Penolong yang tak Terduga

78 5 0
                                    

"Ibu saya udah gak ada dirumah." Jawab Eza datar. Vitya menatap belakang kepala Eza dengan bingung. "Sama kayak Mama kamu." Lanjut Eza datar lalu melepaskan tangannya yang menahan Vitya. Tenggorokan Vitya seperti tercekat dan kehilangan kata-kata. Mama Vitya sudah meninggal ketika dirinya berumur 10 tahun. Jadi Ibunya Eza..? Dengan reflek Vitya mengencangkan pelukannya di pinggang Eza.
"Maaf,Za.." Gumam Vitya pelan. Dan Eza pun mulai mengegas motornya lagi.

---------------------------------------------

Sesampai di depan gerbang sekolah, banyak sekali mobil-mobil stasiun tv yang parkir. Bahkan beberapa dari mereka sudah memulai siaran di depan loby sekolah.
"Rame banget sih?" Gumam Vitya menatap para wartawan yang sedang sibuk meliput.
"Mereka pasti disini karena berita penculikan kamu kemarin." Ucap Eza datar sambil memarkirkan motornya. Baru saja Vitya akan berjalan masuk ke arah loby,dirinya dipeluk dari samping oleh Eza. Sejenak jantung Vitya berhenti berdetak dan semburat merah mulai muncul di sekitar pipinya. "Tetap menunduk sambil jalan. Ikuti langkah saya." Ucap Eza datar mulai berjalan sambil tangan kiri mendekap erat pundak Vitya. Mereka pun dengan mulus berjalan melewati wartawan di loby sekolah dan langsung menuju kelas Vitya. Sepanjang selasar sekolah,banyak siswa-siswi yang menatap kearah mereka. Mungkin lebih tepatnya kearah Eza yang memang sangat tampan dengan setelan baju seragam sekolah SMA Elit Pancasila. Vitya melirik tiap-tiap siswi yang dilewatinya dan tersenyum geli melihat wajah-wajah mupeng mereka.
Sesampai di pintu kelas Vitya,Eza melepaskan pelukannya. "Saya harus lapor sebentar. Tunggu saja di bangku kamu. Ok?" Pinta Eza datar. Vitya mengangguk dan ingin melepas topinya. Tapi Eza menahannya. "Jangan dilepas disini. Lepas kalo kamu udah duduk." Perintah Eza lalu cowok itu berlalu dan mulai berjalan ke arah ruang guru. Vitya pun menuruti perintah Eza. Setelah dirinya duduk dibangkunya,Vitya pun melepaskan topi hitam dan jaket hitam milik Eza. Dan kelas nya pun mulai berbisik-bisik dan menatap Vitya. Karena merasa risih,Vitya membuka tas barunya yang diberikan selain iphone tadi pagi oleh Eza,mengambil headset dan mulai mendengarkan playlist soundcloud favoritnya. Baru mendengar 2-3 lagu, sebuah kilatan cahaya menyilaukan mata Vitya. Vitya menatap kearah kilatan tersebut datang dan melihat seorang cewek teman sekelasnya mengarahkan smartphonenya ke Vitya dari tempat duduknya. Vitya dengan malas berdiri dan membawa tasnya lalu berjalan menuju pintu kelas. Ketika Vitya sudah sampai di depan pintu kelas, Eza tiba-tiba muncul didepan Ara.
"Mau kemana? Diluar udah banyak wartawan yang kepo sama kamu." Ucap Eza menatap Vitya.
"Disini lebih banyak lagi yang kepo sama aku,Za. Aku mau ke kantin aja." Jawab Vitya malas lalu mendorong tubuh Eza. Eza tidak menghentikan Vitya,tetapi Eza memasangkan topi hitam ke kepala Vitya lalu mengekor cewek itu ke kantin.
Tak disangka-sangka ternyata kantin penuh dengan wartawan dan reporter,begitu mereka melihat sosok Vitya,mereka pun mulai mendekati Vitya. Vitya membeku terdiam menatap rombongan reporter yang sudah siap mengacungkan mic mereka kearah Vitya. Tiba-tiba Vitya ditarik dan beberapa detik kemudian dirinya sudah berlindung dibalik punggung tegap Eza. Wangi parfum lembut Eza jelas tercium dihidung Vitya dan Vitya mulai menyukai wangi Eza.
Tiba-tiba rombongan reporter yang ramai itu menyingkir dan beberapa pria berbaju polisi mendekati Eza dan Vitya. Dua orang polisi memisahkan Eza dan Vitya.
"Mas bisa ikut kami ke kantor?" Tanya salah seorang polisi dan mulai menggiring Eza menjauhi Vitya.
"Eza!" Pekik Vitya diantara kerumunan wartawan dan reporter yang sudah kembali menyeruak. Vitya sudah tidak bisa mendengar suara polisi dan suara Eza. Eza sebisa mungkin melakukan kontak mata dengan Vitya tapi tidak berhasil.
"Mba Oktassy, apa benar pria itu yang menculik mba?" "Bagaimana mba bisa melarikan diri dari penculik itu mba?" "Apa motifnya penculik itu melakukan penculikan terhadap mba Oktassy?" Reporter tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan dan membuat Vitya pusing. Saat reporter tengah sibuk mewawancarai Vitya, tiba-tiba tangan Vitya ditarik entah darimana. Begitu sadar,Vitya sudah ada dipelukan Eza. Hati kecil Vitya merasa sangat bersyukur bisa melihat Eza lagi. Tapi belum sempat Vitya mengucapkan sepatah kata terima kasih,Eza sudah mengajaknya berlari meninggalkan kerumunan reporter yang semakin menggila.

---------------------------------------------

Sebuah Audy hitam berhenti tepat didepan Eza dan Vitya saat mereka sampai di loby sekolah. Dengan reflek Eza menyembunyikan Vitya dibelakang punggungnya. Ketika kaca kemudi terbuka,terlihat Rey tengah menatap mereka berdua.
"Ayo cepat masuk!" Perintah Rey sambil menatap reporter yang berlari dibelakang Vitya mulai mendekat. Tanpa berpikir,Vitya membuka pintu mobil belakang sambil menarik tangan Eza yang sepertinya enggan mengikuti abangnya. Setelah mereka berdua duduk di kursi penumpang di belakang, Rey langsung tancap gas.
Vitya menatap ke kaca mobil belakang dan melihat kerumunan reporter yang mulai mengejar mobil Rey, bahkan ada yang memotretnya.
"Kok lo bisa ada disini?" Tanya Eza menatap ke arah Rey yang sedang menyetir. Vitya melirik kedua kakak beradik itu dalam diam.
"Gue liat foto nona cantik ini ada di setiap berita di semua saluran tv lokal. Makanya gue langsung tancap gas kesini." Jawab Rey sambil melirik Vitya dari kaca spion tengah. Vitya hanya bisa meringis. Eza menghela napas pelan.
"Harusnya lo jangan ikut campur kerjaan gue. Foto mobil lo ini pasti udah kesebar di internet sekarang." Ucap Eza dengan nada kesal,tidak datar seperti caranya biasa berbicara kepada Vitya. Vitya menatap Eza dan melihat ekspresi kesal diwajahnya.
"Trus masalah emang?" Tanya Rey cuek.
"Pinggirin mobil lo. Gue sama Vitya mau turun sekarang." Perintah Eza dengan nada dingin. Vitya sudah mulai merasakan atmosfir yang tidak mengenakkan dari kedua kakak-beradik ini. Rey tampak cuek saja dan tetap melanjutkan menyetir dengan santai.
"Mas Rey,kalo aku masih tetep ada didalem mobil Mas sejam kedepan,bisa dipastikan aku gak bakal selamat. Mas Rey gak tau aja, penjahat yang ngejar aku itu paling bisa nemuin aku,apalagi kalo udah kesebar diinternet begitu." Ucap Vitya panjang-lebar sambil menatap Rey serius.
"Iyaaa.. tau,cantik." Jawab Rey santai tanpa menoleh ke arah Vitya. Vitya menatap Rey heran.
"Udah tenang aja. Kalian bakal aman sampe ditempat tujuan nanti." Jawab Rey yakin. Vitya mengerutkan keningnya. Eza menatap Rey dengan pandangan menusuk,tetapi Rey tetap cuek aja.

---------------------------------------------

Dua puluh menit berlalu, dan Rey masih saja menyetir memasuki jalan tol dan melaju keluar kota.
"Kita mau kemana Mas Rey?" Tanya Vitya membuka suara. Rey melirik Vitya dari kaca spion tengah.
"Ada yang mau ketemu sama kamu,cantik." Jawab Rey sambil tersenyum nakal. Eza menatap tajam Rey.
"Apa maksud lo?" Tanya Eza datar. Rey hanya diam sambil mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Vitya dan Eza saling tatap. Rey lalu menurunkan laju mobilnya dan keluar exit tol Cikarang.
"Sudah sampai. Turun gih." Seru Rey sambil tersenyum manis setelah memarkirkan mobilnya di kompleks pergudangan. Vitya dan Eza menatap Rey bingung. Beberapa detik kemudian dari arah gudang muncul sekitar 10-20 pria berjas hitam.
"Mas Rey!" Teriak Vitya dengan mata melotot antara kesal,marah dan panik. Eza sudah tidak bisa berkata-kata lagi dan mulai menyiapkan senjatanya,lalu keluar mobil lebih dahulu sambil mengacungkan senjatanya ke arah gerombolan pria berjas hitam.
"Gue gak bakal ngelakuin itu kalo jadi lo,lil broh." Ucap Rey yang ternyata dari belakang menyandera Vitya dengan pisau kecil ditangannya. Vitya menatap Eza pasrah. Eza menatap tajam Rey lalu menurunkan pistolnya pelan-pelan ke lantai. Rey pun melepaskan Vitya yang langsung diserahkan ke para pria berjas hitam itu. Mereka bertiga kemudian digiring masuk ke dalam gudang. Lebih tepatnya Eza dan Vitya dipaksa masuk ke gudang,sedangkan Rey hanya berjalan santai mengikuti mereka berdua. Vitya menatap Rey tajam dan sengit.
"Pengkhianat banget sih Mas Rey!!!" Pekik Vitya kesal. Rey membalas tatapan Vitya sambil tersenyum.
"Maaf yah, cantik. Cuma ini satu-satunya cara biar adek gue balik lagi kerumah." Jawab Rey sambil tersenyum sedikit sedih. Vitya terpaku sejenak menatap senyum aneh Rey,begitu juga Eza yang melirik abangnya sejenak.
Baru saja Vitya ingin bertanya maksudnya apa, gerombolan pria berjas hitam tiba-tiba berhenti. Rey berjalan lurus ke depan tempat seseorang berdiri membelakangi mereka.
"Sesuai perjanjian, saya bawa ceweknya." Ucap Rey menatap pria berjas setelan abu-abu. Pria itu pun berbalik menatap Rey. Vitya terpaku menatap pria itu.
"Pak.. pak Sanusi..?" Gumam Vitya tergagap. Pria itu tersenyum jahat menatap Vitya dan Eza.

TBC

Reaaaderrrsss..
Maap maap maap bgt agent-garuda updatenya lamaaa bgt bgt bgt..
Lagi banyak bgt urusan dikntr. Tapi akhirnya jadi juga part ini. Huft..
Sukak sukak bgt sama musuh dalam selimut (Mas Rey)
Mas Rey ga jahat kok,dia cuma sayang banget sm adeknya..
Hehe..
Pak Sanusi siapa? Coba baca lagi part 1 yah biar ngerti. Hehe..
Jangan lupa vommentnyaa.. :**

Agent GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang