Bagian 1

551 30 4
                                    

"Aya.! Ya', kamu ga jadi pergi kan? Kamu ga akan ninggalin aku kan?" suara sayu keluar dari mulut pemuda berambut ikal dengan pakaian seragam putih abu-abu yang masih penuh dengan coret-coretan tanda kelulusan. Dengan hembusan nafas tak beraturan dan peluh yang bercucuran di sekujur tubuh, dia berusaha tidak mempercayai tentang kenyataan bahwa gadis belia yang berdiri tepat di depannya kini akan pergi meninggalkannya. Gadis yang dia panggil dengan nama Aya itu hanya bisa berdiri terdiam dan menangis.

"Ma-maafin aku, Ris. Tapi aku janji, aku akan sering hubungin kamu." Ucap Aya dengan sesekali sesenggukan. Pemuda yang ternyata bernama Haris tadi langsung memegang pundak Aya dengan harapan dapat memberikan ketenangan.

Tuuuuttt....tuutttt......!!!!!

Perlahan Aya melepas tangan Haris dari pundaknya. "Kereta apinya udah datang Ris, Aku tidak punya banyak waktu lagi. Keputusanku sudah bulat, aku akan pergi dari kota ini. Jaga diri kamu baik-baik ya." Ucap Aya berusha terlihat tegar untuk menutupi kesedihan di hatinya.

"Tunggu Ya! izinin aku untuk memeluk kamu sebelum kamu ninggalin aku." Pinta Haris yang seakan-akan tidak akan bertemu lagi.

Aya mengangguk pelan. Kalau hal ini yang bisa membuat orang yang hampir dua tahun ini disayanginya merasa sedikit lega, Aya pasti akan melakukannya.

Meski begitu berat, Aya memang harus melakukan ini. Entah bagaimana dunia mengatur hidup Aya. Tiba-tiba seorang wanita cantik dan kaya mendatangi rumahnya untuk membawanya pergi ke rumahnya di Bogor. Wanita itu mengatakan kalau dia kehilangan salah satu anak kembarnya yang menurut pihak Rumah Sakit berada di tangan ibunya Aya. Dan yang lebih mengagetkan ternyata Ayalah anak yang dicarinya. Ibu Aya memang tidak mengetahui begitu jelas mengenai asal-usul Aya. Aya memang bukan anak kandungnya. Salah satu temannya menitipkan Aya karena tidak sanggup memelihara Aya. Kalau dengan orang tua kandungnya nantinya Aya bisa lebih bahagia, ibu Aya tak punya alasan lagi untuk menahannya.

***

Kini Aya memasuki kehidupan baru, lingkungan baru, dan keluarga baru. Berat baginya untuk meninggalkan keluarganya, adik-adiknya, dan teman-temannya yang sudah menemaninya hampir tujuh belas tahun ini. Apalagi harus meninggalkan seseorang yang sangat dia sayangi. "Haris, maafin aku." Tutur hati Aya.

Setiba di Bogor Aya dibawa ke sebuah rumah yang selama ini belum pernah dia bayangkan. Dia masih ragu apakah semua ini nyata?, hidup sebagai putri dari seorang wanita yang cantik dan rumah yang begitu megah.

"Aya, mulai sekarang kamu akan tinggal di rumah ini. Kamu pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Karena kamar kamu belum selesai disiapkan, untuk sementara kamu bisa istirahat di kamar tamu dulu. Kamu tidak keberatan kan?" tutur wanita cantik yang tidak lain adalah ibu kandungnya.

"Apa?" Aya baru tersadar dari lamunannya. "Ah iya, saya tidak keberatan Bu."

"Bunda, Aya bisa panggil Bunda. Bunda tau pasti Aya belum terbiasa, tapi Bunda bisa mengerti." Tiba-tiba raut wajah wanita itu berubah sendu. "Maafin Bunda, Aya. Bunda harusnya bisa mencarimu sedari dulu."

"Tidak perlu minta maaf Bu, maksud saya Bunda. Ibu..., maksud saya ibu angkat saya sudah menjelaskan semuanya." Aya merasa tidak enak. Awalnya dia sempat kesal kepada orang tua kandungnya, kenapa tega memberikannya kepada orang lain. Tapi setelah mengetahui keseluruhan ceritanya, Aya perlahan bisa mengerti dan menerima.

"Makasih Aya, mungkin sekarang kamu lebih baik istirahat nak." Setelah mengantarkan Aya ke kamar tamu, wanita itu pamit dan mengecup puncak kepala Aya.

***

"Bi, kaset CDku kemarin ditaruh di mana ya, Bi?" suara seorang cowok yang sedang mencari-cari kasetnya.

"Mungkin di kamar tamu, Mas." Balas Bibi.

Cowok itu langsung menuju kamar tamu. Tanpa mengetuk pintu dulu dia langsung nyelonong masuk menuju sebuah meja yang terletak di sudut kamar.

"Ah,, ternyata disini." Setelah menemukan kaset yang dicarinya, dia baru sadar kalau di kamar tamu ada seorang cewek yang sedang tidur. Karena penasaran, cowok itu berusaha mendekat pelan-pelan mencoba mengenali siapa cewek itu. Tiba-tiba keningnya berkerut samar pertanda dia sama sekali tidak mengenali cewek itu.

Sebelum beranjak keluar, dia merasakan udara yang sangat dingin berasal dari celah kamar. Dia berbalik dengan niat ingin menyelimuti tubuh cewek yang sudah terlihat lelap dalam tidurnya itu. Tapi hasilnya...

Bersambung...

Hallo readers! Jumpa lagi dengan cerita sederhanaku. Tapi sebelum itu aku ingin ucapin Selamat menempuh ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankan 😊

Masih dengan cerita klise, karena cerita yang kubagi kali ini adalah salah satu cerita lain yang juga kutulis saat masa sekolah dulu.

Tetep kalian bisa ngevote kalau cerita ini berkenan, dan comment buat ngasih kritik dan saran.

Selamat membaca dan semoga terhibur... 😉

Don't Blame AnyoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang