12~Prita & Saepul

162 10 0
                                    

Setelah memarkir kendaraannya, Prita duduk di depan gedung Bandung Indah Plaza (BIP). Hari itu adalah hari Minggu sehingga pengunjung lebih banyak daripada hari biasanya. Berulangkali prita melihat jam tangannya. Prita memilih tempat duduk sesuai dengan tempat yang telah disepakati. Dia memesan kopi dan kue brownis di sebuah kafe di gedung itu. Banyak orang-orang di situ mengenalnya. Mereka mengajak berjabat tangan baik, laki-laki maupun perempuan. Tidak lupa mereka juga meminta tanda tangan. Prita melayaninya dengan sabar.

"Aduh, sorry ... nunggunya lama ya?" seorang lelaki muncul di hadapan Prita dengan nafas terengah-engah.

"Emang kamu habis dari mana dulu?"

Lelaki itu pun duduk.

"Jangan marah. Aku tadi habis dari Gramedia dulu. Cari-cari referensi buat skripsi."

"Jam berapa dari Majalengka?"

"Biasa. Nyubuh. Kalau nggak nyubuh, nanti kepegat macet di Cileunyi."

Prita dan lelaki itu kenal di dunia maya. Kemudian mereka bertemu di tempat yang sama setiap kali lelaki itu ke Bandung.

"Prita, kamu sekarang lagi sibuk banget ya? Aku lihat di Tivi, kamu masuk nominasi aktris terfavorit."

"Ya begitulah, Pul. Mudah-mudah aja menang. Malam penganugerahannya besok malam. Jangan lupa nonton ya? Kalau kamu lagi nggak sibuk, kamu boleh kok ikut langsung acaranya nanti di Sabuga."

"Wah merupakan suatu kehormatan yang begitu besara bagi saya. Tapi saya tidak bisa karena paginya harus berangkat kerja. Kalau nonton di tivi sih pasti. Ibu dan Abahku suka banget sama sinetron yang kamu peranin. Mereka tak pernah ketinggalan nonton."

"Masa?"

"Iya. Mereka tidak percaya kalau aku kenal denganmu. Mereka baru percaya jika kamu mau diajak ke rumah."

"Ha .. ha ... ha ... lucu. Iyalah nanti kalau ada waktu senggang saya ingin tahu kayak gimana Majalengka. Oya sepupu saya nanti ada acara bedah buku di Majalengka. Rencananya saya ikut. Nanti mudah-mudahan sempat main ke rumahmu."

Mereka terus asyik mengobrol hingga tidak menyadari bahwa banyak wartawan yang berkerumun dan siap-siap memberitakan gosip tentang mereka. Wartawan pun memberondong mereka dengan pertanyaan-pertanyaan. Saepul diam saja. Dia tidak berani berkata apa-apa. Dia menyerahkan semua pertanyaan itu kepada Prita. Dia hanya senyam-senyum ketika wartawan menjepretnya.

"Ya, kami memang sedang dalam rangka penjajakan. Kami awalnya berkenalan di dunia maya," ucap Prita dengan enteng sambil menggandeng tangan Saepul dan sesekali di bersandar di bahu lelaki itu.

Saepul merasa aneh dengan tingkah laku Prita, tetapi dia tidak berani berkata apa-apa. Dia menyimpan pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan nanti setelah wartawan tidak ada.

"Sudah berapa lama Mbak Prita pacaran?"

"Mmm ... baru juga sekitar tiga bulanan."

"Ada komentar dari Saepul?" celetuk seorang wartawan.

"Enggak ... enggak ... semuanya sudah terwakii dari yang tadi Prita katakan," jawab Saepul.

Setelah wartawan tidak ada ada, Prita segera melepaskan genggaman tangannya.

"Sorry banget ya ..."

"Nyantai aja ... Cuma aku jadi penasaran kenapa kamu bohongi wartawan. Kita kan nggak pacaran?"

"Iya ... iya aku ngerti. Aku malu dan ngaku-ngaku pacaran sama kamu, karena tiap kali wartawan nanya soal pacar, aku selalu saja jomblo."

"Ooo jadi gitu ceritanya ... ya sudahlah lanjutkan saja ceritanya. Syukur-syukur jadi beneran ... he ... he."

Negeri Impian🌠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang