Tiga : Almost

44 7 0
                                    

Izzam POV

"Zam, jemput mama di rumah tante buruan ya, nak." Pesan mama barusan masuk. Aku yang baru saja selesai sholat langsung bersiap-siap untuk menjemput beliau, mamaku yang paling kucinta di dunia ini.

Papa sedang ada tugas dinas ke luar kota dan baru bisa pulang mungkin sekitar dua hari lagi. Jadi untuk antar-jemput mama kalo kemana-mana, aku yang bertugas untuk sementara waktu.

Aku mengeluarkan mobilku --maksudku mobil papaku-- dari garasi dan segera meluncur ke rumah tante.

Untuk mempercepat perjalanan, aku memilih lewat sanggrahan bakpia. Rumah tante ada di sekitar sana.

Lampu merah. Aku harus berhenti. Dahiku mengerut. Aku menghentikan mobilku dan melihat seorang gadis berhijab kuning sedang menuntun seorang kakek menyeberang jalan. Subhanallah, masih ada orang mulia sepertinya. Pikirku.

"Kayaknya pernah lihat deh, siapa ya ?" Gumamku sambil mengingat-ingat wajah gadis itu. Sampai akhirnya terlintas sebuah nama di otakku, Dhea. Ya, itu Dhea.

Kulihat dia tersenyum manis pada kakek itu, kemudian melangkah pergi dari tempatnya berdiri.

Mobilku ku arahkan ke kanan, bermaksud untuk membuntutinya. Untungnya lampu sudah hijau. Entahlah, aku tiba-tiba merasa penasaran dengannya.

Aku lihat dia menaiki taksi. Kemudian ku ikuti taksi itu. Semakin jauh aku mengikutinya ... Astaghfirullah ! Aku lupa !

"Kan seharusnya aku menjemput mama, kenapa jadi membuntuti Dhea ?" Ucapku kemudian menepuk jidatku yang tertutup.

Aku tidak bisa memutar mobilku karena ini jalur one way. Yah, terpaksa aku harus menempuh perjalanan yang lebih lama.

***

Sesampainya di rumah tante, ternyata mama sudah menunggu di luar ditemani tante. Maafin Izzam, Ma! Pekikku dalam hati sambil memejamkan mataku sejenak.

"Lama banget, ngapain aja, sih kamu ?" Tanya Tante Dina.

"Iya, kamu ngapain aja sih dari tadi ? Lihat, udah hampir isya' nih," timpal mama.

Aku hanya meringis dan meminta maaf pada mama. Kemudian mama berpamitan dan kami langsung meluncur pulang.

"Ma," ucapku memecah keheningan di dalam mobil.

"Iya ?" Jawab mama dengan lembut.

"Aku boleh pacaran nggak sih ?" Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku. Kulihat mama melotot, kemudian menyipitkan matanya.

"Kamu udah mulai lirik cewek ?" Tanya mama yang hanya ku jawab dengan tawa kecil.

"Untuk pacaran jangan deh, Zam. Nggak usah. Tapi bagus juga, akhirnya setelah hampir 6 tahun puber ternyata kamu udah mulai lirik-lirik, hehehe. Sebelumnya kan, enggak sama sekali." Kata mama.

Aku diam dan berpikir. Iya ya, dulu aku sama sekali nggak tertarik sama yang namanya cewek. Tapi ngelihat Dhea tuh kayak beda dari lainnya.

"Siapa sih ??" Tanya mama penasaran.

"Ah, eng-enggak ma. Izzam cuma tanya aja," elakku.

Mama hanya meng'oh'kan perkataanku.

Fiuh ... hampir aja.


"Budayakan meninggalkan vote + comment setelah membaca sebagai bentuk apresiasi. Terima kasih." - HS

30˚ CELSIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang