Tanpa aba-aba Eza langsung menginjak pedal gas dan para pria berjas hitam mulai menembaki Range Rover hitam itu.
Tapi ternyata body Range Rover itu anti-peluru. Vitya dengan senyum kemenangan menatap wajah kesal para pria berjas hitam dari kursi penumpang.
"Jangan senang dulu. Mobil ini gak akan sanggup menghancurkan gerbangnya." Ucap Eza datar melirik Vitya. Vitya kembali tersenyum.
"Gerbangnya mungkin gak sanggup. Tapi pagarnya jelas bisa. Yang terbuat dari baja cuma gerbangnya." Jawab Vitya mantap sambil menunjuk ke arah pagar di sebelah kiri mereka.
"Yakin?" Tanya Eza melirik Vitya lagi. Vitya mengangguk mantap. Eza lalu mulai memutari halaman rumah Wakil Presiden dan dengan kecepatan penuh menerobos pagar rumah yang terlihat kokoh itu. Dengan menginjak pedal gas sampai mentok,pagar itu pun ditabrak sekuat tenaga dan hancur. Beruntungnya Range Rover hitam itu bisa langsung melanjutkan pelariannya tanpa kerusakan yang berarti.---------------------------------------------
Setelah keluar dari komplek rumah WaPres,Eza langsung menepikan Range Rover hitam yang dikendarainya.
"Kok berhenti?" Tanya Vitya sambil menatap Eza dengan tatapan bingung.
"Mobil ini gak aman. Kita cari taksi aja. Ayo." Gumam Eza lalu turun dari mobil dan mulai mencari taksi. Vitya pun ikut turun dan berdiri di dekat Eza. Tak lama sebuah taksi kosong pun muncul.
"Mau kemana,Mas?" Tanya bapak paruh baya-supir taksi setelah Eza dan Vitya masuk ke dalam taksinya.
"Ciputra World,pak." Jawab Eza datar. Vitya langsung memalingkan wajahnya menatap Eza.
"Mau balik ke apartemen kamu lagi? Serius?" Tanya Vitya menatap heran Eza yang tidak balas menatapnya.
"Bukan. Ke tempat seseorang yang saya percaya." Jawab Eza datar.---------------------------------------------
Eza menekan tombol nomor 28 setelah dirinya dan Vitya memasuki lift. Vitya memperhatikan tombol yang ditekan Eza lalu melirik cowok tampan itu. Sepertinya obrolan singkatnya tentang 'orang kepercayaan' benar adanya. Lift pun sampai di lantai 28 dan Eza menggandeng tangan Vitya keluar lift. Mungkin sudah kebiasaan Eza untuk menggandeng dirinya,tapi tetap saja Vitya merasa tidak terbiasa dengan perlakuan Eza itu. Jantungnya berdegup tidak karuan dan dipipinya mulai muncul semburat kemerahan. Eza berhenti didepan pintu nomor 2801 lalu menekan pin masuknya. Pintu pun terbuka,Eza menarik pelan Vitya masuk ke dalam apartemen yang entah milik siapa itu. Sampai di dalam apartemen mewah itu,Eza melepaskan genggamannya dan meninggalkan Vitya sendiri di ruang tamu. Vitya merasa sedikit kecewa ketika Eza melepaskan tangannya tanpa berkata apapun dan langsung masuk ke sebuah lorong disebelah kanan. Vitya pun lalu merebahkan tubuhnya di sofa panjang coklat. Akhirnya!!! Seru Vitya dalam hati. Sambil melepas sepatu pantopel hitam dengan asal,Vitya mengulurkan tangannya kearah meja kaca didepannya untuk mengambil remote TV. Vitya pun bergelung sesuka hatinya di sofa empuk itu sambil menonton acara TV.
Saat Eza kembali ke ruang tamu,Vitya sudah tertidur dengan tangan masih menggenggam remote TV dan TV masih menyala. Eza menatap sejenak Vitya yang tertidur pulas karena kelelahan itu. Rencananya Eza akan menghubungi WaPres langsung melalui jaringan pribadi yang ditinggalkan beliau untuk keadaan terdesak. Tapi dia tidak bisa menghubunginya disini,terlalu berbahaya jika sinyalnya sampai tertangkap. Untuk itu Eza harus pergi agak jauh dari apartemen,tetapi Vitya terlanjur tertidur dan Eza tidak tega membangunkannya. Pemilik apartemen ini memang sedang keluar negeri sampai minggu depan,jadi tidak masalah kalau Vitya ditinggalkan sendiri. Eza yakin mereka yang mengejarnya tidak akan melacaknya sampai kesini.
Eza lalu menggendong Vitya yang tertidur ala bridal style dan membawanya ke kamar utama. Setelah meletakkan Vitya ditempat tidur dan menyelimutinya,Eza kembali menatap Vitya. Mungkin tidak masalah kalo ditinggal sendiri. Hanya 20 menit. Batin Eza dalam hati. Dan Eza pun pergi meninggalkan Vitya setelah dirinya memastikan semua pintu dn jendela terkunci dari dalam.---------------------------------------------
Vitya terjaga dari tidurnya karena merasa tenggorokannya kering. Alisnya berkerut mendapati dirinya tidur diatas kasur king size dan berselimutkan selimut tebal. Vitya lalu mengedarkan pandangannya dan menatap asing kamar mewah yang gelap itu. Kok bisa tidur disini? Tanya Vitya dalam hati. Otaknya mulai bekerja dan mengingat kejadian yang seharian ini dia alami,lalu dirinya sibuk mencari sosok yang menolongnya. Mungkin Eza yang memapah aku ke kamar. Batin Vitya tersipu lalu beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Dalam kegelapan Vitya kesulitan mencari dapur. Setelah celingukan kanan kiri,akhirnya Vitya menemukan dapur di lorong sebelah kiri setelah kamarnya tadi. Setelah kesulitan mencari gelas dan akhirnya bisa meneguk segelas penuh air dingin dari kulkas,Vitya kembali mencari Eza. Masa sih Vitya ditinggalin? Emang apartemen ini aman banget apa? Gerutu Vitya dalam hati.
Saat Vitya akan menghidupkan TV untuk menghilangkan kebosanannya,pintu apartemen terbuka,dan seseorang berjas hitam dengan membawa koper berjalan masuk. Vitya terdiam menatap sosok itu. Pria berjas hitam itu pun terkejut melihat ada seorang gadis duduk disofa sambil menatapnya.
"Kamu siapa?" Tanya Pria itu heran menatap Vitya bingung.TBC
Haaaaiiii readers!!!
Whoaaa!! Akhirnya muncul tokoh baru yang udah gak sabar pengen saya kenalin ke readers sekalian nih! Gak serulah kalo cuma Vitya-Eza berdua doang! *ditimpuk Vitya&Eza*
Kira-kira siapa yah pria berjas hitam itu? Trus si Eza kemana sih gak balik-balik? Tunggu aja next chapternya yah ;)
Silahkan vommentnya readers..
Jangan malu-malu.. :)NB: apartemen yang sekarang ditempati Vitya itu tipe A,dan apartemennya Eza tipe D #justinfo :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent Garuda
Acción-Oktassy Divitya Grishelda- Aku benci menjadi anak wakil negara ini. Aku benci tatapan menilai dari orang-orang setiap melihatku. Aku berharap aku bisa menjadi gadis SMA yang normal yang bisa menikmati kehidupan remajanya dengan tenang. -Arasyid Fah...