Alvaro: "Makanya jadi orang tuh rajin-rajin olahraga, biar punya badan tinggi." Kata Al meledek dan mengambilkan novelnya
Keisya: "Kalau mau bantu ambilin, ya bantu aja gak perlu ngehina juga." Kata ku kesal
Alvaro: "Siapa yang ngehina, orang ngasih tau.Nasehatin yang bener malah marah-marah."
Keisya: "Lagian lo ngapain nasehatin gua? Lo emak gua juga bukan, pake segala nasehatin." Aku kembali melihat-lihat
Alvaro: "Bukannya bilang makasih, malah marah-marah."
Keisya: "Ih buat apa gua terimakasih sama lo, ada juga lo yang harusnya terimakasih sama gua. Karena gua udah mau baik hati sama lo, nemenin lo ke sini." Kata ku kesal
Alvaro: "Oh gitu! Lain kali mah gua sendiri aja ya, udah tau ini jalannya." Meledek
Keisya: "Yaudah!" Kata ku pergi ke kasir
Alvaro: "Eh mau kemana?" Menarik tangan ku
Keisya: "Gua mau pulang lah. Ngapain gua disini lama-lama nemenin lo. Lo aja maunya sendiri kan?" Bentak ku😡
Alvaro: "Ih ngambek. I'm just kidding." Senyum menghibur
Keisya: "Bodo amat! Gua mau pulang."
Keisya: "Ini mba. Berapa?" Memberikan novelMba: "Rp.65.000."
Keisya: "Waduh? Uang gua mana ini kok gak ada!" Dalam hati cemas dan melihat-lihat setiap selipan yang ada di tas
Alvaro: "Eh bayar cepet. Ngantri nih, lama banget nyari duit aja." Ledek Al
Keisya: "Ih, bawel. Lo kalo mau bayar duluan, silahkan."
Alvaro: "Lagian lo kenapa sih nyari uang sampai segitunya?"
Keisya: "....." 😡😵
Alvaro: "Gak ada duit."
Keisya: "Ih bukannya gak ada uang, tapi dompet gua ketinggalan." 😳
Alvaro: "Bilang aja gak punya duit."
Keisya: "Ih... rese!" Aku langsung lari keluar merasa malu.
Di luar gedung...
Tin, Tin, Tin
Alvaro: "Isya, ayo pulang naik! Kok jalan?"
Keisya: "Terserah gua lah. Kan gua udah bilang sama lo, gua gak mau pulang sama lo!" Jalan terburu-buru
Alvaro: "Serius? Lo kan gak punya uang?"
Keisya: "Oh iya. Gua mau pulang naik apa?" Dalam hati ku teringat. Aku mengabaikannya dan lanjut berjalan
Tiba-tiba saja awan gelap kembali. Cahaya kilat kembali datang, aku tidak peduli aku terus lanjut berjalan. Walaupun diluar sana Al masih saja membujuk. Tidak lama kemudian hujan turun dengan deras. Aku masih melanjutkan jalan ku.
Alvaro: "Isya, ayo naik. Hujan Isya. Ok, kalo lo gak mau naik motor gak masalah, tapi kita harus neduh dulu ya Isya." Bujuk Al
Aku tidak peduli dengan omongannya Al. Tiba-tiba saja cahaya kilat yang sangat panjang dan bersuara besar, lewat di hadapan ku. Dengan sangat terkejutnya aku, aku langsung terjatuh dan menangis.
Alvaro: "Isya!" Berlari menghampiri ku dan memeluk ku
Alvaro: "Gua bilang juga apa! Ayo kesana, kita neduh." Ia sangat marah saat melihat ku ketakutan seperti itu dan membawa ku ke sebuan warung kecilDisana aku duduk merasa kedinginan dan hati ku berdetak kencang, dari kecil aku sangat takut dengan cahaya kilat. Alvaro memesan kan aku susu coklat hangat dan sebuah roti.
Keisya: "Bbrr!" menggigil 😨
Alvaro: "Sebentar ya." Pergi ke motornya dan mengambil sebuah jaket
Alvaro: "Ini pake ya." Memakaikannya di tubuh ku yang basah kuyupKeisya: " *Senyum* . Hm, Al. Maafin gua ya, gua udah repotin lo." merasa bersalah
Alvaro: "Ada juga gua yang minta maaf sama lo, gua udah buat lo repot. Sampai-sampai lo keujanan mulu."
Keisya: "Gua gak akan ke hujanan saat ini, kalau aja gua dengerin apa kata lo." Sok bijak
Alvaro hanya tersenyum. Hujan sudah agak meredah, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Karena hari sudah sore. Saat di perjalanan aku tidak sadar bahwa aku memeluknya. Karena saat memeluknya aku merasa hangat, merasa nyaman. Aku mulai merasakan getaran cinta lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thrill of Love
أدب المراهقينTidak enak hati, itulah yang aku rasakan. Karena mamah, aku jadi seperti ini. Kini aku menderita, kalau bukan karena mamah, aku tidak akan jadi temannya. Aku di tugasi untuk membantu murid baru, dia anak teman mamah ku. Merepotkan, pasti. Dia sudah...