"Apartemen saya juga gak aman." Jawab Eza singkat dan Vitya pun membelalak kaget.
"Trus gimana?" Tanya Vitya dengan nada panik. Eza malah mempererat letak topi yang dipakai Vitya sehingga gadis itu sekarang tidak bisa menatap ke depan. Kemudian Vitya bisa merasakan tangan hangat Eza menggandengnya erat untuk menuntun jalannya. Vitya bisa merasakan panas menjalari pipinya dan jantungnya berdegup tidak karuan.
Segera setelah lift terbuka,Eza langsung menarik Vitya menuju loby dan meminta valet mengambil motornya secepat yang dia bisa.
"Iphone kamu terpaksa ditinggal. Do you mind?" Tanya Eza menatap puncak kepala Vitya.
"Not at all." Jawab Vitya mantap.
Tak lama Ninja Hijaunya pun datang,dan beberapa detik kemudian Eza dan Vitya telah kabur dari loby apartemen itu.
"Jadi apa rencana kamu selanjutnya?" Tanya Vitya dibelakang Eza yang sedang mengendarai Ninja Hijaunya dengan kecepatan tinggi.
"Jalan-jalan untuk menghilangkan jejak. Kita pilih tempat menginap secara acak supaya tidak terdeteksi mereka." Jawab Eza datar. Vitya mengerutkan keningnya. Jalan-jalan? Disaat mereka berdua sedang dikejar-kejar oleh pria jahat yang tidak segan-segan membunuh?! Vitya lalu teringat Pak Sanusi dan penglihatannya mulai mengabur bersamaan dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Vitya dengan cepat menghapus genangan itu sebelum jatuh ke kedua pipinya.
"Memang kita gak bisa minta tolong papa aku? Kenapa aku harus lari seperti ini?" Ucap Vitya frustasi. Eza hanya terdiam. "Jawab Eza!" Seru Vitya memukul punggung Eza.
"Sampai situasi terkendali,saya dilarang mengontak WaPres." Jawab Eza datar.
"Situsinya udah gawat sekarang,Za! Dan bentar lagi udah mau petang!" Potong Vitya kesal dengan kecuekan dan kekakuan cowok ini. Kita lagi dikejar-kejar sekelompok pria gila,dan Eza malah ngomongin hal yang gak jelas!
"Kamu punya ide lain?" Tanya Eza datar kemudian. Vitya terdiam. Yang diinginkannya saat ini hanya pulang ke kamarnya yang nyaman,mandi bathup dengan air mawar dan rebahan di kasur queen sizenya yang hangat dan empuk. Tapi itu tidak akan terjadi karena rumahnya tidak aman menurut Eza.
"Mau ngelakuin sesuatu hal yang gila gak?" Tanya Vitya tiba-tiba. Di otaknya terbersit suatu ide gila.
"Saya gak bisa ngelakuin sesuatu hal yang bisa buat kamu terancam." Jawab Eza datar. Vitya mendecak kesal.
"Eza! Bisa gak sih gak kaku-kaku banget!" Seru Vitya gemas melihat kelakuan cowok tampan didepannya itu. Vitya tambah gemas melihat tidak ada reaksi dari Eza yang Vitya yakin mendengar ucapannya. "Aku gak bakal kenapa-kenapa,Za! Dan kalaupun iya,aku yakin kamu bisa ngelindungin aku!" Jelas Vitya yakin. Eza masih saja terdiam. "Za!" Panggil Vitya.
"Hm." Jawab Eza dengan gumaman.
"Kamu denger gak kata aku?" Tanya Vitya tidak sabar.
"Denger." Jawab Eza datar.
"Jadi terima gak tawaran aku?" Tanya Vitya lagi mendesak.
"Coba jelasin?" Tanya Eza akhirnya. Vitya menghembuskan napas panjang sebelumnya.
"Kita balik kerumah aku. Aku lebih nyaman dirumah. Dan kamu bisa jagain aku. Kamu cuma perlu jagain aku di kamar aku. Itu zona kecil. Paling gak untuk malam ini,aku yakin kamu bisa,Za." Ucap Vitya yakin. Vitya bisa mendengar Eza menghela napasnya. Vitya menggigit bibir bawahnya dengan ragu,menunggu jawaban Eza.
"Saya punya syarat." Ucap Eza kemudian.
"Apa?" Tanya Vitya cepat. Dia takut Eza berubah pikiran.
"Saya harus jagain kamu didalam kamar." Jawab Eza datar. Vitya terdiam mendengar jawaban Eza. Apa?! Jadi aku harus satu kamar sama cowok?! Yang bener aja,Za! Pekik Vitya dalam hati sambil menatap Eza tajam dibelakangnya.
"Kamu terima syarat saya gak?" Tanya Eza kemudian.
"Oke,baiklah!" Jawab Vitya dengan berat hati. Eza pun tersenyum sekilas,yang tidak bisa dilihat Vitya. Lalu melajukan motornya kembali kerumah gadis itu.--------------------------------------------
Hari sudah mulai gelap saat Ninja Hijau Eza memasuki komplek perumahan mewah tempat dimana Vitya tinggal. Mobil-mobil stasiun TV masih terlihat didepan rumah Vitya,tapi hal itu tidak membuat Eza gentar. Dengan santainya motornya melewati mobil-mobil itu dan berhenti di depan gerbang rumah Vitya. Terlihat dua orang berpakaian hitam menghampiri motor Eza.
"Ada keperluan apa,Mas?" Tanya salah satu penjaga. Eza lalu memperlihatkan id cardnya kepada penjaga. Dan ajaibnya langsung diperbolehkan masuk. Vitya bisa merasakan dari belakang punggungnya terdengar suara blitz kamera dan kilauan lampu kamera.
"Mereka sekarang tau kamu pulang kerumah. Jangan sampai kamu jauh-jauh dari saya." Ucap Eza datar sambil mengegas motornya memasuki pelataran rumah Vitya.
Di depan pintu utama,Eza lagi-lagi dihalangi oleh beberapa pria berjas hitam. Tapi kali ini Vitya membuka topinya dan penjaga itu mengenalinya,sehingga Vitya dan Eza bisa masuk. Eza melihat dari sudut matanya ada seorang pria yang sepertinya memberikan laporan kepada seseorang melalui komunikasi yang terpasang ditelinganya.
Setelah masuk ke ruang tamu utama,Vitya langsung disambut dengan wanita paruh baya yang tergopoh-gopoh mendekatinya.
"Bi Minah!" Seru Vitya dengan raut wajah senang.
"Non Vitya! Alhamdulillah non gak kenapa-kenapa!" Jawab Bi Minah cepat sambil menepuk-nepuk tangan Vitya. Vitya hanya meringis kecil,mengingat kalau kedatangannya ke rumahnya inilah yang kemungkinan akan membuatnya kenapa-kenapa.
"Aku langsung masuk ke kamar yah,bi." Lanjut Vitya,Bi Minah hanya mengangguk lalu melirik Eza yang berdiri dibelakang Vitya.
"Temen Non Vitya?" Tanya Bi Minah ragu berbisik ke Vitya.
"Bodyguard,bi" Jawab Vitya balas berbisik. Bi Minah lalu menjawab dengan membulatkan mulutnya.
"Non Vitya sudah makan belom? Bibi siapin makan yah?" Tanya Bi Minah lagi. Vitya menggeleng.
"Belom,bi. Bawa ke kamar aja yah? Dua porsi,satu buat Eza." Jawab Vitya lalu melirik ke Eza. Bu Minah mengangguk lalu bergegas kedapur. Vitya melirik Eza, "Kamar aku diatas paling pojok. Ayo!" Ajak Vitya lalu berjalan menaikin tangga besar ditengah ruangan. Eza hanya mengikuti dalam diam sambil tetap fokus mengedarkan pandangannya ke sekitar.---------------------------------------------
Sekarang Vitya berada didalam kamar mandinya yang luas. Vitya menatap pantulan dirinya dikaca besar didepan wastafel. Penampilannya acak-acakan hasil dari digelung asal rambutnya didalam topi oleh Eza. Pipi Vitya bersemu merah mengingat Eza sekarang berada didalam kamarnya. Mikir apaaan sih,Vit! Dia tuh cuma jagain kamu! Jangan kegeeran gitu! Rutuk Vitya dalam hati sambil memukul-mukul pelan kepalanya. Dengan cepat Vitya menyisir rambut ikalnya lalu mengisi bathtub dengan air hangat dan mencampurkannya dengan aroma mawar.
Di dalam kamar Vitya,Eza mulai memeriksa setiap sudut kamar Vitya dengan smartphonenya. Mulai dari kloset kamarnya,beranda dan dibawah tempat tidur. Anehnya tidak terdeteksi apapun. Dengan kata lain,penculik Vitya tidak menyangka kalau Vitya bakal pulang kerumahnya. Eza cukup menyukai ide gila gadis itu. Walaupun,dirinya bakal ekstra waspada karena mereka sewaktu-waktu bakal menyerang lagi. Apalagi setelah Eza mendapat kabar kalau WaPres siang tadi baru terbang ke Eropa yang dengan kata lain beliau masih didalam pesawat dan berkomunikasi pun akan sulit jika orang dalam terlibat.
Baru saja Eza ingin bernapas lega sejenak,pintu dan jendela kamar juga pintu kaca beranda didobrak berbarengan,dan beberapa pria berjas hitam menodongkan pistol kearah Eza. Untung saja Eza dengan reflek tadi menarik pistol didalam saku celana kargonya. Situasi yang semula sepi sekarang menjadi semakin tegang karena mereka saling menodongkan pistol.
"Za?! Ada apa berisik banget?!" Pekik Vitya dari dalam kamar mandi. Eza merutuki teriakan gadis itu yang membuat para penyusup jadi mengetahui targetnya berada. Eza lalu mundur perlahan kearah pintu kamar mandi sambil tetap waspada membidikkan pistolnya ke penjuru kamar kearah pria-pria berjas hitam itu. Dalam hati Eza mengumpat, Ide ini memang ide yang gila!!TBC
Haaaiii readers!!
Tegang gak tegang? Heheeee..
Part selanjutnya lebih tegang lohh.. >o<
Maap yah telat banget updatenya..
Lagi bulan puasa bawaannya ngantuk tuk tuk.. Hehehe..
Btw nih bagi para silent readers,vommentnya dong buat masukan author nih.. ---___---
Ditunggu vommentnya yah..?
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent Garuda
Action-Oktassy Divitya Grishelda- Aku benci menjadi anak wakil negara ini. Aku benci tatapan menilai dari orang-orang setiap melihatku. Aku berharap aku bisa menjadi gadis SMA yang normal yang bisa menikmati kehidupan remajanya dengan tenang. -Arasyid Fah...