TIGA PULUH

493 35 5
                                    

[BIASAKAN VOTE-COMMENT SETELAH ATAU SEBELUM MEMBACA]

                                                                                    
                                                                                    
AUTHOR POV

Saat di kamar, Amora melihat Azka yang duduk di kursi kayu yang ada di halaman belakang. Azka memunggungi Amora, tapi Amora tahu kalau Azka sedang mendongak melihat langit. Tanpa sadar, senyum hadir di bibir Amora.

Amora keluar dari kamar, menyusul Azka yang ada di tempatnya.

“Loh, mau kemana, Ra?” Tanya Rosa yang terlihat sedang menjahit baju.

“Ke belakang, tante. Nyari angin, hehe.” Jawab Amora tertawa pelan.

Rosa tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Setelahnya, Amora segera berlari ke halaman belakang.

Amora membuka pintu perlahan lalu berjalan pelan sambil menginjitkan kakinya. Tentu saja ide jahil terlintas di kepalanya.

“DOR!!” Kejut Amora dan berhasil. Azka menggidikan bahunya lalu mengelus dadanya sambil menetralkan nafasnya.

“Kaget tau, Ra.”

“Berhasil dong.” Balas Amora dengan tawanya.

Amora duduk di samping Azka, “liatin langit?”

Azka mengangguk tetapi matanya tetap menatap langit, “mungkin ini yang terakhir.”

Amora mengerutkan dahinya, “terakhir? Kan lo bisa kapan aja ke sini.”

Azka tersenyum mendengar jawaban Amora. Ia melihat Amora, gadis yang ada di sampingnya ini terasa hangat. Amora lebih cantik saat tersenyum daripada terlihat dingin. Tiba-tiba saja Amora menoleh dan melihat Azka yang sedang memperhatikannya.

Amora diam, ia memperhatikan wajah Azka yang sangat dekat.

Muka Azka kok pucet banget, batinnya.

Azka tersenyum, mengelus pelan pipi Amora.

“Lo cantik kalo senyum, Ra.” Ucap Azka dan itu berhasil membuat Amora terdiam, mengerjapkan matanya.

“Haha, lo ngomong apa sih.” Semprot Amora tertawa canggung, mengalihkan kembali pandangannya ke langit.

“Jujur sih, Daffa anaknya emosian, tapi dia bisa jadi yang paling penyayang. Dia suka baca komik, dan makanan kesukaannya rendang. Tanpa alasan yang jelas, dia ngga suka sama Fee.”

“Lo ngomong apaan sih?” Tanya Amora melihat Azka dengan tatapan bingung.

Lagi-lagi Azka tersenyum, “jaga Daffa ya, Ra.”

Azka dan Amora bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya Azka yang mengalihkan pandangannya, ia menyandarkan kepalanya di pundak Amora, dan itu cukup membuat Amora terkejut, tapi ia segera menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar.

“Sebentar aja ya,” kata Azka dengan suara yang pelan.

Amora tersenyum kecil, “lo mau tau sesuatu ngga?”

“Apa?”

“Lo itu sahabat pertama gue, dan gue tuh bahagia banget.”

“Terus Daffa?”

“Pacar sama sahabat kan beda.”

“Terus sahabat boleh saling suka ngga?”

Amora terlihat sedikit berpikir, “hmm, seharusnya sih ngga boleh.”

PushoverWhere stories live. Discover now