Mission #5

545 19 0
                                    

"Oh tuhan Rhei sejak kapan kau ada disana?" pekiknya.

Ugh.. Dia baru sadar.

"Semenjak kau mondar-mandir dan bergumam tak jelas,mau apa manggil?"

"Hm.. Itu.. Eh.. Ada.. "Dia kelihatan gugup,jujur ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini.

Aku menyatukan alisku. Bingung.

"Ada tugas untukmu" ucapnya cepat.

"Kau harus menjaga seorang saksi,um dia melihat pembuatan senjata ilegal sama pengedaran barang-barang berbahaya,sekaligus melihat teroris yang menyerang New York,dan dia belum menemukan orang yang dimaksud dan mungkin prosesnya lama. Kelompok teroris itu sangat berbaya,dan paling di cari diseluruh dunia. Mereka yang menyerang gedung putih tahun lalu,mereka itu terlalu pintar,dan satu-satunya orang yang mengetahui ketuanya hanya wanita itu. FBI, CIA, SS,mereka sudah mengirim orang yang paling tepat untuk menjaganya, dan aku mengirimmu karna,ya kau tahu.." dia menghela napas berat.

"Itu tugas berat,jika kau tid–"lanjutnya.

"Aku tidak pernah bilang tidak"potongku.

"Eh,oh,ya sudah,besok kamu berangkat"

Aku hanya mengangguk dan meninggalkan tempat itu,dan berlari ke parkiran. Memasuki mobil yang sudah diperbaiki oleh Aidyn.

Aku tiba disekolahku dan berlari kearah ruang kepsek.

Tok..tok..tok..

"Masuklah"

Aku melihat Steven ada didalam,dia berseringai.

Dia berdiri,"saya permisi,terimakasih"dia melenggang keluar,setelah dia keluar aku langsung memeluk Robert.

"Hei.. Hei.. Ada apa? Ada yang membuatmu sedih? Atau kangen sama aku?"dia terpekik tapi di ujung kalimat dia menggunakan nada menggoda.

"Sialan!" aku mendorongnya untung saja dia mendarat disofa.

"Wohoo,tenang honey"

"Aku bakalan pergi"

"Maksudnya?"

"Ada misi diNew York,mungkin agak lama,besok gue berangkat,misinya sangat berbahaya,belum tentu gue pulang masih ada nyawa"

"Oh God! Kamu mau menakutiku?"

"Serius"ucapku dengan nada datar. Sekarang aku ada disofa,kulihat Robert duduk menghadapku. Tapi aku masih memerhatikan lukisan yang ada didepan,lukisan mawar merah dan hitam.

"Rhei kamu pernah janji,setelah misi apapun yang kamu kerjakan,kamu pasti kembali dengan keadaan sehat"

"Tapi sayang,janji itu tidak akan bertahan selamanya,aku punya firasat aneh gatau kenapa,aku gak tenang"aku mulai curhat. Masih dengan nada flatku.

Aku deket dari kecil cuma sama dia dan dia orang yang paling aku andalkan dan tempat curhatanku. Aku cuma nunjukin kegelisahan dan kesedihan cuma sama dia aja. Senang? Gue gak pernah senang kecuali kalau udah ngebunuh psikopat gila.

"Rhei,aku tahu janji kamu itu gak bertahan selamanya,kita pasti kembali sama yang diatas. Tapi setiap kamu menjalankan misi,gue selalu berharap kalau kamu pulang dengan selamat"dia menepuk pundakku pelan.

"Rob,kamu sahabat terbaikku kalau aku kenapa-kenapa nanti tolong jaga perusahaanku sama sekolah ini"

"Yaiyalah aku sahabat terbaik kamu,emang kamu punya sahabat selain diriku?"tanyanya lebih ke menyindir.

Aku memutar bola mataku. Malas. Dasar pikiran orang lagi kacau,dia sempat-sempatnya mengejekku. Aku menghadapnya,dia tersenyum jahil. Ga bener ini mah,pasti ada yang dia mau.

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang