-9- Memancing

70 5 0
                                    

Ferdy's POV

Hari ini Aya mau jalan bareng Angga.

Terus aku?

Aku harus pergi kerumahnya. Agar Ia bisa pergi bersama Angga.

Karena aku tau pasti Ia tak boleh pergi jika bersama Angga.

Aku sudah tau bagaimana cara Om Farhan   -ayah Aya- menilai seseorang.

Penilaiannya benar-benar akurat. hanya dalam waktu beberapa menit, ia bisa tau semua tentangku.

Sepertinya Ia punya indra keenam. Aduh aku mulai ngaco!

Kuputuskan pergi kerumah Aya pagi-pagi setelah mendapat kabar dari risa kalau mereka akan berangkat jam 9.

Saat sampai dirumah Aya, aku disambut baik oleh Om Farhan dan tante Imel.

Kebiasaan om Farhan sama seperti ayahku. Ditambah lagi ia mendambakan seorang anak laki-laki. Jadi tidak susah untuk dekat dengannya.

Saat sampai dirumah Aya, aku membantu om Farhan yang sedang berkebun. Kebetulan aku dulu senang berkebun Saat ibuku masih ada.

Aya baru terbangun. Kebo dasar!

Dengan piyama biru serta rambut acak-acakan. Ia terlihat manis. Semanis ibuku.

Saat kulihat jam, jarumnya sudah menunjukkan pukul 08:30.

Akhirnya aku mengajak Om Farhan memancing. Agar Saat Angga datang nanti, Ia tak ada dirumah.

Om Farhan menerima ajakanku. Kami Akhirnya pergi ke danau dekat rumahnya.

Kenapa aku melakukan ini?

Saat aku melihat mata Aya ketika Ia menjawab pertanyaanku ditaman sekolah kemarin, Ia berbohong. Ia mengatakan hal yang tak sesuai dengan hatinya.

Aku tau, anak itu menyukai Angga. Hanya saja Ia belum menyadarinya.

Meskipun aku tak menyukai Angga, karena kurasa Ia bukan lelaki yang baik untuk aya.

Tapi Aku tak mau melihat Aya menangis lagi. Jadi aku membantu dengan sukarela. Agar Ia merasa senang.

*******

Saat Kami baru mulai memancing, ponsel Om Farhan berdering.

Sepertinya itu dari tante Imel. Mereka berbincang sebentar, lalu om Farhan menutup ponselnya.

Ia memandangku sejenak lalu tersenyum, seolah-olah mengingat kenangan konyol masalalunya.

"Kau hampir mirip sepertiku dulu" Ucap Om Farhan.

"Lah? Mirip Kenapa om?" Tanyaku bingung.

"Kau berkorban demi seseorang yang Kau saja masih bingung menganggapnya sebagai apa" terang Om Farhan.

Aku masih bingung dengan perkataannya.

"Boleh aku ceritakan Masa mudaku padamu? Bahkan Aya sekalipun belum tau sepenuhnya tentang ini" terangnya.

Aku hanya mengangguk penuh antusias.

"Dulu Saat aku masih seumuranmu, aku berada di jepang ikut bersama ayahku. Disana aku sama sepertimu. Mengenal anak yang bernama Ayano Tateyama. Aku sendiri tak tau menganggapnya sebagai apa didalam kehidupanku. Tapi, aku rela melakukan apapun untuknya Tanpa ingin dibalas. Namun kisah Kami tak berujung bahagia, aku harus pulang ke indonesia dimana seminggu lagi Ia akan menikah dengan seorang pria pilihan ayahnya. Sejak Saat itu Kami tak pernah bertemu. Aku memutuskan menetap diindonesia untuk melupakannya. Lalu Aku bertemu Imel dan menikahinya. Hingga dihadiahi seorang gadis mungil yang kunamai namanya. Agar masih tersisa sedikit ruang untuknya" terang Om Farhan, kulihat matanya berkaca-kaca. Terdapat kepedihan yang amat mendalam.

Aku tak dapat berbuat apa-apa, selain hanya menjadi pendengar yang baik. Aku mulai mengerti apa yang Ia katakan dari awal tadi.

"Kau mengajakku memancing Agar Aya bisa pergi kan?" Tanyanya lalu tersenyum.

Ia begitu tepat menjawab semuanya.

"Yah begitulah" jawabku sambil menggaruk tengkuk leherku.

Ia kembali tersenyum. Begitu hangat.

"Berhasil juga Kau mengecohku" ucapnya lalu tertawa. "Kau adalah orang yang pertama, Ingat!" Lalu tertawa kembali.

Setelah tawanya reda, aku mulai memberanikan diri menanyakan hal yang membuatku penasaran Saat pertama kali melihat Aya menangis.

"Om, apa om tau Aya pernah punya trauma?" Tanyaku sedikit hati-hati.

"Dia sudah cerita padamu? Hebat sekali Kau, Bahkan Ika saudaranya saja tak Ia beritahu" Ucap Om Farhan.

"Aya belun cerita ke aku om, cuma aku ngerasa pas pertama kali liat dia nangis, dia pernah punya trauma" terangku.

"Kau benar fer, Aya memang punya, itu terjadi saat ia kelas 6 SD dulu. ahsudahlah, nanti juga aya akan memberutahumu saat ia sudah yakin" ucapnya.

Aku hanya menganggukkan kepalaku, tanda mengerti.

Setelah mendapat beberapa ikan, kami akhirnya pulang untuk memasaknya dirumah om Farhan.

Ferdy's POV End.


****TBC****

_____________________________________________

5 Juni 2016
Perona 👸

Thanks Ferdy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang