Chapter 2

110 6 0
                                    

"Ramennya enak sekalii. Aku sudah kenyang" ucap Yoon Jae sambil meminum seteguk air.

"Iyalah enak orang gratis" Sindirku dgn tatapan sinis

Yoon Jae hanya menyengir kuda dan melanjutkan minumnya.

"Tapi kau tidak jadian kan dengan Ji Won?" Lagi-lagi Hye Ri menanyakan hal itu.

"Astaga tidak. Kalian kenapa trs bertanya hal itu?"

"Kalo tdk jadian, tpi setidaknya kau menyimpan rasa sukakan padanya?" tebak Hye Ri lagi.

"A-ah itu. Hm sebenernya-" belum aku menyelesaikan perkataanku, Yoon Jae sudah memotongnya

"Sebenernya kau memang suka sama dia tpi kau cuman memendamnya"

Sial. Betapa enaknya Yoon Jae mengatakan itu padaku dan Hye Ri.

"Kau bilang saja pada Ji Won kau menyukainya" Hye Ri berusaha memberikan saran padaku.

"Ngomong gampang, melakukannya itu butuh nyali besar" ucapku sambil menatap layar ponsel ketika ada SMS masuk.

"Kita akan bantu kau Jae Kyung. Jangan khawatir" Hye Ri dan Yoon Jae mengatakan itu dgn semangat

Tapi aku menghiraukannya. Aku membaca sebuah SMS yg masuk ke hp ku. Dari Han Jae Ah.

+8267-8974-xxxx

"Eonni, apa kau masih lama lagi pulang? Badanku tiba-tiba panas. Cepatlah pulang"

Membaca SMS itu aku bergegas pulang kerumah. Hye Ri dan Yoon Jae bertanya kenapa pulang buru-buru sekali. Aku menjelaskan bahwa Jae Ah sedang sakit. Aku pun langsung berlari meninggalkan mereka menuju halte bus terdekat.

"Tunggu sebentar, aku sudah di jalan sekarang ini. Minumlah obatmu dulu. Setelah sampai ini aku akan membawamu ke rumah sakit" Itulah isi balasanku pada Jae Ah.

Bus pun berhenti didepan jalan rumahku. Aku langsung lari secepat mungkin. Aku takut terjadi hal buruk pada Jae Ah.

Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Dan Jae Ah adalah adikku satu-satunya. Jae Ah satu-satunya keluargaku yg tersisa. Ibu dan Ayahku meninggalkan kami berdua pada Nenek ketika aku berumur 8 tahun. Nenek merawatku dan Jae Ah lebih dari 4 tahun, tapi Nenek sudah tiada beliau meninggal 2 tahun yg lalu. Dan sekarang kami tinggal berdua dirumah Nenek.

Keperluan sehari-hari bahkan biaya sekolahku, Bibi dari Ayah yg mengurusnya. Bibi memang baik. Dia tiap akhir pekan selalu dtg melihat kami. Tapi kami tidak bisa tinggal dengannya. Karena rumah yg ditempati Bibi tidak terlalu besar sehingga kami tidak bisa tinggal dengannya.

Sebenernya aku selalu bertanya-tanya pada diriku. Kenapa Ibu dan Ayah meninggalkan kami pada Nenek? Apa yg terjadi? Aku merasa sedih pada Jae Ah. Tiap malam dia selalu menyebut nama 'Ibu' berulang kali. Dia sangat merindukan Ibunya. Begitu juga denganku.

"Jae Ah, Eonni pulang!" teriakku dari luar rumah. Aku langsung mencarinya dikamarnya. Kini dia sudah tergeletak di lantai.

"Jae Ah! Jae Ah bangun!" Aku terus menepuk pipinya agar dia bangun. Kemudian aku mengendongnya keluar dan membawa dia ke rumah sakit.

---

Jae Ah sedang diperiksa dokter. Aku merasa khawatir sekali. Aku takut Jae Ah punya penyakit lain yg tidak ku ketahui selama ini.

Dokter pun keluar dari ruangannya dan menjelaskan semuanya padaku.

"Jae Ah dia hanya demam biasa saja. Dia terlalu banyak bergerak sehingga dia gampang lelah. Sebaiknya kau melarangnya untuk melakukan sesuatu yg membuat dia lelah. Biarkan dia banyak beristirahat" jelas Dokter padaku.

"Baiklah dok saya mengerti. Terimakasih" kemudian aku membungkuk sebagai rasa terima kasihku dan Dokter tersebut meninggalkanku.

---

Aku membawa Jae Ah pulang kerumah. Saat pulang kerumah, aku membelikan dia bubur dan obat yg diresepkan dari dokter.

"Ayo makan buburmu setelah itu minum obat" perintahku padanya yg sedari tadi aku lihat dia hanya menopang dagunya pada kedua lututnya.

"Apa yg kau lakukan selama aku sekolah? Dokter blg kau terlalu byk bergerak. Kau pasti tidak beristirahat dgn cukup"

Jae Ah hanya diam mematung saja saat ini tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

"Karena aku sudah kelas 12, kelasku selalu dpt jam tambahan belajar. Jd aku selalu pulang agak telat. Dan kau juga-"

Jae Ah memotong pembicaraanku.

"Apa? Kau ingin menyalahkanku lagi? Kau pasti ingin bilang 'Jae Ah banyaklah beristirahat kau ini sedang sakit'. Apa kau pikir tidak bosan sakit trs seperti ini? Aku juga ingin keluar rumah bahkan melanjutkan sekolahku lagi. Semua grgr sakit ini aku menderita!" teriak Jae Ah padaku dgn suara tinggi.

"Jae Ah kecilkan suaramu ini sudah malam. Kau memancing emosiku. Sebaiknya kau habiskan buburmu lalu pergi tidur"

Aku pun meninggalkan Jae Ah diruang makan sendirian dan pergi ke kamarku. Dari luar, aku mendengar isakan tangisan Jae Ah. Dia terus menangis tanpa hentinya.

Mendengar tangisannya, air mataku juga ikut jatuh. Aku membungkan mulutku sendiri agar Jae Ah tidak tau kalau aku juga ikut menangis sepertinya.

Jae Ah maafkan aku. Aku tidak bisa jadi kakak yg baik bagimu. Aku sangat khawatir denganmu. Itu sebabnya aku melarangmu untuk keluar rumah dan melanjutkan sekolahmu. Aku takut sakitmu makin parah. Aku takut kau akan meninggalkanku sendirian nanti. Aku tidak mau itu terjadi. Jadi, maafkan aku Jae Ah. Aku sayang padamu. Sebesar sayang Ibu dan Ayah padamu.

---

She Was KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang