Chapter 3: Takdir Langit

148 11 0
                                    

Zrasshhh Zrasshhh---

Hujan yang datang ini benar benar mendatangkan ingatan masa laluku hanya memikirkan masa laluku saja membuat aku merasa sebagai anak aku belum bisa berbuat banyak, bahkan mengungkap kematian orang tuaku...

Tak semudah yang aku bayangkan.

"hei anak muda, kenapa kau melamun?" sahut si kakek peramal padaku yang membangunkanku dari lamunan tidak jelas itu.

"Ah, tidak ada apa apa pak peramal" aku menjawabnya dengan terkejut.

"Berhubung kau sudah disini aku sudah sediakan minum, tunggulah sampai reda."

"Terima kasih, tapi...apa maksudmu tadi tentang hujan membawa bencana?" tanyaku bingung. (Baca Chapter 2)

"Jika engkau membahas tentang ini maka aku bingung harus memulai dari mana....ah, bagaimana jika kita mulai dari sejarah klan kita?"

Aku pikir penjelasan kakek peramal ini dapat membantu menjelaskan tentang bencana kekeringan itu.

"Baiklah"

Lalu ia menjelaskan tentang sejarah klan yang tidak aku ketahui...

"Sebenarnya begini, dahulu kala sebelum engkau lahir klan kita adalah klan nomaden dan belum memiliki tempat yang cocok untuk ditinggali, pada akhirnya mereka menemukan wilayah yang kita tinggali saat ini, yang saat ini bernama provinsi henan."

"Dahulu nenek moyang kita memilih wilayah ini karena strategis dekat dengan kaki gunung Lao Dong, seperti yang mungkin sudah engaku ketahui, gunung Lao Dong punya berbagai misteri, dan konon tinggal seekor burung yang dianggap dewa kemakmuran oleh klan kita"

"Ohh, lalu apa hubungannya dengan hujan dan kekeringan?" tanyaku kepada kakek peramal.

Lalu kakek peramal itu menjawab.

"Leluhur kita percaya bahwa dewa itu telah menurunkan hujan, namun hujan tidak selamanya berarti bagus. Hujan mempunyai dua arti, yaitu rezeki dan kesedihan. Meski aku dapat melihat masa depan, tetap saja aku tidak tahu hujan seperti apa yang turun ini, tapi firasatku mengatakan akan terjadi hal buruk" terang si kakek peramal dengan nada yang sedikit ragu kepadaku.

Aku memang pernah mendengar lagenda bahwa dahulu kala ada seekor burung kramat yang di anggap dewa, namun kebenaran tentang nyata atau tidaknya juga masih di pertanyakan akupun bertanya padanya.

"Apakah burung kramat yang di anggap dewa itu masih ada atau dapat dilihat mata?"

"Melihatnya sepertinya hampir mustahil, tentang apa ia masih hidup atau tidak banyak yang berkata bahwa dewa burung tidak bisa mati dan bnyk yang berkata"

itulah yang dikatakan kakek peramal, tapi tetap saja aku penasaran...

Lalu hujan deras tadi perlahan reda, dan aku memutuskan untuk pulang

"Berhubung sudah reda saya permisi dulu pak peramal"

***

Draapp drapp--

Di perjalanan pulang aku mendengar suara langkah segerombolan orang yang menunggangi kuda sedang berburu di hutan, dan mereka menyuruh aku bergeser dari jalan yang akan mereka lalui.

"Heii kau yang disana minggirlah"

Karena terlambat bereaksi mereka menabrakku dengan kudanya.

Brruukkk

"Aghh, sakit....kenapa kalian menabrakku sialan?!" aku membentak mereka.

Dan ternyata aku sedang membentak orang yang salah....

Dari segerombolan orang itu keluar seorang pemimpin formasi, yaitu ketua klan 'tuan Shang dari Xia'

"Heii bocah, kau cari mati denganku?!"

Meski aku sangat ingin membunuhnya, tapi aku sadar ini belum saatnya, dan aku memilih untuk bersabar.

"Uhh, maaf tuan shang" aku bersujud memohon kepadanya.

Lalu dengan angkuhnya dia berjalan meninggalkanku begitu saja, aku bersyukur loyalisnya tidak menangkapku karena aku cuma sendiri dan sudah pasti aku kalah.

Dan hatiku berbisik.

"bahwa akan tiba saatnya kau yang bersujud kepadaku memohon maaf, dan aku dapat menjamin hari itu tidak perlu menunggu lebih lama lagi!"

****
keesokan harinya, aku terus memikirkan tentang kemarin dan rasa benciku kian bertambah, sadar akan kemampuanku sekarang belum cukup membunuh ketua klan aku memutuskan untuk meditasi di gunung Lao Dong untuk meningkatkan tenaga dalam

Dan ditengah perjalanan di hutan aku melihat seekor kupu kupu indah dengan warna mencolok terbang seakan ingin membawaku kesebuah tempat.

Tanpa sadar aku berada di sebuah Gua aneh...

Dan kupu kupu itu hilang entah kemana saat aku melihat pintu masuk Gua itu.

Aku memilih masuk dan aku melihat gua besar itu memiliki banyak lukisan aneh dan primitif, disana terdapat lukisan seorang manusia memegang tombak dan berbagai jenis lukisan lainnya.

Tapi yang paling aneh adalah ketika aku melihat lukisan manusia berbondong bondong menyembah sebuah burung raksasa.

Semakin aku masuk kedalam gua, aku menemukan sebuah altar misterius, dan di altar itu aku memutuskan untuk meditasi dan merenungi rencanaku.

Meski aku tidak Tau tempat macam apa ini, Tapi aku yakin ini sebagai sebuah petunjuk yang membawaku kemari.

Seperti sebuah takdir.....

To be continued...

*****

Halo guys, senang bisa berjumpa lagi di chapter ini.

Jika kalian suka mohon supportnya dengan memberikan vote, dan Jika ingin mengkritik silahkan tulis di kolom komentar.

Terima kasih.

See you next chapter~~~

Sebuah Awal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang