Fall into him

1.2K 100 6
                                    

Joshua izin beranjak dari ruangan itu menuju taman rumah sakit mau mencari udara katanya.

Dia duduk dikursi taman, dan menatap hamparan luas rumput hijau yang adem untuk dilihat. Dengan beberapa perawat dengan pasiennya mondar-mandir membuat Joshua terdiam.

Mata coklat terang itu berkaca kaca. Dia tidak ingin berkedip, karena itu akan membuat tetesan bening itu meluncur dengan bebas "jangan menangis jisoo, jangan menangis" gumamnya, menguatkan dirinya sendiri.

"Jangan sok tegar hyung. Menangis saja jika ingin" suara baritone ini masuk kegendang telinga Joshua, seolah mantra menyuruh air mata yang dibendungnya untuk-

"Hiks"

-turun kepipi tirusnya dengan lancar dan tak berdosa.

Dokyeom -sang pelaku penyebut mantra itu- duduk disamping Joshua dan memeluk lelaki berambut pirang itu lembut. Joshua hanya dapat membenamkan kepalanya dibahu Dokyeom, tangannya memeluk pinggang Dokyeom ragu. Dia mencengkram kaos putih Dokyeom kuat.

"3tahun bukan waktu yang sebentar Seokie. Sakit" racau Joshua. Dokyeom mengusap surai pirang Joshua, membisikkan sesuatu yang mungkin bisa menenangkan orang yang begitu Dokyeom cintai.

"Aku tahu hyung. Kumohon, jangan terjebak dengan masalalu terus. Jun berbeda sekarang." Joshua menggigit bibir bawahnya Dokyeom mengusap lembut punggung Joshua. Dokyeom melepas pelukannya perlahan, menatap mata coklat terang laki-laki yang berasal dari Los Angeles itu lembut.

"Kumohon. Sekali ini saja...lupakan dia. Dan lihat aku, oke? Hanya ada kita berdua..nothing else"

Saat Joshua hendak menjawab, bibirnya sudah tertahan dengan bibir tebal Dokyeom. Hanya menempel, tidak ada lumatan atau apapun itu. Dokyeom tidak ingin bertindak lebih. Joshua kembali meneteskan airmatanya dan memeluk leher Dokyeom, memiringkan kepalanya dan melumat bibir tebal Dokyeom. Seolah tak ada hari esok untuk memagutnya. Dokyeom memeluk pinggang Joshua posesif, dan ikut melumat bibir tipis laki-laki didepannya

'Maaf...aku baru menyadari keberadanmu Seokkie. Aku akan melupakan dia secara perlahan. Tolong bantu aku' batin Joshua.

Tanpa dia sadari, mata kelam Jun menatap mereka dari kejauhan dengan senyum leganya. Sepasang lengan memeluk leher Jun dari belakang

"Sudah kubilang. Dokyeom pasti bertindak, kau khawatir sekali sih!" The8 -sang pemeluk leher Jun- memajukan bibirnya. Jun tertawa pelan. "kubilang dulu kan? Sebelum kau kukenalkan pada orang tua, kakak-kakak dan adikku. Bahwa 3tahun bukan waktu yang sebentar. Jangan salahkan aku jika masih memikirkannya." The8 tersenyum paksa. Dia membenamkan wajahnya ditengkuk laki-laki berdarah china-korea didepannya. "Kau milikku Jun. Hanya untukku" gumam The8 menggunakan bahasa mandarin. Jun tersenyum. Tangannya teralih memelum pinggang The8 dan ikut berbisik menggunakan bahasa mandarin "aku milikmu Minghao. Kemarin, sekarang, besok, lusa dan selamanya. Ingat itu"

**

Wonwoo melihat sekelilingnya, dia mendengus kesal -untuk yang keseratuslimapuluhtujuh kalinya- melihat ruangannya menjadi penuh. Perkataan (sok) polos Jeonghan tadi membuatnya mendengus.

"Kami sudah mengatakan pada orang tua atau bahkan bibi kami. Kami akan menginap disini!"

Dan disinilah mereka bersebelas. Menggelar bedcover yang dibawa oleh Vernon dan Seungkwan. Sedangkan Jeonghan tidur disofa bersandar pada bahu Seungcheol.

Jam digital ditembok menunjukkan pukul 8.45 waktu seharusnya Mingyu datang dan memeriksa keadaannya. Wonwoo menolehkan kepalanya kekiri dan kanan. Melihat betapa ramainya Dokyeom dan Seungkwan membuat orang-orang tertawa keras.

"Wah~ ternyata kalian menginap ya? Boleh saja tapi dilarang membuat bising. Akan menggangu ketenangan pasien" Mingyu masuk dengan menunjukkan senyumnya. Membuat Seungkwan dan Dokyeom memelankan suaranya dan yang lain memelankan suara tawanya.

Mingyu menghampiri Wonwoo dengan senyum manisnya. Wonwoo menatap datar "teman-temanmu ramai ya" Mingyu mulai melakukan pemeriksaannya, Wonwoo menggeleng "mereka sahabat, atau mungkin Keluarga keduaku. Seungcheol hyung dan Jeonghan hyung sudah kuanggap sebagai orang tua kedua, lalu ada Jun dan Hoshi sebagai kakakku, Woozi sampai Dino membuatku merasakan bagaimana mempunyai adik yang kalem, ramai, dan pendiam" Mingyu tersenyum. Dia mengacak surai hitam Wonwoo, membuat sang empunya mendengus.

Sret

Mingyu melebarkan matanya kaget, buru-buru dia mengubah ekspresinya. "Hyungdeul lapar tidak sih? Aku mau makan!" Suara khas bocah miliK Dino, membuat semua manusia disana menatap anak itu, bahkan Jeonghan membuka matanya. Jun berdiri dan mengajukan diri untuk membelikan mereka makan.

"Kalian pesan apa?"

"Kami mau jjangmyeon!"

"Aku dan Jihoon mau Kimchi"

"3 ramyeon"

"Aku dan Jeonghan mau Kue mochi saja. Masing-masing tiga dengan rasa coklat."

"Minghao?"

"Aku ikut denganmu ge"

"Arraseo. Wonwoo-a? Mingyu-ya?"

"Aku mau kue mochi! Dengan rasa coklat dan vanilla"

"Tidak bo-"

"Sekali ini sajaaaaaa~ jebal gyu~" Wonwoo menatap Mingyu dengan puppy eyes. Mingyu menelan ludahnya, tidak kuat ditatap begitu oleh Wonwoo. Mingyu terpaksa mengangguk. Wonwoo bersorak.

"Oke! Kau apa?"

"Aku mau jjangmyeon saja"

"Oke! Kami pergi dulu"

"Hati-hati Jun-ie"

Jun mengangguk, menggeret The8 yang sudah menatap Joshua mengintimidasi. Dokyeom mengusap pundak Joshua. Mingyu yang melihat kejadian barusan hanya menatap polos.

**

"aw~ Mingyu dan Wonwoo romantis"

"Duh~ panas sekali cheolie"

"Dino masih polos><"

"Jihoonie~ kupingmu merah"

"Boo! Berhenti tertawa!"

Mingyu dan Wonwoo hanya memutar matanya malas. Sekrang mereka semua sedang memakan apa yang mereka pesan. Dan ucapan barusan terjadi karena Mingyu mengusap ujung bibir Wonwoo dari coklat yang melumer dari kue Mochinya.

"Keluarga hyung greget juga ya" Mingyu kembali berdecih malas. Wonwoo hanya terkikik geli.

"Tauk! Intinya aku marah padamu Tae"

Sree- BRAK

"WON- eh? Kok ramai?" Teriakan Jungkook terhenti saat melihat keduabelas orang berada diruangan kakaknya.

"Eh? Jeon Jungkook?"

"....Kim Mingyu?"

Sorry if this chap was bored😂
But, i will try my best! Thnks for reader-nim /bow/

sign
han346

DnPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang