"Besok saya ikut ke sekolah bareng kamu." Jawab Eza datar. Vitya masih mengerutkan keningnya lalu beberapa detik kemudian matanya membelalak lebar. Whaat?! Batin Vitya dalam hati.
Baru saja bibir Vitya akan terbuka untuk protes,Eza sudah berdiri dari bar-chair nya dan berlalu ke arah ruang tamu,tepat di depan pintu dapur Eza berbalik dan berkata," Besok berangkat jam 6 dari sini." Dan langsung melesat meninggalkan Vitya yang masih terbengong-bengong. Bener-bener deh tuh cowok! Batin Vitya kesal dan berjalan mengikuti Eza. Eza melirik Vitya setelah mereka berdua sampai di ruang tamu dan Eza mulai menuju koridor di kanan ruang tamu. "Kenapa ngikutin saya?" Tanya Eza datar. Vitya berhenti dan menyilangkan tangannya didepan dada.
"Kamar yang aku tidurin tadi udah dimasukin sama Mas Rey! Trus aku tidur dimana dong?" Tanya Vitya sambil berdecak. Eza menatap Vitya datar.
"Lalu? Kamu mau tidur sama saya?" Tanya Eza masih dengan tampang datarnya. Vitya melotot menatap Eza dan semburat merah mulai muncul di pipinya.
"Bu..bukan itu maksudnya!" Pekik Vitya tergagap. Eza tampak tersenyum tipis beberapa detik melihat Vitya yang salah tingkah.
"Di apartemen ini kamar ada 4. Tiga single bed dan satu double bed. Kamu tinggal pilih yang mana." Jelas Eza datar. "Ini kamar saya. Sampai ketemu besok." Lanjutnya masuk ke kamar pertama setelah koridor dan langsung menutup pintu.---------------------------------------------
Vitya masih terbengong menatap pintu yang ditutup di depan wajahnya. Lalu menatap sengit pintu itu. Masa iya Vitya harus menelusuri dulu apartemen ini. Huft! Vitya menghela napas panjang,lalu menatap pintu kamar di sebelah kamar yang dimasuki Eza tadi. Dengan reflek kaki Vitya mulai melangkah mendekati kamar itu. Pintu pun dibuka dan Vitya pun samar-samar melihat single bed berukuran queen size,karena kamar cuma diterangi cahaya bulan dari jendela. Vitya pun meraba-raba dinding di dekat pintu dan menemukan sakelar lampu. Lampu pun hidup dan terlihat nuansa mewah berwarna dominan putih dikamar itu. Disamping kanan ada pintu yang langsung menuju kamar mandi. Vitya lalu merebahkan tubuhnya langsung ke tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar sambil berpikir tentang kejadian hari ini. Terasa seperti lama sekali padahal sehari pun belum berlalu. Vitya lalu melirik ke kanan dan ke kiri mencari jam dinding dan menemukannya di dekat pintu kamar mandi. Jam menunjukkan pukul 01.35, ternyata hari sudah berganti walaupun masih pagi buta. Vitya teringat perkataan Eza bahwa dirinya harus siap jam 6 pagi. Tapi bagaimana Vitya bisa bangun awal tanpa iphonenya? Masa bodoh lah! Toh hape itu juga disita oleh Eza. Jadi bukan salah Vitya kalo dia bangun kesiangan gegara tidak ada alarm. Vitya lalu mulai bergelung di bedcover dan mulai memejamkan matanya. Hadap ke kiri lalu ke kanan lalu selojoran. Vitya kembali membuka matanya. Gegara tadi dia tertidur,Vitya sekarang sudah tidak mengantuk. Tapi kalo Vitya begadang besok pasti dirinya bakal kelelahan. Tiba-tiba dirinya kangen rumah. Setiap kali Vitya tidak bisa tidur malam,pasti Bi Minah selalu membuatkan secangkir coklat hangat untuknya. Sambil mendengarkan cerita Bi Minah tentang sanak saudara dan kampung halamannya,Vitya menghabiskan coklat hangatnya dan mulai mengantuk. Huft! Vitya menghela nafas panjang sambil beranjak dari tempat tidurnya. Mungkin di dapur ada bubuk coklat atau susu coklat atau sejenisnya yang bisa membuatnya mengantuk.
Dengan santai Vitya berjalan ke arah dapur dan mulai menggeledah isi lemari tiap-tiap kitchen set marmer berpelitur kayu mahoni itu. Ck! Vitya berdecak kesal melihat kitchen set itu kosong melompong. Emang dasarnya ini apartemen cowok! Gak bakalan ada persediaan semacam itu! Rey itu sepertinya tipe orang yang kerjaannya bolak-balik keluar negeri,jadi kayaknya gak mungkin kalo dapurnya ada 'isinya'. Gerutu Vitya dalam hati.
"Cari apa,cantik?" Tanya sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Vitya yang sedang berkacak pinggang didepan lemari yang terbuka. Rey sepertinya sedang keluar untuk mengambil segelas air putih dingin dari kulkas. Pakaiannya sudah diganti dengan kaos polos dan celana cargo pendek. Vitya menelan ludahnya sejenak menatap Rey yang jadi berkali lipat ganteng dengan pakaian kasualnya itu.
"Mas Rey ga punya susu coklat sachet-an apa? Atau yang sejenis kayak gitu?" Tanya Vitya sambil mengerutkan kening dan bibirnya sok imut. Rey meneguk air di gelasnya sampai habis dan menatap Vitya ragu.
"Kenapa? Gak bisa bubu?" Tanya Rey menatap Vitya lalu mulai duduk di high-chair. Vitya mengangguk ragu. Rey lalu turun dari high-chair nya dan mulai berjalan ke arah kamar Vitya. Vitya mengikuti langkah Rey dengan kepo. Ternyata tepat di sebrang pintu kamar Vitya ada dapur kecil. Rey lalu membuka lemari atas kitchen set di dapur itu dan mengeluarkan sebuah botol berwarna coklat dan sekantong plastik sepertinya berisi gula,lalu memberikannya langsung ke tangan Vitya. Vitya menerimanya dengan reflek.
"Untung masih ada. Biasanya stoknya sudah diganti baru sama mbak-mbak yang biasa ngurus apartemenku. Diliat dulu expired datenya yah,cantik. Aku balik kekamar dulu." Ucap Rey manis sambil mengedipkan sebelah matanya. Vitya melongo menatap punggung Rey,masih belum bisa merespon kedipan Rey yang luar biasa itu. Tapi anehnya jantung Vitya tidak berhenti berdetak atau berdetak tidak normal seperti saat Eza menatapnya. Aneh! Batin Vitya menggeleng bingung sambil berjalan ke dapur untuk menyeduh hot chocolate nya. Sepi juga minum hot chocolate sendirian di dapur. Pikir Vitya. Lalu mulai menelusuri ruang tamu sambil menenteng cangkirnya. Daritadi Vitya memang sudah kepo dengan foto-foto berbingkai kecil yang dipajang di ruang tamu. Mulai dari lorong ruang tamu Vitya pelan-pelan menatap foto-foto itu. Terlihat Rey yang masih sangat muda dan sepertinya Eza juga yang masih kecil berpose dengan seorang pria berperawakan galak dan seorang wanita berwajah lembut. Ini pasti orangtua mereka. Pikir Vitya. Setelah melewati beberapa foto dengan postur Rey dan Eza yang semakin besar, Vitya lalu menemukan foto yang hanya berisi Rey dan ayahnya. Sepertinya foto itu foto terbaru,karena wajah Rey sama dengan sekarang. Kenapa gak ada Eza nya? Tanya Vitya bingung. Beberapa bingkai foto ditempat lain juga memperlihatkan foto Rey, Eza dan ayahnya tanpa ibunya. Emm..kemana ibunya yah? Tanya Vitya lagi dalam hati. Tanpa sadar isi cangkirnya sudah kosong, dan Vitya mulai menguap. Setelah membereskan kekacauannya di dapur, Vitya berjalan menuju kamarnya. Saat melewati pintu kamar Eza,Vitya melirik sekilas dan tidak menyangka pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dan Eza pun keluar berpapasan dengan Vitya. Jantung Vitya berhenti berdetak sedetik ketika matanya bertemu dengan mata Eza.
"Eh..Za.. Lom tidur?" Tanya Vitya tergagap. Eza masih menatap Vitya dalam diam.
"Kamu sendiri belum tidur?" Ucap Eza kemudian.
"Ini mau tidur kok. Tadi lom ngantuk. Hehe.." Kilah Vitya berjalan menuju kamarnya. "Za.." Panggil Vitya saat Eza berbalik,sepertinya akan ke dapur. Eza berhenti lalu menoleh dan menatap Vitya. "Kalo nanti pagi kamu bangun,bangunin aku yah?" Ucap Vitya ragu. Eza lalu mulai berjalan mendekati Vitya di depan pintu kamar.
"Jam berapa?" Tanya Eza datar menatap Vitya setelah sebelumnya berhenti tepat didepan Vitya. Jantung Vitya kembali berdetak tidak normal. Vitya ingin sekali menatap kearah lain selain mata kecokelatan milik Eza,tapi dirinya tidak sanggup. Kenapa sih matanya indah banget! Rutuk Vitya dalam hati.
"J..jam 5. Eh..setengah 6!" Jawab Vitya tergagap. Eza maju satu langkah sehingga sekarang tubuh tegapnya menjulang tepat di depan Vitya. Masih menatap Vitya,Eza kembali bertanya.
"Jam 5 atau setengah 6?" Tanya Eza datar. Sangking dekatnya mereka,Vitya bisa mencium parfum lembut Eza dihidungnya. Vitya tanpa sadar menahan napasnya dan wajahnya perlahan memerah.
"Setengah 6!" Pekik Vitya sambil menghembuskan napasnya yang daritadi ditahannya.
"Ok!" Jawab Eza langsung berbalik menjauhi Vitya. Jantung Vitya masih berdegup tidak karuan walaupun Eza sudah tidak terlihat lagi. Vitya lalu cepat-cepat masuk kekamarnya dan langsung merebahkan diri dikasur. Tatapan mata Eza masih terbayang-bayang di kepalanya. Bener-bener deh tuh anak! Gerutu Vitya dalam hati sambil memeluk guling dan mulai terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent Garuda
Action-Oktassy Divitya Grishelda- Aku benci menjadi anak wakil negara ini. Aku benci tatapan menilai dari orang-orang setiap melihatku. Aku berharap aku bisa menjadi gadis SMA yang normal yang bisa menikmati kehidupan remajanya dengan tenang. -Arasyid Fah...