SATU

3K 137 15
                                    

[Biasakan Votemment sebelum atau sesudah membaca]

Author POV

"Pa, Amora dapet peringkat tiga di kelas." Ucap Amora berusaha meyakinkan Ben, seseorang yang dipanggilnya Papa.

"Dengan nilai segini, kamu gak akan masuk ke perguruan tinggi bergengsi. Papa gak mau tau, kamu harus lebih dari mereka yang di atas kamu." Jelas Ben dengan suara bass tegasnya. Berkata tanpa menatap Amora, ia hanya fokus dengan koran yang sedang dibacanya.

"Iya, Pa." Jawab Amora singkat lalu kembali ke kamar.

Amora Devansyah, anak tunggal dari Ben Devansyah dan Diana Padmi. Saat ini Amora bersekolah di salah satu SMA elit yang ada di Jakarta, SMA Harapan Bangsa.

Di sekolah, Amora terkenal memiliki otak yang jenius, semua pelajaran bisa dilampauinya dengan baik, tapi dua laki-laki yang selalu di atasnya itu membuatnya kesal.

"Gue cuma pengen Papa ngehargai kerja keras gue. Gue bukan robot, Pa."

-

Liburan telah berakhir dan semester baru pun dimulai. Jam masih menunjukkan pukul 06.30. Tidak terlalu pagi tapi sekolah masih sangat sepi.

Amora berjalan menuju kelasnya. Saat sampai di kelas, dia melihat Azka si peringkat satu lagi duduk di kursinya dan sibuk dengan PSPnya.

"Tumben lo pagi banget." Sapa Amora basa-basi tetapi tidak ditanggapi oleh Azka.

Dengan malas, Amora memutuskan untuk keluar kelas dan mengganti baju seragamnya.

- -

"O-oke, Bunda, Daffa ngerti. Sekarang, Bunda bisa berhenti ngebawel kan?" Ucap Daffa disela-sela bawelan Lidya yang sedari tadi memenuhi mobil itu.

"Hmm, baiklah, inget yang Bunda omongin. Jangan terlalu serius di kelas, kamu bakalan stres, dan Bunda gak mau ketampanan anak Bunda hilang, ya ya." Jawab Lidya menangkup wajah putra kesayangannya itu.

"Siap, my queen." Balas Daffa sembari mengedipkan satu matanya. "Kalo gitu, Daffa turun dulu ya."

Setelah turun dari mobilnya, Daffa segera menuju kelasnya dengan headset yang menggantung di telinganya tanpa sadar tasnya terbuka dan buku-buku yang ada di dalam tasnya pun jatuh berserakan.

"Heh, buku lo." Panggil Amora tapi sama sekali gak ditanggapi oleh Daffa.

"Astaga, ni cowok bego banget sih." Gumam Amora sambil memunguti buku-buku itu dan berjalan menuju kelas.

Saat sampai di kelas, Amora langsung menaruh buku-buku itu di meja Daffa hingga membuat Daffa membulatkan matanya.

"Cowok bego." Umpat Amora lalu duduk di kursi yang paling depan.

Daffa langsung mengecek tasnya, dan ia sangat terkejut kalau dia sebego yang Amora maksud.

"Bego." Gumam Daffa dengan wajah frustasinya, lalu menoleh ke arah Azka. Tetapi Azka hanya membalas dengan ekspresi sok sedihnya dan menggelengkan kepalanya.

Tidak lama kemudian, kelas mulai diisi dengan murid yang baru saja datang. Ya, saat sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi, barulah mereka datang untuk mengisi kelas.

Kring Kring

Bel masuk pun berbunyi, dan ini saatnya untuk memulai pelajaran pertama yaitu Fisika.

"Saatnya kalian lebih fokus untuk semester ini, karena tahun depan kalian akan naik ke kelas XII."

**

PushoverWhere stories live. Discover now