احبك فى الله (4)

870 33 0
                                    

Alisya mengutak atik puzzle yang ada diatas kasurnya, sesaat kemudian ia beralih ke laptopnya, namun ternyata tidak bertahan lama, ia pun merebahkan badannya diatas kasur. Tidak pernah ia merasa segelisah ini. Rasa ingin mendekat, namun nyalinya menjadi ciut ketika mengingat kepribadian orang yang ia hadapi, ketika mengingat seberapa banyak perbedaan yang ada di antara mereka.
Seharian Alisya diam di kamar dan sibuk dengan fikirannya sendiri, berkali kali mamanya meneriakinya karena mendapat telpon dari Nadia juga Rani, namun tak ada satupanggilanpun yang ia hiraukan. Malam hari Alisya sudah tertidur pulas, saat mamanya datang dan mengelus rambut anak perempuan kesayangannya itu.

" Kamu sudah besar sayang,,, doa mama akan selalu untuk kamu,,," Bisik sang mama lalu mencium kening anaknya, menyelimutinya. Sekali lagi dia menatap lekat-lekat anak perempuan semata wayangnya itu, lalu tersenyum. Kemudian mematikan lampu kamar dan keluar.
......(((..........
IMPOSSIBLE
Sepulang dari kampus, Alisya langsung menuju ke tokobuku Rani, dia berniat untuk mencurahkan isi hatinya kepada sahabat karibnyaitu. Alisya menarik nafas dalam-dalam. Ia akan menceritakan semuanya kepada Rani.
" Selama ini gue ke toko buku lo bukan untuk beli buku atau sekedar berkunjung sama lo,, gue lagi seneng sama seseorang,,," Ungkapnya jujur, jelas saja Rani kaget.
" Really...?" Rani hampir tidak percaya. Dia selalu mengira tipe cowok yang suka baca buku tidak akan masuk kategori laki-laki yang akan disukai Al.
" Gue juga gak percaya dengan ini, tapi gue gak bisa memungkiri perasaan gue, gue kepikiran dia terus, rasanya otak gue bener-bener penuh sama bayangan dia..." Alisya terdiam sesaat. Rani menunggu Al melanjutkan ucapannya. Lagi-lagi Al menarik nafas panjang.
" Tapi sayang,,,gue gak akan mungkin bisa dapetin dia, dia gak akan mungkin suka sama gue,,,Karena gue bukan tipenya,,," Ungkap Al jujur.
" Kenapa bisa begitu?..." Tanya Rani penasaran, melihat wajah Al yang berubah murung saat mengungkapkan hal itu, sepertinya Al benar-benar menginginkannya.
" Dia seorang ikhwan, gue ketemu langsung sama dia di pernikahan sepupu gue, pertemuan itu malah menjadikan rasa kagum gue bertambah besar untuk dia Ran,,, tapi gue tahu, ini hal yang mustahil,,, Terlalu banyak perbedaan antara dia sama gue, dia taat agama sedangkan gue.. ngerti juga nggak, mungkin gue tau..cuma gue hidup di dunia yang berbeda..Gue gak sealim dia, dan gak mungkin dia suka sama cewek yang bahkan cuma beragama Islam di KTP..." Suara Al mendadak kecil, menciut, seakan sesuai dengan irama batinnya yang sedang berkeluh kesah. Rani mengerti apa yang dirasakan Al, dia mengerti posisi Al, untuknya orang seperti Al, butuh waktu untuk memahami siapa dirinya sebenarnya.
" Belum tentu Al,,, Gak ada yang bisa nentuin jodoh manusia... Emang namanya siapa?.." Tanya Rani penasaran.
" Assalamualaikum,,," Tiba-tiba obrolan terputus karena seorang tamu. Al diam seribu bahasa, bukan karena dia tidak ingin orang yang baru datang itu mendengarkan curhatannya, namun karena ia merasa mengenal suara itu. Al tidak berani mengangkat kepalanya, takut akan tebakannya sendiri.
" Suara ini?..." Batinnya, namun ia sama sekali tidak ingin menoleh, ia tahu resiko yang akan ia tanggung jika ia menoleh. Al tidak mungkin salah, suara itu adalah milik orang yang selama ini membuatnya resah dan gelisah.
" Akhi,,,tumben datengnya pagi,,," Rani membalas sapaan laki-laki itu penuh keceriaan, sepertinya mereka sudah kenal dekat.
" Lagi semangat aja, ini hasil penjualan kemarin, ini jatah untuk kamu, yang lain udah kebagian, tinggal kamu,,," Jelas laki-laki itu.
"Jazakallah Akhi,,, Malam ini jadi kan?..." Rani bertanya dengan wajah berseri-seri. Laki-laki itu mengacungkan jempolnya pertanda setuju.
" Oh iya, kenalin, ini temen satu kampus sama Rani,,, Namanya Alisya,,," Rani memperkenalkan Alisya kepada orang yang baru saja datang. Alisya bertambah kebingungan, belum apa-apa, haruskah Zacky yang menjadi pujaan hatinya mengetahui dia yang sebenarnya??? Haruskah Zacky tahu akan dirinya yang sebenarnya tidak berkerudung?
" Nah,,,Alisya, ini akhi Zacky,,," serasa disambar petir, Alisya benar-benar merasa tersudutkan, dia terjebak pada situasi yang sangat tidak menyenangkan. Dengan berat Al menoleh kearah Zacky, ada aura terkejut di wajah Zacky, namun ia segera menyembunyikannya.
" Nice to meet you,,"
Ungkapan singkat Zacky sudah cukup menggambarkan sedikit kekagetan yang berujung ketidakpercayaan, Al semakin mengeluh, tidak adakah harapan untuknya bisa lebih dekat dengan Zacky??
" Oke,,, kalau gitu akhi pamit dulu ya,, Jangan lupa nanti malam,, Jangan sampai telat lho.."
" Siippp..."
Zacky pun undur diri dan pergi. Al mengangkat wajahnya ingin segera memberitahu Rani akan hal yang sebenarnya terjadi. Namun melihat wajah Rani yang tidak seperti biasanya, Al meragukan sesuatu. Rani terus tersenyum bahkan saat Zacky sudah tidak terlihat.
" Mungkin gak ya Al, tipe cewek akhi Zacky itu seperti aku,,? Ngeliat wajah teduhnya membuat aku tenang, udah pinter, ibadah jalan, imam idaman banget,, Aku kenal dia dari pengajian beberapa bulan yang lalu, dia suka baca buku, kita lagi ada panitia buat pengajian bulan ini, makanya beberapa minggu terakhir dia sering kesini,, " Rani menjelaskan dengan wajah penuh harap, Al terjebak. Benar-benar terjebak.
" Oh iya, lanjutin yang tadi,,, Siapa namanya?..." Rani kembali ke topik semula.
" Namanya Andra,,," Alisya memilih berbohong di depan Rani, tidak mungkin jika ia harus berterus terang di depan Rani yang juga ternyata mengalami hal yang sama dengannya. Rani mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba memahami permasalahan temannya.
" Tapi biasa kok Ran,,, Gue gak begitu berharap, enjoy aja lagi, kalau emang jodoh kan gak bakal kemana.Oh iya,,, Gue jemput mama dulu ya,,, Tadi lagi belanja,,," Alisya buru-buru mengalihkan pembicaraan untuk meminta izin pulang, dia tidak ingin semakin terjebak dalam perasaan yang bahkan dia sendiri tidak bisa mengerti.
" Udah mau pulang..?" Tanya Rani kaget. Alisya berdiri siap-siap untuk pulang. Lalu tersenyum pulang, dia tidak ingin Rani berfikiran macam-macam karena sikap anehnya.
" Iya , besok kita lanjutin lagi, kasihan mama,,, Udah ya Ran,,,, Bye" Alisya pun pergi. Di sepanjang perjalanan dia terus memikirkan hal yang baru saja dia dengar. Mengapa keadaannya bisa serumit ini? Lalu apa yang harus ia lakukan? Melupakan perasaannya? Tidak mungkin semudah itu...
................. (((...................
" Prang,,,"
Alisya membanting figura berisikan fotonya bersama dengan Rani, kesal, kecewa, namun dia sadar ini bukan salah Rani, hanya saja dia tidak tahu harus mengungkapkan perasaan hatinya kepada siapa.
" Bego!!!" Alisya memaki dirinya sendiri sangking kesalnya.
" Gimana bisa gue jatuh cinta sama orang yang sama ?...Argh,,!!!! Sial...!!!" Al terus-terusan berteriak kesal. Alisya terduduk, airmatanya terus mengalir tanpa henti, hatinya benar-benar sakit saat itu.
" Seharusnya gue ga usah ketemu cowok itu!!! " Lirihnya. Alisya menelungkupkan wajahnya dibantal, melanjutkan tangisnya meluapkan perasaan yang ada. Emosi, gelisah, sedih, juga kecewa. Hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan menangis.
.......(((......

Pagi hari Al kedatangan tamu, ternyata Nadia mengunjunginya dirumah. Nadia sempat kaget dengan penampilan Al, bukankah Al seorang muslimah berjilbab? Namun setelah dijelaskan oleh orangtua Al, Nadia pun mengerti. Dia tidak akan memaksa Al untuk menjalani apa yang belum siap ia jalani, Kemudian dia menghampiri Alisya yang sedang diam di kamar. Dan mengajaknya keluar. Beberapa hari lagi dia dan suaminya akan terbang ke Kairo untuk honeymoon. Karena itu dia ingin mengajak Al keluar untuk memesan cathering-an, Karena dia dan suaminya akan mengadakan reuni bersama teman-teman mereka. Untungnya hari itu libur, dan Al merasa tidak ada kerjaan, akhirnya dia menyetujui permintaan sang kakak untuk pergi. Setidaknya dia bisa melupakan apa yang sedang mengganggu fikirannya saat ini.
Letaknya tepat disamping masjid besar " NURUL HUDA" . Alisya menunggu di luar sedangkan Nadia masuk ke dalam rumah yang ia tuju.
" Assalamualaikum,,," tiba-tiba seseorang menyapa Alisya yang sedang berdiri mematung di depan rumah pemilik cathering itu. Al menoleh dan menjawab salam, meskipun kaget dengan kehadiran Zacky namun ia berusaha menutupi, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, meskipun tidak bisa secepat itu menghilangkan perasaan yang baru saja bersemi di hatinya.
" Bareng siapa kesini?..." tanya Zacky.
" Sama mba Nadia...." jawabnya simple.Al cukup kaget, karena Zacky masih mau menyapanya. Zacky mengangguk-anggukan kepalanya pertanda paham. Zacky sibuk membolak-balik kertas yang sedang ia pegang, sementara Alisya tidak berkutik. Namun, rasanya ia ingin sekali berbincang dengan makhluk Tuhan yang sudah berhasil mengisi otak dan hatinya dengan namanya. Ia ingin sekali bisa bercanda dengan Zacky.
" Akhi kesini sama Rani juga ya...?" akhirnya dengan segenap kekuatannya ia berani mengeluarkan suaranya untuk memulai pembicaraannya.
" Iya, itu lagi pengajian, Ukhti mau ikut?..." Zacky bertanya balik.
" Lain kali aja deh,,," tolaknya halus.
" Ditunggu ya ukhti,,,," ujar Zacky, Al mengangguk sambil tersenyum.
" Akhi kemaren,,,,," baru saja Al ingin menanyakan hal mengenai dirinya, kalimatnya hanya bisa menggantung di awang-awang, karena dari kejauhan seseorang memanggil Zacky setengah berteriak. Alisya dan Zacky menoleh ke orang itu, Rani melambaikan tangannya, sambil berlari tiba-tiba ia terjatuh. Reflex Zacky berlari mengejar Rani yang jatuh, lalu membantunya berdiri. Rani terlihat ketakutan, Al terdiam tidak tahu harus berbuat apa, otaknya terlanjur dipenuhi rasa cemburu, Zacky bahkan tidak pamit, pergi begitu saja. Alisya hanya bisa tertunduk saat melihat Zacky dan Rani masuk bersamaan ke dalam masjid.
" Hei Al,,," tiba-tiba ia dikagetkan oleh sapaan seseorang lagi. Al menoleh setengah hati.
" Erick,,,? Ngapain..?" ternyata itu adalah teman satu kampusnya, Alisya pernah mendengar bahwa Erick menyukainya dari teman-temannya namun ia tidak pernah menggubris hal itu, dia orang yang tidak begitu peduli yang namanya pacaran. Bahkan surat cinta yang pernah dikirimkan oleh Erick untuknya ditolak mentah-mentah.
" Gue lagi jalan-jalan, ngeliat lo disini, gue samperin deh,,, gak masalahkan,,,?'' tanya Erick.
" Ya gak masalah lah,,," jawab Al seadanya.
" Untuk masalah yang kemaren-kemaren lupain aja ya,,gue terima kok kalau lo gak bisa terima gue, kita masih bisa temenan kan,,?"ungkap Erick jujur. Alisya tersenyum lalu mengulurkan tangannya tanda perdamaian. Mereka tertawa bersama.
" Pacar lo mana?..." tanya Erick
" Ye,,,siapa bilang gue punya pacar, gue kesini bareng kakak sepupu gue, dia lagi di dalem,,,'' bantah Al
" Bagus deh kalo gitu, jadi gue gak akan iri sama orang yang jadi pacar lo,,,hehehe" ujar Erick, Al tertawa garing
" Gombal deh...''
Sementara Zacky, setelah selesai dari permasalahan kecil yang dilaporkan Rani di pengajian, dia teringat akan Alisya yang ia tinggalkan begitu saja, ada rasa bersalah di hatinya karna tidak berpamitan terlebih dahulu.Ia berniat kembali, namun langkahnya terhenti saat melihat pemandangan di depannya. Zacky melihat Al yang tertawa bersama seorang laki-laki. Sesaat dia tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan baru saja menyadari sesuatu. Zacky hanya bisa menghela nafas panjang.
" Dunia kita memang berbeda Al..." ujarnya lalu memutuskan untuk kembali ke masjid dan melanjutkan pengajian.

....((((((.....

Ini cerita pertama di watty, jadi bener2 mohon bgt kritik dan sarannya, yang membangun ya.....
Buat bahan perbaikan di cerita cerita selanjutnya

Mencintaimu Karna AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang