Beri Aku kejelasan Tentang Perasaanmu

3.7K 216 22
                                    

Waktu semakin berjalan semuanya tampak biasa, kehidupan rumah tangga semakin rukun. Bahkan kehamilan Prilly sudah memasuki bulan ke-7.

Semuanya normal, berjalan seperti seharusnya. Mereka bahagia meskipun jauh didalam lubuk hatinya Ali selalu bertanya.

Bagaimana perasaan istrinya sekarang.

Prilly memang sudah berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik, menjalankan kewajiban sebagai seorang istri dengan taat.

Tapi seseorang selalu butuh pengakuan kan?

Apalagi pengakuan cinta dari orang yang sangat kita cintai.

Maka dengan itu Ali bertekat setelah makan malam berakhir pria berambut hitam legam itu akan bertanya, bertanya tentang perasaan istrinya.

Pahit maupun manis jawaban istrinya nanti. Ali harus bertanya agar hatinya tak terus merasa gundah dengan memikirkan sesuatu yang malah akan membawa dampak negatif bagi kehidupan rumah tangganya.

Dia tidak ingin mengambil resiko.

Dielusnya rambut lembut istrinya yang kini sedang berbaring berhadapan dalam balutan selimut tebal diatas king size. Mereka saling bertatapan saling memaknai arti siratan didalamnya.

Prilly menatap suaminya dengan senyuman manisnya sementara Ali masih diam menelaah apakah ini waktu yang tepat.

"Ada apa?" Ali memejamkan matanya sejenak ketika tangan Prilly mengelus dahinya yang nampak berlipat.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Dan apa itu?"

Perlahan Ali mulai membuka matanya, menatap lekat-lekat istrinya yang nampak selalu cantik dimatanya.

"Tapi aku ragu." selanya. "Aku takut kamu tersinggung tapi aku nggak bisa nahan rasa penasaran ini lebih lama lagi."

"Katakanlah." pinta Prilly dengan senyum lembutnya.

"Selama ini, bukan hal mudah untuk mendapatkan perlakuan baikmu. Aku tahu aku sudah berbuat salah di masa lalu, aku sudah meminta maaf berulang kali. Dan..."

"Aku sudah memaafkanmu." Prilly menyela sembari mencium kening Ali sekilas.

"Terimakasih, tapi." Ali menatap dalam kedua bola mata Prilly.

Apa ini saatnya.

"Aku butuh kejelasan." Ditariknya nafas secara perlahan. Lalu mengulur tangannya membelai pipi istrinya lembut. "Tentang bagaimana perasaanmu padaku, tentang rasa cintaku yang terbalaskan atau tidak?"

Senyumnya mulai luntur. Pandangan Prilly meredup mencoba untuk mengalihkan arah matanya kemana saja asal tidak menatap suaminya yang sudah menanti jawaban.

"Aku ngantuk." Prilly membalikan tubuhnya membelakangi suaminya. "Good nite." bisik Prilly yang terdengar seperti lirihan.

Ditempatnya Ali masih diam terpaku. Melihat respon istrinya membuat hatinya merasa berdenyut.

Apakah tidak ada lagi cinta untukku?



***

Sudah seminggu berlalu dan selama seminggu juga Prilly seakan menghindarinya.

Semuanya terlalu ambigu.

Sementara Ali yang masih merasa sakit hati tak kuasa untuk memperbaiki keadaan pertama kali.

Saling menyelami ego masing-masing. 

Hingga siang itu tiba. Prilly yang dengan perut membuncitnya jalan perlahan-lahan menuju kamar ketika seharian berdiam diri di taman.

Oh My Om! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang