1 -opening-

174 44 29
                                    

Bosan.. bosan.. bosan.

Kiara bosan mendengar celotehan guru yang entah dari tadi mengganggu konsentrasinya mensketsakan wajah 'dia'. Kiara butuh ketenangan. Tak henti-hentinya ia mengumpat kata 'sial.'

"Ga kerasa ya Dit, udah setahun."

Nisa melihat kearahnya dengan senyuman pahit. Dia tau, teman karibnya itu masih belum bisa melupakan dia. Sosok yang selalu mengisi hari-harinya dulu. Hanya dulu. Itu sudah tak berarti lagi sekarang karena yang tersisa hanya kenangan. 

Sketsa yang dikerjakan Kiara akhirnya selesai bersamaan dengan bel istirahat. Kiara keluar kelas dengan perasaan nano. Ia menuju kantin bersama dengan Nisa. Sekilas, ia melihat ke kelas 'dia' dahulu. Sebersit perasaan kecewa mulai menyerang. Namun, dia elakkan perasaan itu.

Kiara kembali tersenyum dan mempertahankan senyum itu hingga kantin.

Cheese Sandwich-nya telah habis sekarang. Namun, perutnya masih saja keroncongan. Iya, sudah setahun ini nafsu makannya terus naik. 

"Kiaraaaa! elo ini, makan udah banyak, minum susu ga habis-habis, berenang pula tiap minggu. Lo ga  takut gemuk?"

"Engga lah. Mungkin? Lagian ya gue sekarang gini Nis, mau gimana lagi?"

"Lo tu cuma ditinggal lari loh, bukan ditinggal mati. Lagian masih banyak orang yang mau ama lo lebih dari si cupu Raa." Entah sudah berapa kali selama satu tahun ini Nisa berkata demikian.

"Capek telinga gua ngedengerin ituuu mulu." Kiara beranjak menuju toilet meninggalkan Nisa.

Selesainya dari toilet, bel masuk belum juga berbunyi sehingga Kiara memutuskan untuk pergi ke lab biologi untuk mencari buku mengenai kerangka. Waktu istirahat pun habis setelah 5 menit Kiara berada di dalam laboratorium. 

Pelajaran kembali dimulai seperti biasa hingga akhirnya seluruh pelajaran selesai di hari itu. Setelahnya, Kiara langsung pulang ke rumahnya tanpa aktivitas tambahan.

Sesampainya di rumah, Kiara langsung membantingkan tas di lantai serta tubuhnya di kasur. Kenyamanan yang diciptakan oleh kasur tanpa sadar melelapkannya dalam tidur hingga pukul 1. Satu malam.

Lapar!

Kiara pergi ke meja makan, tak ada makanan sedikit pun. Kiara merasa perutnya mati rasa saking laparnya malam itu. Kiara memutuskan untuk melihat apa di depan pecel lele masih buka atau tidak melalui teras rumahnya dan ternyata masih buka. Ia dapat bernapas lega pada akhirnya.

Dengan memadupadankan jaket longgar berwarna peach dan celana training panjang berwarna hitam, Ia pergi berjalan kaki ke depan kompleks ditemani dengan dinginnya suasana malam.

Kiara memesan satu porsi lele dan es teh. Sungguh nikmat!

Kemudian, Kiara kembali ke rumah dengan perut kenyang.

Esoknya, Kiara datang sangat pagi ke sekolah sehingga matanya masih mengantuk. Jadi, Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena menurutnya perpus merupakan tempat ternyaman untuk tidur selain uks. 

Kiara tertidur di belakang meja penjaga perpustakaan lebih dari 15 menit. Lantas, apa yang membangunkannya?

"WOI LO KENAPA TIDUR DI SINI!?"

"BANGS..." hampir.

"APA LO, MAU BILANG APA?"

"LO NGOMONG BISA PELAN AJA GA SIH?"

"Gue kira lo setan, tidur di sini. Ini wilayah gue."

"Gue manusia heh cowok aneh."

Kiara baru sadar, berkata kasar adalah hal yang paling dibenci Mamanya. Kalau mama ada di sini, mungkin Ia sudah dimarahi. 

Lelaki itu tersenyum. Tiba-tiba dia berkata dengan lemah lembut.

"Maaf ya, gue kaget tadi lo ada di sini. Oh iya, kenalin nama gue Evan. Gue sebenernya bukan murid baru, tapi ya mungkin kita belum pernah ketemu sebelumnya."

"Hah? Oh iya. Gue Kiara.

"Oalah lo Kiara, salam kenal yaa. Oh iya, itu disamping lo duduk ada laci, boleh tolong ambilin kunci yang ada di dalem sana ga?"

Kiara menjalankan permintaan tolong Evan. "Nih."

"Thanks dan Ki, gue boleh minta tolong satu hal lagi?"

"Apaan?"

"Bantuin gue jadi ga culun?"

"Lo culun dari mana bos?"

"Cara pikir gua." Evan terlihat cengengesan, namun Kiara merasa aneh.

Evan mengeluarkan tatapan memohon di tengah tawanya.

"Bayarannya apa dulu nih?"

"Bebas. Lo mau apapun deh dari gue asal masuk akal aja."

"Hmm, yaudah deh lagian gue gabut."

"Deal?"

"Ya."

Kesepakatan tiba-tiba yang sebenarnya cukup aneh itu akhirnya terjadi. Tanpa aba-aba akhirnya dua orang asing saling mengambil keuntungan yang dibalut atas nama pertemanan. 

Setelah bertukar nomor, mereka pergi keluar menuju kelas masing-masing karena bel masuk telah terdengar.


SO, WHAT SHOULD I DO?

I MISS YOU DIT!

-----
HI GUYS.

Ps. Your vote and comment really motivate us as an author

Love ya!

Hi, Dit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang