Dua Belas : Maybe?

34 6 5
                                    

Rumah Bude Wati, 1 September 2016 18.34 [13˚]

Aku duduk di pinggir jendela kamar berdinding warna pink pastel ini. Masih terpikir apa kata Bagus tadi sore.

"If you wanna go back, i always stay here to say welcome to you."

Kalimat itu begitu terngiang di kepalaku. Bahkan sampai saat ini. Tapi aku tak kunjung mengerti maksudnya.

Aku juga masih belum mengerti kenapa aku bisa begitu saja memeluk Bagus. Pasti dia akan salah paham.

Apakah aku akan kembali pada Bagus? Entahlah. Itu pertanyaan yang jawabannya sangat sulit aku temukan.

Aku dekat dengan Izzam. Dan ku rasa, aku juga mulai menyukainya. Tapi bertemu Bagus lagi, seakan membuat aku lupa siapa Izzam.

Membuat aku merasa ogah untuk menyukai Izzam. Dan membuat aku merasa menyesal jika mungkin aku membuat Izzam tertarik padaku, walaupun aku tidak menyengajanya sama sekali.

"Astaghfirullah..." aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan.

Apa Bagus berharap? Atau aku yang ke-gr-an? Bagus? Atau aku? Aku? Atau Bagus?

AAAAAAKKHHH!

Aku benar-benar pusing sekarang. Semuanya terasa sangat mengganggu. Dua minggu lagi aku harus kembali ke Jogja, dan itu bukannya membuatku tenang. Malah semakin kepikiran.

Dua minggu, ya ampun, apa masih lama? Aku seperti ingin terbang yang tinggi dan jauh aja dari sini. Bukan apa-apa, aku tak ingin larut dalam pikiran tentang Bagus.

Mungkin bagi orang lain--jika mereka tau apa yang terjadi padaku saat ini--aku lebay. Mereka tau keadaanku, tapi tidak dengan batinku.

"I'm gonna love you again, and i sure about it ..."

Tiba-tiba suara itu keluar dari dalam kotak silver bertombol di sudut meja. Ada yang belum tau, itu benda apa? Baiklah, orang menyebutnya radio.

Liriknya entah kenapa begitu menohok hatiku. Seakan-akan penyiar radio yang letaknya jauh di sana, seorang peramal. Dia seperti bisa membaca pikiranku, kemudian dia dengan sengaja memutar lagu yang isinya sama dengan isi pikiranku.

Kalian tau kan, apa yang ku pikirkan?

***

TING TUNG!

Ada sebuah pesan masuk ke LINE ku. Siapa? Bagus? Dari mana dia dapat id LINE ku?

Bagus Naufal : Assalamualaikum.

Dheana Fatikha : Waalaikum salam. Ini Bagus?

Bagus Naufal : Bukan, aku Nasikin. Ya Bagus laaaaaah!

Aku tertawa terbahak-bahak membaca pesan dari Bagus yang itu. Nasikin? Aku jadi teringat orang 'gila' di dekat rumah bibiku ini.

Dheana Fatikha : Wkwkwk, eung, aku kira siapa. Ada apa Gus?

Bagus Naufal : Engga ada apapa. Cuma mau nanya, kamu kuliah di mana habis ini? Denger-denger kamu pindah ke Jogja ya, sejak kelas 10?

Dheana Fatikha : Hehe UGM, Gus. Kamu? Iya aku emang pindah.

Bagus Naufal : Loh UGM? Beneran? Aku kemaren lolos ke UGM juga lo, masuk ilmu hukum.

Deg.

UGM?

Juga?

Bagus mau ke UGM?

Juga?

Ya Allah.

Dheana Fatikha : Hukum? Sama dong!

Bagus Naufal : Ah, nyama-nyamain aja.

Dheana Fatikha : Yee, engga ding, aku aja ngga tau kalo kamu ke UGM.

Bagus Naufal : Katanya kan kalo sama jodoh ya 😋

Ya ampun.

Dheana Fatikha : Paansiiiiih

Bagus Naufal : Hehe. Yaudah ntar ya, aku di suruh bunda nganterin ke pasar nih. Assalamualaikum.

Dheana Fatikha : Waalaikum salam. Selamat menunggu bunda berbelanja ria, hehe.

Bagus Naufal : Thank you, bjshdjfmcgsyiloveyouhsgsjsandkwiehfnfosnshimissyoubdhdnslahdhdbslahd! 😆

Aku hanya membalas dengan dua emoji senyum setelahnya. Memangnya kenapa? Ada yang aneh? Ada lah, Bagus ya gitu, kalo gajenya lagi kumat. Ngetik pesan aja enggak becus hahaha.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

30˚ CELSIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang