tiba....

"Mama, uncle yg tadi kesini itu siapa? Kenapa uncle itu mirip kita ma?" Tanya Izar.

"Oh sayang, dia bukan siapa2, mungkin dia temnnya uncle Nauval," jawabku sambil menghapus air mataku.

"Tapi kenapa mama nangis, mama kenapa tadi ngobatin uncle itu?" Tanya Ira.

"Unclenya tadi kasihan ya kan sesama makhluk hidup harus membantu nak,"jelasku.

"Oke deh ma, mama maafin kita ya, yg buat mama nangis pasti mama kangen papa, maafin kita yg selali tanya papa, kata aunty Nesya, papa itu sibuk banget jadi papa ngga bisa dateng ke sini, ketemu kita, kata aunty juga kita ngga boleh buat mama nangis," jelas Izar.

"Oke sayang, kita makan dulu yuk, udah ditunggu oma sama opa kan?" Ajakku pada kedua anakku.

Maafin Mama sayang mama, belum siap nemuin kalian ke papa kalian, mama masih takut kasih kalian ke dia, dan mungkin papa kalian juga sudah menikah, batinku.

Seminggu kemudian...

AUTHOR POV

Nizam kembali berkutat di meja kekuasaannya. Nizam kembali mengingat anak2nya dengan Naura.

Nizam membuka lembar demi lembar kertas yg tertumpuk rapih di depannya, namun ada satu hal yg membuatnya termenung kembali.

"Kalian sudah besar ya nak, papa kaget liat kalian, maafin papa ya sayang," ucapnya sambil menatap foto USG yg masih tersimpan rapi di dompetnya, sejak 5 tahun yg lalu.

Naura berniat untuk datang ke Jogja bersama anak2nya dan Nauval serta Nesya. Nauval memang harus kembali bekerja, Nesya harus kembali ke restoran untuk memeriksa kemajuan restoran yg telah lama berdiri, dari hasil dari kerja kerasnya bersama Naura dan Nesya.

"Mama, di Jogja kita mau ngapain?" Tanya Izar.

"Kita mau ke makam sahabat mama, namanya uncle Andra"jawab Naura.

"Makam? Berarti uncle Andra udah meninggal ma," Tanya Ira.

"Iya sayang, dia sahabat yg sayang sama kalian," Jelas Naura.

"Sayang sama kita ?, emang uncle Andra pernah ketemu kita?"tambah Izar.

"Iya uncle Andra sayang banget sama kalian, uncle Andra itu orangnya baik banget, walau uncle Andra belum pernah liat kalian, tapi mama yakin uncle Andra pasti akan selalu sayang sama kalian, dan semoga uncle di surga senang liat kalian udah tumbuh besar kayak sekarang," jelas Naura sembari melajukan mobilnya menuju ke sebuah pemakaman di daerah Keparakan.

Sesampainya di makam, mereka mendoakan pusaran Andra, Naura menitihkan air mata mengingat Andra bersumoah untuk merahasiakan keberadaannya. Andra juga mengatakan bahwa Andra ingin bertanggungjawab atas ulah Nizam, tapi itu semua kini telah menjadi kenangan, kenangan yg tak akan pernah Naura lupakan.

"Terimakasih Ndra, kamu jaga janjimu, dan kamu jaga cintamu sampai ajal menjemputmu, maafkan aku yg tak sempat membalas cintamu, karena hati ini hanya milik Nizam," batin Naura sambil mendoakan pusaran Andra.

"Uncle, kita sayang uncle, terimakasih sudah sayang sama kita, uncle sekarang aku sama Ira udah besar dan sebentar lagi akan disekolahin mama," ucap Izar pada batu nisan Andra.

"Iya uncle, uncle semoga tenang ya di surga, jangan lupain kita, love you uncle," tambah Ira.

"Anak Pintar," puji Naura.

Setelah mengunjungi makam Andra, Naura segera bergegas menuju restorannya yg berada di daerah Kota Baru.

Sesampainya di restoran,

"Aunty...." teriak Izar dan Ira yg berlari ke arah Nesya.

"Hallo, keponakan aunty, welcome to Jogja," sambut Nesya

"Aunty, ini restorannya ada rainbow cake ngga?, kayak di kafe mama di Thailand," tanya Ira.

"Ngga ada sayang, disini jual makanan makanan khas Nusantara, kalian mau makan?" Tanya Nesya.

"Kalo ngga ada rainbow cake aku ngga mau, aku mau rainbow cake, Ma," rengek Izar pada Naura.

"Mama belikan dulu, kalian mau tunggu disini sama aunty Nesya?" Tanya Naura yg berhasil membuat kedua anaknya menganggukan kepalanya.

Akhirnya Naura menuju ke sebuah kafe, yg tidak jauh dari restoran miliknya,

Ketika Naura sampai, dan ia membayar Rainbow Cake untuk anaknya ia bertemu seorang yg ia sangat tidak ingin temui ketika sampai di Jogja, ya dia Nizam.

"Naura?" Sapa Nizam

"H-hay, maaf saya buru2" balas Naura sambil keluar dari kafe.

"Bisa kita ngobrol?," pinta Nizam

"Aku ngga punya waktu banyak, anak2ku nunggu aku," balas Naura

"Aku minta 10 menit aja, bukan waktu yg lama kan?" Pinta Nizam

"Baiklah 10 menit tidak lebih," perintah Naura.

Nizam dan Naura pun bertemu dalam satu meja mereka duduk berdua,

"Aku mohon Ra, izinin aku ketemu mereka," pinta Nizam

"Mereka?" Tanya Naura

"Anak Kita, aku sangat ingin mengenal mereka, aku ini ayahnya Ra," tambah Nizam

"Maaf, bukannya ayah mereka itu tidak menerima mereka, karena mereka hadir saat ayahnya terkena pengaruh alkohol dan ayahnya sangat membenci ibu mereka," sindir Naura

"Ra, aku khilaf, aku bersalah sama mereka dan kamu, tapi sekarang liat aku, aku lelah cari kamu kemana aja, kamu pergi dari Indonesia, dan menyamar di negeri asing, dan bersama anakku, aku sangat khawatir, aku sadar saat itu aku belum siap menjadi seorang ayah, namun berjalannya waktu dan saat aku melihat David menggendong putranya, betapa siapnya aku menjadi seorang ayah, aku ingin seperti David dan Bram yg menggendong, bercanda dan bermain bersama anaknya, aku mohon Ra izinin aku bertemu mereka," ujar Nizam

"Untuk sekarang aku minta maaf, anak2ku belum siap bertemu kamu," balas Naura singkat dan segera beranjak dari kursi
Namun ditahan oleh Nizam, hingga

CUP,

Sebuah ciuman lembut di bibir Naura mendarat dari Nizam.







Hello! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang