"Iya ... Iya Pak. Saya sudah persiapkan semuanya. Di sana kita akan menggelar pameran di beberapa tempat. Menurut panitia di sana kita akan menggelar di New York Square dan Central Park. Katanya ada peluang untuk kota-kota lainnya seperti Washington, California, Chicago, New Orlean, dan San San Francisco. Tapi masih belum pasti."
"Ya sama-sama, Pak. Sukses untuk kita semua."
Prita meletakkan gagang telepon. Dia segera berlari menemui mamanya.
Dia memeluk mamanya dan mencium pipi kanan dan pipi kiri mamanya.
"Ada apa ini? Kamu kayak baru nemu harta karun aja?"
"Ma, aku memang sudah nemu harta karun. Impianku pengen ke Amerika akhirnya kesampaian juga. Minggu depan, aku berangkat untuk menjadi duta batik Indonesia untuk Amerika."
"Benaran? Berapa lama kamu di sana, sayang?"
"Dua minggu. Aku sekalian pengen cari informasi mengenai peluang karirku di sana. Doain ya, Ma."
Mata Prita berbinar-binar. Dia melangkah ke kamarnya sambil bernyanyi-nyanyi. Sesampai di kamar dia menuju ke daun jendela memandangi lanskap ibu kota Jakarta yang padat dengan bangunan-bangunan tinggi dan jalan-jalan yang kerap kali macet. Dia menengadah ke atas, membayangkan dirinya sudah berada di Amerika tengah berjalan di atas catwalk memperagakan busana berbahan batik dengan beragam corak. Dia pun membayangkan dirinya tengah diwawancarai oleh wartawan media-media terkemuka di Amerika.
"Miss Prita, bagaimana perasaan Anda menjadi duta batik?" tanya seorang wartawan bule.
"Amazing. Aku sangat bahagia. Aku bangga bisa menjadi duta batik karena batik adalah warisan budaya asli bangsa kami."
"Menurut Anda, bagaimana respon masyarakat Amerika terhadap Batik?"
"Mereka sangat apresiatif. Aku sangat tersanjung karena ada di antara masyarakat Amerika yang usai acara fashion show langsung membeli tidak hanya satu stel pakaian, tapi mereka sampai membeli untuk seluruh anggota keluarganya. Dia membelinya untuk suami dan anak-anaknya."
Lamunan Prita meloncat ke kota San Francisco. Dia membayangkan dirinya berada di atas mobil yang melaju dengan kecepatan penuh meluncur di atas golden gate. Dia juga membayangkan berdampingan dengan selebriti ternama seperti Leonardo Di Caprio, Mel Gibson, Clive Owen, Pierce Brosnan, dan Bradd Pit. Dia membayangkan dikelilingi oleh para selebriti ternama itu.
***
Seperti yang direncanakan Prita bersama rombongan yang lain berada di Amerika selama dua minggu. Mereka menggelar acara di sejumlah kota di Amerika sesuai rencana. Mereka pun kembali ke Indonesia dengan membawa kesuksesan yang luar biasa. Selain diapresiasi oleh masyarakat Asli di Amerika, orang-orang Indonesia yang bermukim di sana pun sangat antusias. Mereka mengaku sangat mencintai budaya Indonesia. Meskipun mereka tidak tinggal lagi di Indonesia, mereka tidak akan meninggalkan tradisi leluhurnya.
Prita merasa sangat berterima kasih kepada seorang Indonesia yang tinggal di Amerika. Dia bernama Hari. Dialah yang sering melaksanakan pegelaran kesenian untuk mengenalkan budaya Indonesia di Amerika. Dia juga menawari Prita untuk main ludruk dan opera jawa di sana.
Pulang ke Indonesia, Prita melakukan persiapan untuk segera menuntaskan kuliah. Dia juga mempersiapkan keuangan untuk biaya kuliah di Amerika. Lalu enam bulan kemudian Prita berangkat untuk berjuang menaklukkan industri perfilman Amerika. Tentu saja bukan perjuangan yang mudah. Begitu banyak ujian yang telah ia alami. Dia mengalami penipuan oleh seorang produser bule. Produsernya menawarinya sebuah peran, namun ternyata produser bermaksud untuk melecehkannya. Prita memproses kasusnya dalam sebuah pengadilan. Dia tidak mau harga dirinya direndahkan oleh orang kulit putih. Dia tidak mau penjajahan yang dulu pernah dialami bangsanya terulang lagi.
Cukup lama Prita menganggur karena sejumlah tawaran yang datang padanya meminta dirinya untuk beradegan telanjang di depan kamera. Sempat pula dia putus asa, karena perjuangan yang dihadapinya tidak semudah yang dipikirkannya.
Dalam keadaan yang sulit karena perbekalan yang makin menipis, Prita dibantu oleh sepupunya untuk segera menyelesaikan kuliahnya. Sambil menyelesaikan kuliah dia bekerja sebagai pemain opera di sanggar yang dikelola Hari. Meskipun pendapatannya tidak seberapa, tapi setidaknya dapat membuat Prita bertahan. Usai kuliah, barulah kesempatan yang ditunggu-tunggunya itu datang. Dia mendapatkan sebuah tawaran peran yang menurutnya cukup bagus. Tanpa pikir panjang, dia menerima tawaran itu. Karakter yang diperankannya itu telah mengantarkannya pada kesuksesan.
Prita tersadar dari lamunannya. Dia tiba-tiba meneteskan air mata. Air mata itu merupakan cerminan dari berbagai perasaan yang dia rasakan: bahagia, bangga, dan puas atas pencapaian harapan yang telah ia peroleh selama ini. Dia harus bersiap-siap untuk mendulang kesuksesan berikutnya. Dia berharap film Life Is Beautifull yang diperankannya bersama Tom bisa mendulang kesuksesaanya di Piala Oscar , Grammy Award, atau di Golden Globe Award. Dia sangat optimis untuk bisa meraih salah satu penghargaan bergengsi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian🌠
EspiritualNEGERI IMPIAN | a novel © 2016 by Jahar #87 Spiritual 310716 Sepotong kisah tentang Iqbal, Prita, Hamza dan bayang-bayang Zaskia di Amerika. Hamza, anak cerdas yang membutuhkan sosok ibu. Sosok ibu hanya bisa dia dapatkan dari Prita, sepupu ibun...