Bagian 4

177 12 0
                                    

"Seperti dugaanku, permainan kamu memang bagus."

Aya langsung mencari sumber suara yang ternyata sudah berdiri dan berjalan di sampingnya. "Ah, biasa aja kok." Aya tiba-tiba merasa banyak siswa yang tiba-tiba mengawasi mereka. "Kayanya kamu banyak yang ngefans ya. Kok banyak cewek yang jutek ngeliat aku jalan beriringan sama kamu."

"Kamu bisa aja. Tapi mungkin  benar juga sih, cewek sini selalu syirik ngeliat cewek cantik kaya kamu." Jelas cowok yang menjabat sebagai ketua klub voli.

Tiba-tiba Aya berhenti dan menghadap ke arah lawan bicaranya dengan menyipitkan kedua matanya.
"Angga." Cowok itu langsung mengulurkan tangan kanannya sebagai tanda perkenalan.

Lama Aya tidak langsung memberi respon, tapi akhirnya menerima uluran tangan Angga. "Sepertinya aku tak usah memperkenalkan diri lagi." Senyum merekah pada bibir keduanya.

Ketertarikan Angga ke Aya semakin kuat setelah lebih mengenal karena berada dalam klub yang sama. Aya memang teman yang menyenangkan. Angga pasti akan merasa sangat senang kalau dia bisa menjalin hubungan dengan Aya lebih dari hubungan pertemanan.

***

Jujur, setelah dua minggu pindah ke Bogor, Aya lebih senang berada di sekolah daripada di rumah. Karena kalau sudah berada di rumah, tidak ada kerjaan lain selain bertengkar dengan Fatur, saudara kembarnya.

"Bagus ya, gini hari baru pulang sekolah. Bukannya minggu ini masih pekan UAS? yang harusnya kamu bisa pulang lebih awal." Sebelum Aya sempat menjawab, Fatur menyela lagi. "Kenapa? Latihan voli lagi? Tapi nyatanya... ditambah pacaran juga kan? Kamu mah enak, aku yang dimarahi Bunda." Cetus Fatur yang berdiri di dekat pintu utama menyambut kedatangan Aya.

Rasanya Aya ingin sekali memplester mulut saudara kembarnya yang suka menyindir ini. Aya bisa saja membalas tuduhan Fatur terhadapnya. Tapi kalau diteruskan pasti akan jadi perdebatan yang ga ada habis-habisnya. Jadi dia lebih memilih mengacuhkannya.

Entah kenapa Aya dan Fatur tidak pernah bisa akur. Masalah inilah, itulah. Apakah karena mereka belum bisa menerima dengan status baru mereka sebagai saudara kembar?  Memang, dilihat dari segi fisiknya saja sudah sangat berbeda, apalagi sifatnya.

***

"Ris, kamu kemana aja sih? Aku hubungin kok ga nyambung-nyambung. Kalau nomor kamu ganti kok ga kasih tau aku." Keluh hati Aya yang tidak berhenti mantengin layar hpnya.

"Oh ternyata kamu disini, Ya." Virsya tiba-tiba datang bersama temen segenknya.

"Mau apa kalian kesini? Mau cari gara-gara lagi?!" balas Aya yang sedikit terkejut melihat kedatangan mereka. Bukan tanpa alasan Aya mencurigai mereka. Karena sudah beberapa kali mereka mengerjai Aya pada saat latihan voli sebelumnya.

"Eh, lancang kamu ya. Kamu disini itu masih kelas X, siswa baru lagi. Kamu ga pantas berbuat ga sopan sama kakak kelas." ucap salah satu anak buah Virsya dengan postur berlebih.

"Oh ya?! Kok, aku ga ngerasa ya." Jawab Aya santai.

"To the point aja ya, aku ga suka ngeliat kamu jalan sama Angga. So, jauhin dia. Kamu ingat itu!" ancam Virsya dengan menekankan jari telunjuknya ke kening Aya.  "Yuk cabut!" Virsya dan gengnya pun berlalu.

Di Kantin Sekolah,

"Hei, bengong aja. Udah pesen belum?" tanya Angga yang baru datang. Aya hanya menjawab dengan anggukan pelan. "Kamu lagi mikirin apa sih? Nilai UAS? Santai aja lagi." Tambah Angga yang memperhatikan raut wajah Aya yang tidak seperti biasanya.

Aya menggeleng lagi, tapi Angga masih menunggu penjelasan dari Aya. Sebenarnya Aya enggan mau menanyakan apa yang dari tadi dipikirkannya. Tapi kalo ga sekarang kapan lagi. "Emm, Ngga. Sebenarnya kamu punya hubungan apa sih sama Virsya?"

"Virsya? Ya teman lah." Jawab Angga santai sambil memakan pesanannya yang baru tiba.

"Emm,, tapi kalo aku perhatikan sepertinya dia menganggap kamu lebih dari seorang teman."

"Maksud kamu dia suka sama aku? Ya ga mungkin lah. Dia itu udah punya cowok anak SMA sebelah, namanya Fatur." Sangkal Angga yang tak berhenti memakan baksonya.

Sedang Aya, malah tersedak mendengar kalimat terakhir yang diucapin Angga.

"Kamu nggak papa kan, Ya? Nih minum dulu." Angga ikut cemas.

Setelah menerima tawaran minum dari Angga, Aya perlahan mengatur nafasnya. Dalam benaknya dia berfikir apakah Fatur yang dimaksud adalah Fatur saudara kembarnya. "Apakah kamu kenal dengan pacar Virsya?"

Angga tersenyum lega karena Aya sudah baik-baik saja. "Yups,,, kenal banget malahan. Kami sudah sahabatan dari kecil. SD dan SMP satu sekolah, tapi berpisah pas di SMA ini. Tapi kami masih sering ngeband bareng. Kapan-kapan aku bakal ajak kamu lihat pertunjukan bandku, dan disitu akan aku kenalkan kamu sama Fatur. Dia anaknya baik kok."

Penjelasan Angga sama sekali belum menjawab pertanyaanya. Apakah dia harus tanya nama lengkap pacarnya Virsya? Tapi kalau ditanya balik, Aya belum bisa menjawab kalau dia mepunyai saudara kembar bernama Fatur yang bersekolah di SMA sebelah.

"Udah hampir dua minggu aku belum ketemu sama Fatur. Kabar terakhir yang kudengar katanya Bundanya sudah menemukan saudara kembarnya yang ternyata ada di Bandung."

Bersambung...

Don't Blame AnyoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang