"Ay bangun Ay!" Suara itu terus terngiang, semakin lama semakin kencang. Disertai guncangan pada tubuhku.
Akupun membuka kelopak mataku, namun kepalaku terasa sakit rasanya begitu berat. Terlihat wajah Lia yang begitu khawatir, aku pun segera duduk karena bingung apa yang membuat Lia sekhawatir itu. Setelah melihat jam menunjukkan pukul 01:48, akhirnya akupun mulai membuka suara."Kenapa Lia?" suara yang begitu serak itu akhirnya bisa keluar juga setelah melihat risa duduk membelakangiku sembil menangis, yaa dia terlihat seperti sedang menangis.
"Ferdy ay" ucap Lia begitu berat mengatakannya.
"Ferdy kenapa?" tanyaku heran.
"Aduhh ris bilang dong, gua gategaa" ucap Lia serbasalah.
"Ihh kenapa sih?" tanyaku yang kini sudah menjadi khawatir.
"Udah pokoknya nanti ayahku bakal kesini ay buat jemput lu" ucap Lia.
"Ihh ada apa sih emangnya?" pertanyaanku tak mendapat jawaban.
Akhirnya kuraih ponselku. Disana terdapat 11 panggilan tak terjawab dari Ferina dan 3 panggilan tak terjawab dari ayah. Akupun langsung menelpon ayah, namun tak kunjung mendapat jawaban.
"Ay Ferdy kecelakaan" suara itu berasal dari risa yang masih belakangiku.
Seolah tersambar petir, air mata langsung menetes tanpa ada kesempatan untuk membendungnya. Seluruh tubuhku kaku, seolah aktivitas didalam tubuhku terhenti dan hanya air mata lah yang semakin deras mengalir.
Aku tak bisa berkata kata.
Bagaimana mungkin?Akhirnya risa pun mendekatiku sambil menemaniku menangis. Iya dia memang anak cengeng.
Tak lama kemudian, ayah datang. Raut wajah ayah begitu putus asa, terdapat kesedihan yang mendalam.
Ia tersenyum padaku, ya senyuman palsu. Ia langsung menggendongku menuju mobil. Ayah memang seperti ini. Risa dan Lia pun turut ikut.
"Ayah gimana kejadiannya?" tanyaku memecah keheningan yang terjadi semenjak kami melaju dari rumah Lia.
"Ayah juga tidak tahu, yang ayah dengar dari rina, ini tabrakan beruntun. ferdy menabrak tiang listrik untuk menghindari mobil" jelas ayah.
Perasaan ku semakin cemas. Setelah tiba di rumah sakit, didepan ruang ugd rina tengah menangis.
"Ka ayaa" ucap rina setelah melihatku tengah berlari menuju nya.
"Gimana keadaannya rin?" tanyaku amat teramat khawatir.
"Kakinya patah ka, tangan siku dan kakinya lecet lecet, kepalanya kebentur tiang ka, aku takuttt" ucap rina sambil menangis.
"Kamu udah telpon papah kamu?" tanyaku kemudian.
"Udah kaa, papah lagi diluar kota. Dia besok pagi baru bisa sampai ke sini" jawab rina.
Akupun beranjak memasuki ruangan menggantikan mamah. Risa dan Lia menenangkan rina.
Begitu sakit hatiku melihat keadaan ferdy. Wajahnya dipenuhi memar, kaki dan tangan yang penuh perban. Ini begitu menyakitkan.
Tangisku pecah kembali. Dengan kondisi yang begitu parah ini, ia pasti sedang berusaha untuk sembuh. Aku tau dia, tekadnya begitu kuat. Kamu harus kuat fer, kamu harus sembuh.
Kondisi ferdy yang tengah keritis ini membuat semua orang khawatir. Harusnya aku bersamanya malam ini. Harusnya aku jangan menginap dirumah Lia malam ini. Harusnya ferdy tidak seperti ini. Aku sungguh bodoh.Kini aku hanya bisa memandanginya dibalik kaca pintu, karena kondisinya masih blm stabil dokter melarang siapapun memasuki ruangan kecuali bagian medis yang ingin mengecek kondisinya.
Rasanya tubuhku ikut merasakan sakitnya. Fer, kamu harus sadar.
---------------------------------------------------------
8 Juni 2019
PeronaT 👸🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Ferdy!
Teen FictionLelaki yang mengajarkanku arti sebuah ketulusan, lelaki yang sangat berarti dalam hidupku. Ferdy akan selalu ada dihatiku - Ayano Tateyama. Dia adalah wanita yang teramat aku sayangi, wanita yang mirip dengan ibuku. Aku ingin Ia selalu bahagia - Fer...