5

82 26 2
                                    

Hey, guess him!
-----

Adit Diaries

Dit's 20 Agustus
Dear Adit,
Hi, Adit! Diaries.

Hi. Entah udah berapa lama aku tak menulis kata-kata bahagia di dalam buku ini dan entah telah berapa kalimat rindu yang sudahkutulis. Tapi, hari ini berbeda. Aku akan menulis sebersit kenangan baruku bersama Adit.

Ya, Aku bertemu dengannya lagi. Ternyata, dengan melihatnya saja perasaan bahagia langsung menyerbuku tanpa henti. Namun, apa kamu tau? Adit masuk rumah sakit. Tak sanggup rasanya Aku melihat kondisi Adit yang seperti itu. Aku harap Ia dapat segera pulih dan Aku harap hubungan kami membaik.

Mungkin memang tak bisa menjalin kisah yang sama. Aku hanya berharap perdamaian abadi bersamanya. Sungguh, aku tetap merindukannya.

Setelah menyelesaikan diary hari ini, Aku menyusun daftar pelajaran untuk esok hari dan kemudian Ibuku memanggil. Lantas, aku segera menemuinya dan ternyata Ia mengajak untuk makan malam bersama di ruang makan.

Setelah sekitar 10 menit aku meninggalkan kamar, Aku kembali ke kamar.

Aku lalu memeriksa ponselku dan kulihat ada dua notifikasi tak terduga. Sebuah nama tertera di layar ponselku dan tebak siapa? 

Ia adalah sahabatku tercinta, Evan.

Tumben sekali ia mengirimkanku pesan pukul segini, biasanya ia hanya akan belajar, belajar, dan belajar.

Sama seperti Nisa yang notabenenya adalah rival peringkat Evan.

EVAN: hey gadis, gue kasih kontak lo ke abang gue ya.

Evan: read elah

*read*

Evan: bales elah

Kiara: banyak bacot. Oke deh.

Aku tersenyum geli melihat apa yang dikirimkannya. Sekaligus, senang tak ketara saat melihat apa yang dikirimnya. Tak lama kemudian, sebuah kontak mengirimkan sebuah pesan padaku.

Kalian bisa tebak kan itu siapa?

Adit: hi

Kiara: hi

Adit: ga berubah, masih cuek aja raaa

Aku bingung, hanya dengan pesan sesingkat itu, hatiku berdegup tak karuan. Aku lalu mendial nomor Evan dan dalam hitungan lima detik, ia mengangkatnya.

Aku hanya menjawab ucapan si penerima dengan tawaan. 

Hari ini Aku sungguh bahagia, namun apakah ini akan bertahan?

Batinku berharap iya, namun dengan jelas otakku menganggap ini hanya sementara.

Evan yang merasa tingkahku aneh langsung mematikan sambungan sepihak.

Aku mengakhiri hari ini dengan seulas senyum tak terduga, dari orang yang juga tak diduga-duga.

...

Dua hari berlalu semenjak kejadian di rumah sakit itu, namun hatiku tetap saja tak percaya. Bagaimana bisa orang yang selama ini membuat hidupku terpuruk, tiba-tiba kembali dengan cara yang tak disangka-sangka

Aku berjalan ke kantin bersama Nisa dan Claudia, salah seorang teman sekelasku.

Rencananya, hari ini kami bertiga akan pergi ke toko buku untuk membeli bahan tugas yang diberi guru seni budayaku.

Hi, Dit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang