DELAPAN BELAS

480 37 11
                                    

[BIASAKAN VOTE-COMMENT SETELAH ATAU SEBELUM MEMBACA]

AUTHOR POV

Daffa kembali ke rumah Azka setelah jam menunjukkan pukul 23:00. Sangat kekanakan apabila ia akan kabur malem ini.

Dengan perlahan dia masuk ke dalam rumah, lalu ke kamar Azka.

"Ha-hah, Amora..."

Daffa mengernyitkan dahinya.

"Amora?"

"Ra-Ra.."

Azka terus menerus menggumamkan nama Amora. Daffa memegang dahi Azka, panas, sangat panas. Azka demam.

Segera Daffa mengambil baskom, lalu diisinya dengan air dingin. Saat kembali ke kamar, ia mengambil sapu tangan yang ada di dalam lemari Azka.

Ia mencelupkan sapu tangan ke dalam baskom yang berisi air dingin tadi, lalu menaruhnya di dahi Azka.

"Daf-Ra.." gumam Azka lagi.

Daffa menatap Azka. Perasaan yang dirasakannya sekarang, sesak.

"Udah gue bilang kan, Ka. Bohong kalo lo gak punya perasaan sama Amora, secuil apapun itu, lo tetep punya perasaan ke dia." Gumam Daffa yang sekarang duduk di pinggir tempat tidur Azka.

Tanpa Daffa sadari, Fee melihat dan mendengar apa yang baru saja terjadi.

"A-Amora?"

"Siapa dia?"

Sebenarnya Fee tadi mendengar saat pintu belakang terbuka, ia ingin memarahi Daffa tapi tiba-tiba saja Daffa terlihat panik.

Fee kembali ke kamarnya sebelum ketahuan oleh Daffa.

"Jadi, ada orang tengah di antara mereka?" Gumamnya.

- -

Pagi harinya, Daffa bergegas bersiap untuk bersekolah. Dia tidak membawa seragam saat memutuskan untuk menginap di sana. Jadi, tanpa izin terlebih dulu, ia sudah memakai seragam Azka yang sangat pas di badannya.

"Udah lama lo gak make seragam gue." Ucap Azka yang dipastikan baru saja terbangun.

"Ngapain lo bangun pagi-pagi, sana tidur lagi." Jutek Daffa yang sekarang berusaha memasang dasi.

"Lo kan gak bisa masang dasi, sini gue pasangin." Tawar Azka dengan memberikan tatapan genit.

"Najis, merinding gue. Bodo amat lah gue pasang di sekolah." Jawab Daffa.

"Mau minta pasangin siapa? Pak Budi?" Gurau Azka sambil melempar tas yang biasa dipakainya ke sekolah.

Daffa menangkap tas itu dengan sempurna, lalu menyelempangkannya, "Ya mungkin, dah ya gue pergi. Eh, pinjem mobil."

Azka melempar kunci mobilnya, dan ditangkap oleh Daffa.

"Thanks."

"Sana pergi, hush."

-

Saat sampai di sekolah, siswa-siswi sedang mengatur barisan di lapangan. Hari senin adalah jadwal upacara.

Tidak ada waktu untuk ke kelas, ia meninggalkan tasnya di dalam mobil.

Ia hanya membawa dasi dan topi saat keluar dari mobil.

"Ra," Panggil Daffa.

Amora menoleh, segera Daffa menghampiri Amora yang baru saja sampai di barisan.

"Boleh minta tolong?" Tanyanya.

"Apa?" Tanya Amora.

"Pasangin, hehe." Jawab Daffa menunjukkan dasi yang dipegangnya.

Tanpa menjawab, Amora mengambil dasi itu lalu mengalungkannya pada kera seragam Daffa.

Pelan tapi pasti, Daffa melihat wajah Amora yang serius saat memasangkannya dasi. Lagi-lagi ia tidak bisa menahan senyumnya saat melihat wajah Amora yang sedekat ini.

"Liat deh, mereka cocok ya."

"Mereka pacaran?"

"Wah kalo pacaran, bakalan jadi best couple nih."

"Tatapan Daffa itu loh, liat deh."

Sebenarnya Daffa mendengar celotehan murid di sekitarnya, tapi ia tidak mempedulikannya. Untuknya sekarang, hanya Amora yang bisa ditatapnya.

"Ud--"

Daffa langsung mencium kening Amora. Hal itu langsung membuat siapapun terkejut, termasuk Amora sendiri. Ia menatap Daffa yang sedang tersenyum menatapnya.

Amora langsung memalingkan wajahnya, ia segera masuk ke dalam barisan.

"Lo pacaran bro sama Amora?" Tanya salah satu siswa yang ada di sana.

Bukannya menjawab, Daffa hanya tersenyum dan terus-menerus menatap Amora.

**

AZKA POV

"Ka, makan dulu yok. Udah aku masakin." Pinta Fee setelah membuka pintu kamar.

"Iya, aku juga udah laper kok." Jawab gue lalu keluar dari kamar.

Fee memasak bubur, padahal gue udah bilang jangan bubur. Tapi, dia emang keras kepala.

"Aku janji ntar malem bukan bubur." Selanya langsung.

"Haha, iyaiya."

Gue langsung duduk di kursi makan, begitu juga Fee.

"Ka, boleh aku nanya sesuatu?"

"Hm?"

"Pas kamu selesai makan, oke?"

"Haha iya."

Dengan segera gue makan bubur yang dibuatkan Fee, soal memasak, Fee bisa terbilang jago.

Setelah menghabiskan semangkuk bubur tadi, gue langsung minum obat yang juga sudah disiapkan oleh Fee.

"Mau nanya apa?" Tanya gue.

"Boleh aku tanya siapa itu Amora?" Tanyanya dengan tersenyum kecil.

"Amora? Kamu tau darimana?" Tanya gue.

"Jawab dulu pertanyaan aku, Azka."

"Hmm, Amora cuma temen sekelas." Jawab gue sedikit ragu.

Fee menaikkan satu alisnya, kayanya dia tau kalo jawaban gue tadi sedikit ragu. Tapi bener kan, dia cuma temen sekelas.

"Kamu gak deket sama dia?" Tanyanya lagi.

Gue hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan yang dilontarkan Fee.

"Kamu tau dia darimana?" Kali ini gue yang bertanya.

"Semalem... kamu terus-terusan manggil nama dia."

Kali ini gue bener-bener tertegun, gue ngigau manggil nama Amora? Yang bener aja.

"Jangan bercanda."

"Aku gak bercanda, Ka. Darimana aku bisa tau coba?" Jawab Fee beranjak dari kursinya lalu mengambil mangkuk yang ada di atas meja, dan berjalan menuju wastafel.

Hening beberapa saat, sampai akhirnya satu pertanyaan ini keluar dan gak bisa gue jawab.

"Kalian suka sama cewek yang sama kan?"

TBC

-- 2 Juli 2016 --


PushoverWhere stories live. Discover now