Bagian 7

161 8 0
                                    

Setelah semua beres, Fatur turun dari stage dan ingin menemui Virsay dan segera menyapa Bunda sama adiknya, Aya. Fatur cukup lega ketika akhirnya kedua matanya menemukan tempat keluarganya berada. Tapi kelegaannya tidak berlangsung lama ketika dia mendapati seseorang yang sudah lebih dulu bercengkrama dengan mereka.

"Loh, itu kan Fatur. Tur, sini!" Panggil Bunda.

Angga yang masih curiga setelah mendapati Bunda datang dengan Aya perlahan-lahan mengalihkan pandangannya menuju arah datangnya Fatur, setelah dari tadi mencoba meminta penjelasan dari Aya yang kini bersembunyi di balik punggung Bunda untuk menghindari tatapan mata Angga. Fatur sengaja memelankan langkahnya. Dia tidak tau kenapa dia kurang nyaman dengan kenyataan yang sudah dari tadi diduganya, kalo sosok yang membuat sahabatnya kasmaran tidak lain adalah Aya adik kembarnya sendiri. Meski Angga belum menjelaskannya, semua sudah tampak jelas di mata Fatur.

Setelah semua berkumpul pada satu meja, Fatur akhirnya menjelaskan semua tentang hubungannya sama Aya kepada teman-teman bandnya dan juga Virsya. Angga dan Virsya begitu terkejut. Dalam benak Virsya, mimpi apa dia harus berurusan dengan Aya lagi. Tiba-tiba dia merasa panik, bagaimana kalau Aya menceritakan semua ancaman dan perlakuannya kepada keluarga baru Aya termasuk Fatur yang kini masih sebagai kekasihnya? Fatur pasti akan marah besar dan bakal memutuskannya. Tapi sebelum semua itu sampai terjadi, Virsya akan mencegah Aya. Lamunan Virsya dibuyarkan dengan sentuhan Fatur di tangannya tiba-tiba.

"Kamu kenapa Vir?" bisik Fatur. Virsya hanya menggeleng pelan. Aya yang memperhatikan tingkah laku Fatur tiba-tiba berhenti pada genggaman tangan Fatur yang sangat erat di tangan Virsya. Entah kenapa pemandangan itu membuat dada Aya sedikit sesak. Tapi itu tidak berlangsung lama saat Angga tiba-tiba meminta ijin pada Bunda untuk mengajaknya ngobrol berdua.

"Bunda, boleh pinjam Aya sebentar?" Bunda hanya mengangguk. Dan anggukan itu sukses membuat Angga tersenyum lega.

"Tapi Bund?" Aya yang merasa belum siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan Angga nantinya, berharap ada yang membantunya mencegah ajakan Angga.

Karena tidak ada penolakan dari Bunda, Angga langsung menarik tangan Aya. Tapi saat mereka melangkah beberapa saat, tiba-tiba Fatur menarik tangan Angga. Otomatis langkah mereka terhenti. Semua yang masih berada di meja sempat terkejut.

"Jadi 'dia' itu adik kembar aku sendiri Ngga?" tanya Fatur akhirnya sambil melepas tangan Angga. Angga hanya terkekeh, semua tertawa kecuali Aya dan Virsya.

Aya merasa bodoh tidak tau apa-apa dengan yang mereka tertawakan. Sedangkan Virsya sungguh kesal. Karena lamunan kepanikannya, dia sampai mengabaikan sikap Angga yang semakin dekat dengan Aya. Tapi dia ga mungkin menunjukkan kekesalannya di depan Fatur dan Bundanya.

Dan anehya setelah Angga dan Aya berlalu, Fatur juga mengalami apa yang dirasakan Virsya. Tapi sesegera mungkin dia menghapus perasaan itu. Bagaimanapun Angga adalah sahabatnya, dia ga mungkin menghalangi sahabatnya untuk bisa bahagia bersama adiknya. Siapa tau Angga bisa merubah sikap Aya.

Angga membawa Aya ke suatu tempat yang tidak jauh dari meja tempat mereka berkumpul tadi, tapi suasananya lebih privasi. Malam ini memang agak spesial, bandnya manggung tepat di saat perayaan ulang tahun cafe yang sudah enam bulan ini menerimanya untuk mendapat penghasilan tambahan. Tangan Angga masih menggenggam erat tangan Aya, dia enggan melepaskan meski Aya sedikit meronta. Aya yang merasa bersalah kepada Angga mau tidak mau pasrah saja terhadap perlakuan Angga. Sampai membuat Angga gemas saja karena dari tadi tidak berani mengangkat wajahnya. Setelah menemukan tempat duduk, Angga akhirnya melepaskan genggamannya dan mencoba menatap wajah Aya.

"Ya', aku tau kamu merasa berhutang banyak penjelasan kepadaku. Tapi kalau kamu belum siap, aku ga akan maksa. Jadi, jangan terus menundukkan wajahmu." Aya akhirnya perlahan mengangkat wajahnya tapi dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca. Tapi bukan Angga namanya kalau tidak bisa merubah suasana hatinya. "Kamu ga kangen sama wajah yang tampan ini?" tanya Angga dengan ekspresi lucu yang dibuat-buat.

"Yee,,, hueekk.." bales Aya dengan ekspresi jijik.

"Haha,, gitu dong. Ini Aya yang aku kenal. Jangan cemberut lagi ya." Tutur Angga sambil memberantakkan rambut bagian depan Aya.

"Maaf ya Ngga, kalau aku sudah siap pasti aku cerita."

"Okey, miss cemberut." Jawab Angga yang kini sudah merangkulkan tangannya ke pundak Aya.

Aya tidak pernah menyangka kalau bisa mendapatkan teman sebaik Angga. Pantes saja dia banyak yang suka, selain baik di fisik, sikapnya juga baik.

"Jangan melihatku seperti itu, entar bisa jatuh cinta loh." Goda Angga. Aya sontak mencubit pinggang Angga. "Auww..."

"Astaga Ngga, kamu nih ke-pd-an banget sih."

"Hahaha.. biarin."

Tawa mereka mengundang banyak mata untuk melihat. Mereka yang tidak kenal, mungkin menganggap Aya dan Angga adalah pasangan serasi. Malam ini, Angga bisa saja mengungkapkan perasaannya pada Aya. Tapi dia tidak mau merusak suasana hati Aya yang sudah mulai membaik. Dia cukup puas kalau sudah melihat Aya tersenyum seperti sekarang ini.

Sementara itu, Fatur dan Virsya yang tidak sengaja melihat mereka tiba-tiba terdiam terpaku dengan ekspresi yang sama-sama tidak bisa dijelaskan. Kalau Virsya semakin medongkol hatinya, lain lagi dengan Fatur. Dia tidak bisa menjelaskan perasaan apa yang tiba-tiba merayapi hatinya.

"Fa-tur."

Bersambung...

Don't Blame AnyoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang