6

47 22 2
                                    

GUESS HIM!
-----

Pagi ini Aku harus pergi ke Singapore, meninggalkan kedua orang yang sangat kucintai. Dua orang renta yang harus menanggung beban kesedihan di masa tuanya.

Aku menuju airport dengan taxi yang telah kupesan tadi pagi. Hari ini, jadwal keberangkatanku pukul 09.20 pagi. Aku harap jalanan Bandung tidak terlalu ramai mengingat ini bukanlah hari libur.

30 menit sudah kuhabiskan di dalam taxi, namun Aku belum juga sampai.
Namun, seingatku jalan ini sudah dekat dengan bandara, mungkin berkisar 15 menit lagi, aku akan memasuki gerbang bandara.

Waktu juga telah menujukkan pukul 08.20 menit, aku tidak terlalu cemas karena ini masih cukup lama.

Sesampainya di bandara, Aku membeli dua roti untuk mengganjal perutku. Aku lapar karena menunggu terlalu lama. Tak lupa, aku juga membeli secangkir susu hangat untuk menghangatkan hatiku yang beku.

Maaf, maksudku tubuhku yang dingin.

Aku memasuki ruang tunggu bandara. Sekitar 10 menit berlalu, Aku berpaling ke dalam pesawat di seat H-17.

Suasana dalam pesawat cukup membuatku menggigil. Aku memutuskan untuk mencantelkan jaket ke tubuhku agar hangat. Aku berharap aku bisa sampai ke Singapore dengan selamat.

-KIARA-

"Ra, lo kenapa?" Tanya Adit yang sukses menghancurkan lamunanku.

"Ha? Oh, ga kenapa-napa. Lo laper? Makan yuk! Ini kan udah dikasih bubur tadi sama susternya." Jawabku mengalihkan pembicaraan.

"Ya, Gue sih gamau ya Raa. Tapi, kalau dipaksa sih gue mau aja, asal elo yang nyuapin." Ucapnya dengan tawa nakal yang khas.

"Ih elo mahh. Yaudah sini gue suapin, tapi habisin ya!"

"Siap Kapten." Ucapnya bersemangat.

Aku menyuapi Adit sesendok demi sesendok. Namun, ada satu hal mengganjal pikiranku.

Ah sudahlah, mungkin hanya pikiranku.

Tiba-tiba, Adit mengambil piring yang ada di tanganku. Mengapa?

Ia menarikku hingga wajah kami mendekat, lebih dekat dari yang dapat kubayangkan.

Ia menyenderkan keningnya di keningku. Aku merasa, kenangan masa lalu itu muncul lagi. Kenangan yang hampir terkubur dalam, naik ke permukaan dengan mudahnya.

Ya, Aku rindu. Aku rindu saat dimana Adit selalu mengisi tempat di hatiku yang kosong. Saat dimana Adit tak pernah sedikitpun alfa dari dalam otakku. Aku memang merindukannya.

Merindukan sosok berperawakan tegap dengan kulit putih berpadu dengan rambut hitamnya. Matanya yang indah melambangkan ketampanan yang Ia miliki. Badannya yang tegap mengisyaratkan hanya dengan berada dipeluknya, hidupmu akan sempurna.

Kenangan tinggal kenangan.

Aku ingin menuntun hari baruku menuju ke arah kebahagiaan.

Semenjak pertemuanku dengan Adit waktu itu, aku merasa kenangan buruk yang terjadi kemarin telah usai.

Entahlah, aku merasa sesuatu yang aneh akan menghapus rasa rinduku itu.

Aku berharap kebahagiaanku ini terus ada tanpa mengikrarkan kata perpisahan lagi.

Ia tersenyum dibalik matanya yang tertutup. Aku tau, ia tengah bertahan dengan sekuat tenaga untuk tidak menangis.

Aku tak tau apa yang ia sembunyikan, namun Aku iba melihatnya.

Hi, Dit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang