Penculikan

290 18 4
                                    

Bel sekolah SMA Elit Pancasila berbunyi menandakan kalau pelajaran telah berakhir. Seorang gadis berambut coklat panjang bergelombang dengan cepat membereskan alat tulisnya dalam diam. Lalu segera beranjak dari tempat duduknya tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri.
"Hai,Vitya. Mau pulang yah?" Sapa seorang cowok berkacamata dengan nada ramah. Cewek yang dipanggil Vitya itu hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.
"Hai,Vit! Udah dijemput tuh didepan." Sapa cewek berambut pendek saat Vitya sudah berada di selasar sekolah. Lagi-lagi Vitya hanya mengangguk dan tersenyum tanpa minat. Bergegas dikebutnya langkahnya agar sebisa mungkin menghindari orang-orang yang menegurnya dengan sok kenal.
Orang-orang dengan senyum palsu dan nada ramah yang palsu. Vitya membencinya. Setahun yang lalu ketika ayahnya hanya seorang pejabat biasa,semua orang bersikap biasa padanya. Tapi semua berubah ketika ayahhnya dilantik menjadi Wakil Presiden negara ini. Orang-orang disekolah seperti berbondong-bondong menjadi penjilat hanya agar bisa berteman dengan putri Wakil Presiden.
Menjijikkan! Maki Vitya dalam hati. Kalau bisa Vitya ingin bertukar kehidupan dengan seseorang yang kehidupan sekolahnya bisa dinikmati tanpa harus dimata-matai oleh penjaga suruhan ayahnya atau memiliki teman yang benar-benar tulus ingin bersahabat dengannya.
Langkah Vitya dengan cepat mendekati mobil sedan Marcedez Benz hitam yang sudah terparkir manis didepan lobi sekolahnya. Senyum Vitya mengembang mendapati Pak Sanusi-supir ayahnya-menepati janjinya dengan tidak menambahkan embel-embel mobil- mobil panjang berderet dengan puluhan penjaga yang membuat Vitya merasa lebih baik dirinya naik taksi saja.
Dengan sigap Vitya langsung membuka pintu depan mobil dan duduk dengan nyaman,lalu melirik supir ayahnya itu.
"Ayo,pak. Langsung pulang kerumah." Ucap Vitya.
"Baik,Non." Jawab Pak Sanusi singkat, lalu mulai menjalankan mesin sedan hitam itu.
"Papa ada dimana sekarang,pak?" Tanya Vitya begitu sedan hitam itu sudah memasuki jalan besar. Pak Sanusi melirik Vitya sebentar lalu berkata.
"Tadi jam 10 saya mengantar Pak WaPres ke Hotel Rich-Carlton,Non. Kata beliau mungkin jam 3 baru selesai,jadi saya disuruh jemput jam 3." Jawab Pak Sanusi sopan. Vitya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu melirik jam di iphonenya. Pukul 14.05 menit.
"Kalo gitu kita nunggu di hotel aja,pak. Skalian nunggu papa pulang. Aku ga mau dirumah sendirian." Lanjut Vitya lalu menyumpalkan telinganya dengan headset dan mulai membuka soundcloud dan menyetel playlist favoritnya.
Baru sekitar tiga lagu yang didengarkannya,mobil yang ditumpanginya tiba-tiba mengerem mendadak sampai-sampai kepala Vitya menabrak kaca depan mobilnya.
Vitya meringis sambil mengelus pelan dahinya yang nyut-nyutan.
"Kenapa ngerem,pak?" Tanya Vitya pelan lalu melirik ke arah depan mobilnya. Ada mobil sedan hitam yang tiba-tiba berhenti dan menghalangi mobil yang ditumpanginya.
"Gak tau,Non. Tiba-tiba mobil depan berhenti. Untung saya ngerem langsung,kalo gak udah nabrak." Jawab Pak Sanusi terlihat kaget.
Mobil didepannya tidak juga beranjak dari tempatnya berhenti.
"Mungkin mogok,pak. Mundur aja." Saran Vitya,lalu menoleh ke belakang mobil dan mendapati ada sebuah mobil hitam juga yang berhenti tepat dibelakang mobilnya. Ini apa-apaan sih?! Gumam Vitya kesal dalam hati.
"Mundur gak bisa,Non. Mepet banget sama mobil belakang." Ucap Pak Sanusi juga melirik ke belakang. "Yaudah saya turun sebentar yah,Non. Buat nyuruh mobil belakang mundur." Lanjut Pak Sanusi lalu mulai membuka auto-lock sedan hitam itu dan berjalan ke arah belakang.
Vitya mengamati dari dalam mobilnya melihat Pak Sanusi mulai mengetuk kaca samping kemudi mobil hitam itu. Beberapa detik kemudian terjadi sangat lambat. Vitya melihat kaca pintu mobil itu perlahan menurun dan sang pengemudi mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti sebuah tabung hitam. Dan detik berikutnya Vitya mendengar suara meledak yang amat nyaring disertai dengan darah berhamburan dari tubuh Pak Sanusi. Dan kemudian Pak Sanusi langsung terlihat terkapar di tanah. Vitya tidak sempat berteriak karena dirinya terlalu syok. Beberapa detik kemudian,di mobil hitam itu keluar 4 orang pria berbaju hitam membawa senjata. Dengan tangan bergetar,Vitya menekan tombol auto-lock di mobilnya dan berharap kalau kaca mobil ini anti peluru.
Vitya melirik ke depan dan melihat kalau mobil yang dipikirnya mogok itu juga ternyata berisi 4 orang pria membawa senjata.
Vitya berusaha berpikir jernih. Lalu melirik iphonenya yang tergeletak si samping kursinya,lalu mulai membuka passkeynya. Baru saja Vitya akan men-dial nomor ayahnya, tiba-tiba ada panggilan dari caller id yang tidak dikenal masuk ke iphonenya.
"Ha..halo..?" Jawab Vitya tergagap.

TBC

Haaaiii readers!!
Gimana ceritanya? Bikin penasaran gak?
Sebenernya cerita ini aku buat kelas 1SMA untuk Mading sekolah dan temanku banyak yang suka.
Cuma ini bukan cerita aslinya. Yang asli aku cariin gak ketemu,aku lupa taroh dimana. Jadilah aku bikin ulang -___-
Alur ceritanya sama,cuma dibikin agak panjang aja dari yang aslinya.
Happy reading yah :)
Ditunggu vommetnya :)

Agent GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang