Part 2

6.5K 295 4
                                    


.

.

.

Sinar mentari sudah mulai meninggi. Bahkan cahanya pun sudah mulai mamemasuki celah-celah jendela kamar gadis cantik yang masih saja bergulat dalam mimpi.

Keenan menghela nafas jengah.

Bayangkan saja pria itu sudah hampir sejam menunggu Ara terbangun. Tapi gadis itu malah enak-enakan tidur tanpa memperdulikan perintah Keenan untuk segera bagun dan pergi ke sekolah.

"Ara. ayo dong bangun kamu itu kebo banget sih dari tadi tidur terus." Keenan terus saja menepuk-nepuk pipi Ara dengan lembut.

"Ihh, om itu dari tadi kenapa bawel banget sih. Aku itu ngantuk Om itu ngerti dong." Ara malah bergumam tak jelas masih dengan mata terpejam menepis tangan Keena untuk menjauh dari pipinya.

"Iya tapi ini udah hampir jam 08.30 kamu harus sekolah Nona Arabella Adreeas."

"Oh my ghosh. Ara ngantuk Om. NGANTUK! katanya Ceo ternama tapi gitu aja gak ngerti." dumel Ara membuat Keenan menggeram kesal.

"Yaudah kalau gitu kamu tidur aja selama-lamanya sekalian gausah bagun-bangun lagi." ucap Keenan sarkastik membuat Ara membuka matanya dengan cepat dan menatap Keenan tajam.

"Wah parah. Om itu jahat banget sih. Om nyumpahin aku mati hah?" teriaknya dengan kesal beranjak dari kasur king size kesayangannya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Brakk

Ara membanting pintu kamar mandi dengan keras membuat Keenan tergelojak kaget seraya mengusap dadanya pelan.

gadis itu. pikir Keenan tak habis pikir dengan sikap Ara.

***

"Masih marah ya?" tanya Keenan memulai pembicaraan setelah sekian lama terjadi keheningan di dalam mobil yang akan mengantarkan Ara ke sekolah barunya.

"pertanyaan kok nggak berbobot banget sih" jawab Ara dengan acuh tanpa mengalihkan pandangannya pada ponsel.

"Kalau lagi bicara sama orang itu tatap dong matanya."

"Buat apa natap mata Om. Gak guna juga yang ada malah bikin sakit mata." balas Ara jutek membuat Keenan lagi-lagi menghela nafasnya lelah.

***

"Udah sampai." Ucap Keenan ketika mereka sudah sampai di sekolah baru Ara.

"Gausah bilang aku juga tahu kali." Ara membuka pintu mobil Keenan dan segera keluar dari mobil Keenan.

"Lho, Om kok gak ikut turun sih? " tanya Ara ketika Keenan hanya diam saja di dalam mobil tanpa ikut keluar bersamanya.

"Memangnya kenapa kalau saya gak ikut keluar?" Keenan membuka kaca mobilnya menatap Ara yang sedang mendelikan matanya.

"Om itu gimana sih, aku kan disini murid pindahan masa Om gak anter aku ke kelas sih lagian ini tuh udah jam 09.00 udah siang Om aku udah telat."

"Terus apa hubungannya sama saya? " Tanyanya dengan polos membuat Ara jengkel setengah mati.

"Ya Om anterin aku ke kelas dong. Om nanti ngomong apa kek sama gurunya biar aku gak dihukum karena telat, Om sendiri kan yang bilang kalau Om itu salah satu donatur terbesar di sekolah ini." Wajah geram Ara membuat Ali gemas melihatnya.

"Tidak mau. Kamu juga mintanya kaya gitu males saya." Ucap Keenan berpura-pura acuh.

"Ihh, jahat." dengus Ara menghentakan kakinya kesal meninggalkan Keenan begitu saja membuat tawa Keenan pecah begitu saja.

Oh My Om! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang