Bagai Langit dan Bumi

72 8 0
                                    

"Kamu siapa?" Tanya Pria itu heran menatap Vitya bingung.
Vitya yang baru bangun dan belum sadar 100% hanya bisa terdiam menatap pria tampan berjas itu. Pria itu menatap Vitya dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu menghela napas panjang sambil menutup wajahnya. "Ini pasti kerjaan sahabat gue kan si Mami yah?" Tanya pria tampan itu menatap Vitya. Vitya masih terdiam melongo menatap pria tampan itu. "Tau darimana dia gue pulang hari ini? Padahal udah diem-diem biar gak ketauan si Rasyid!" Gumam pria itu lalu merogoh saku jas hitam bagian dalam dan mengeluarkan smartphonenya lalu mulai menelepon seseorang.
"Eh,Mami! Dimana lo?... Eh lo kirim apaan ke apartemen gue nih?... Hah? Ini ada cewek pake baju maid mukanya masih dibawah umur! Parah lo! Dagang anak SMA lo sekarang?...Hah? Serius lo jangan becanda! Gue lagi capek banget ini masih jetlag!.." Pria itu lalu mematikan telponnya dengan kesal lalu melirik Vitya yang sekarang sudah sadar sepenuhnya dan duduk tegak menatap takut kearah pria itu.
"Karena ini udah pagi buta,aku biarin kamu tidur disini. Tapi, besok sebelum aku bangun,aku harap kamu udah keluar dari apartemen ini. Deal?" Seru pria itu menatap serius ke arah Vitya. Vitya hanya mengangguk ragu. "Oh iya, kamu bisa tidur dikamar mana aja asal jangan kamar depan itu. Itu kamar aku." Pria itu menunjuk kamar yang baru saja Vitya tiduri. Baru saja pria itu akan beranjak dari ruang tamu sambil menggeret kopernya,terdengar pintu depan terbuka. Eza pun berjalan masuk sambil membawa beberapa bungkusan plastik putih. Eza dan pria itu saling bertatapan beberapa saat sebelum ekspresi Eza yang biasanya datar langsung berubah kaget.
"Rasyid! Ngapain lo disini? Oh,cewek ini lo yang bawa yah? Sejak kapan lo maen cewek di apartemen gue?" Seru pria itu kesal sambil mendekati Eza. Rasyid? Tanya Vitya bingung dalam hati.
"Lo udah pulang? Kirain masih seminggu lagi?" Tanya Eza cuek tidak memperdulikan pria yang kesal itu lalu berjalan santai ke dapur sambil menenteng belanjaannya. Ketika melewati Vitya,Eza berkata "Laper ga? Ayo makan!" Lalu lanjut berjalan ke dapur.
"La lo la lo! Sopan banget yah adek gue!" Omel pria itu sambil mengikuti Eza ke dapur. Vitya langsung menoleh menatap pria itu.
"Adek? Mas ini abangnya Eza?" Tanya Vitya sambil duduk di bar-chair setelah sampai di dapur.
"Siapa Eza? Dia? Hahahahaha." Pria itu langsung tertawa sambil duduk disebelah Vitya. Vitya menatap Eza dengan tatapan bingung, Eza membalas dengan mengangkat bahu.
"Namanya Rasyid,Nona Cantik. Iya gue abangnya. Manggilnya jangan mas dong, panggil aja Rey. Berasa jualan baso gue dipanggil mas-mas. Adek gue aja gak pernah manggil mas noh!" Lirik Rey sengit menatap Eza. Yang ditatap malah cuek aja sambil sibuk mengeluarkan makanan yang baru dibelinya.
"Iya,aku tau kok namanya Arasyid Fahreza. Abisan dia diem aja ditanya mau dipanggil apa,yaudah aku random-pick aja jadi Eza." Cerocos Vitya ikut-ikutan menatap sengit Eza. Rey kembali tertawa.
"Kenapa ga 'Ara' aja biar kayak cewe?! Atau 'Syid' sekalian biar dia risih?! Eza mah kebagusan!" Ucap Rey disela tawanya. Vitya terkikik pelan. Eza menatap Rey dan Vitya bergantian. Vitya langsung berdehem pelan dan menarik piring yang sudah siap hidang didepan Eza. Rey pun meniru gerakan Vitya,tapi piring kedua itu ditahan oleh tangan Eza. "Ini punya gue!" Gumam Eza datar menatap sengit Rey.
"Lah? Punya gue mana?" Tanya Rey kecewa,lalu menatap Vitya yang sudah asyik mengunyah spageti bolognaise favoritnya. "Yaudahlah,gue tidur aja deh." Gumam Rey kemudian dengan wajah layu dan turun dari bar-chairnya.
"Nih Mas Rey mau bagi dua?" Tawar Vitya mendorong piringnya ke arah Rey. Rey melambaikan tangannya tanpa menoleh dan berjalan lurus kekamarnya.
"Jangan tidur sekamar yah lo bedua! Ketauan gue awas!" Teriaknya dilorong dan langsung masuk ke kamar.
"Abang kamu gak kepoan yah?! Dia gak nanya aku siapa? Atau kenapa ada disini?" Gumam Vitya sambil menatap pintu kamar Rey yang berada disamping dapur. Eza hanya diam sambil menghabiskan fettucininya. Vitya menatap Eza sebal. Nih abang sama adik beda banget. Adiknya kaku naudzubillah amit-amit. Ganteng sih luar biasa,tapi kakunya gak tahan. Huft. Mendingan abangnya dah supel banget. Ketawanya itu luar biasa ganteng,artis mana aja kalah dah! Tipe playboy banget. Hehe. Vitya tersenyum sendiri sambil menghabiskan spagetinya.
"Tadi saya sudah menghubungi WaPres." Gumam Eza datar tiba-tiba. Vitya berhenti menyuapi mulutnya dengan spageti dan menatap Eza.
"Terus gimana?" Tanyanya cepat tidak sabar. Eza menghela napas panjang, lalu menatap Vitya datar. Jantung Vitya seperti berhenti berdetak sedetik kemudian menatap mata tajam kecokelatan milik Eza.
"Saya harus jagain kamu sampai WaPres pulang dari Amerika. Itu sekitar 4-5 hari." Jawab Eza datar. Vitya mengerutkan keningnya.
"Trus besok sekolah aku gimana?" Tanya Vitya bingung. Eza mengambil tas hitam besar yang ternyata tadi digendongnya dan mengeluarkan sebuah plastik bening berisi baju seragam.
"Saya sudah beli ini untuk besok kamu sekolah. Satu buat kamu dan satu buat saya." Jawab Eza datar. Vitya makin mengerutkan keningnya.
"Buat apa kamu juga perlu baju seragam?" Tanya Vitya lagi.
"Besok saya ikut ke sekolah bareng kamu." Jawab Eza datar. Vitya masih mengerutkan keningnya lalu beberapa detik kemudian matanya membelalak lebar. Whaat?! Batin Vitya dalam hati.

TBC

Haaaaii readers!!!
Akhirnya Agent Garuda update lagi.
Hehe.
Maap yah updatenya lamaa sangat..
Lagi sibuk kerja banget nih jadi jarang buka watty.
Gimana abangnya Eza? Ada yang demen? Hehe..
Kasian Eza masih harus jagain Vitya ampe Pak WaPresnya pulang dari Amrik nih. Semangat yah Eza! Semoga lancar yah sampai hari H *loh? ^0^

Ditunggu vommentnya yah readers!!

Agent GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang