Keesokan paginya.
"Mam. Mah...!" Aku turun ke bawah.
"Apa Kei. Jangan teriak-teriak gitu ah, masih pagi. Ada apa?" Aku tersenyum.
"Mamah hari ini bisa anterin aku?" Mama diam.
"Kayanya mama gak bisa." Aku sengaja pasang muka sedih.
"Yaudah deh mah. Aku sarapan dulu." Aku mulai jalan ke ruang makan.
Asik... mamah gak bisa antar aku. Berarti aku bisa bareng sama Arka.
Saat aku sedang asik sarapan dengan roti dan susu. Ternyata mamah sedang menghubungi tante Tika untuk menjemput ku.
POV Al
"Al, kamu jemput Isya lagi gak apa-apa kan?" Gua nengok cepet.
"Hm-"
Gimana nih? Isya kan udah marah banget sama gua, Isya juga minta jangan jemput gua lagi. Tapi gua harus kaya gimana? Gak enak kalau gua tolak, ini mamanya Isya yang minta.
"Ok?" Mama tanya lagi.
"Ia mah." Pasrah.
Liat aja nanti deh, kaya gimana nanti Isya. Semoga dia gak nolak.
...
"Mah. Isya nanti sama..."
"Kamu sama Al. Tunggu aja, sebentar lagi Al sampai." Cerocos mamah.
What?
"Tapi mah..."
"Kei! Denger apa kata mamah. Itu terserah kamu, kalau kamu emang ngelanggar omongan mamah, hati-hati aja." Apa maksudnya?
"Aku udah..."
"Terserah kamu, mamah udah ingetin. Mamah pergi dulu, bye." Mamah mengkecup pipi ku.
Ya ampun. Terus harus gimana ini? Bt banget pasti, berangkat sama dia.
"Halo Arka." Aku hubungin Arka dulu.
"Ya Isya. Jadi? Lo berangkat sama gua?"
"Maaf ya Ka. Gua sama mama gua." Bohong.
"Oh yaudah gak apa-apa. Hati-hati Isya."
"Ya." Putus.
Kalo gak karena tante Tika gua ogah banget, gua kaya gini karena gak enak aja sama tante Tika.
Gak lama kemudian mobil Al datang, dia melakson 3 kali.
"Sabar!" Aku berlari ke gerbang.
Al membuka pintu. "Masuk."
Aduh! Bisa canggung banget ini dalam mobil. Ngapain ya? Main hp aja deh.
"Isya." Nengok. "Gak ada suara?"
Terus gua harus ngobrol sama lo? Gua aja lagi kesel sama lo.
Diam.
"Isya. Lo masih marah? Udah dong Sya. Gua kan masih murid baru, gua masih butuh temen pendamping."
"Justru lo murid baru jangan kecentilan! Sok cakep! Murid baru aja udah belagu." Jadi marah sendiri, haha bodo lah.
"Centil? Gua cewe? Sok cakep? Emang gua cakep kali." Idih.
"Suka-suka lo."
"Bener dong. Buktinya aja lo suka..." Gua udah mau cerocos aja. "Ssttt diam. Ya kan lo suka, buktinya lo cemburu kan gua deket-deket sama Anya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thrill of Love
Teen FictionTidak enak hati, itulah yang aku rasakan. Karena mamah, aku jadi seperti ini. Kini aku menderita, kalau bukan karena mamah, aku tidak akan jadi temannya. Aku di tugasi untuk membantu murid baru, dia anak teman mamah ku. Merepotkan, pasti. Dia sudah...