Bagian 2

260 20 1
                                    

Sebelum beranjak keluar, dia merasakan udara yang sangat dingin berasal dari celah kamar. Dia berbalik dengan niat ingin menyelimuti tubuh cewek yang sudah terlihat lelap dalam tidurnya itu. Tapi hasilnya...

"Kamu...? Kamu siapa?!" cewek itu langsung terjaga dan menarik selimut yang ada di depannya.

"A-aku.." belum sempat menjelaskan, tiba-tiba disela sama si cewek.

"Punya sopan santun ga sih? Masuk kamar ga pakai ketuk pintu dulu. Kamu kan cowok. Untung aku segera bangun. Kalau enggak, pasti kamu udah berbuat macem-macem kan?" cerocos si cewek yang tiba-tiba merasa panik dengan ekspresi wajah takut dan terkejut.

Mendengar ocehan si cewek, cowok berpostur tinggi dengan potongan cepak itu mengurungkan niatnya untuk menjelaskan. Dia malah terkekeh pelan, "Hei! Nyadar ga sih?! Siapa yang punya rumah? Lagian siapa juga yang tidur ga ngunci pintu dulu. Semua orang pasti berbuat kaya gitu. Tapi asal kamu inget, aku ga sebejat yang kamu pikirkan." Cowok itu langsung pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan bunyi keras dari pintu kamar yang setengah dibantingnya.

BLAMM..!!!

Cewek berambut ikal panjang yang tidak lain adalah Aya langsung terperanjat kaget. Setelah kesadarannya sudah penuh, dia baru ingat kalau sekarang dia tidak tidur di dalam kamarnya. Dia sekarang berada di kamar tamu di rumah megah yang baru ditinggalinya. Tiba-tiba benaknya bertanya-tanya, siapakah sebenarnya cowok itu? kenapa dia mengaku kalau ini rumahnya?

***

Keesokan paginya Aya sudah disambut dengan Bundanya di meja makan untuk sarapan. Tapi Bundanya tidak sendirian, ada cowok berpostur tinggi dan berseragam sekolah sama seperti yang dia pakai sekarang duduk di sebelahnya sambil menyantap sarapannya. "Cowok itu? bukannya cowok itu yang kemarin?" batin Aya.

"Aya, sini nak. Kita sarapan bareng-bareng." Ajak Bunda.

Tiba-tiba si cowok berhenti dari kegiatan makannya. Aya yang tersadar dari lamunannya segera menempati kursi kosong di sebelah Bundanya dan behadapan langsung dengan si cowok. Aya langsung menunduk, menghindari tatapan tajam si cowok.

"Oh ya, Bunda belum sempat mengenalkan kalian kemarin. Aya, ini Fatur anak Bunda yang tidak lain saudara kembar kamu."

"Apa?!" jawab Aya dan Fatur bersamaan. Aya dan Fatur langsung menghadap ke arah Bundanya dengan ekspresi yang sama-sama terkejut.

Aya selama ini mengira kalau saudara kembarnya seorang perempuan. Selama perjalanan dari Bandung ke Bogor otaknya selalu berfikir apakah saudara kembarnya begitu mirip dengannya? Apakah saudara kembarnya lebih cantik dan bagaimana penampilannya? Tapi kenyataannya saudara kembarnya adalah seorang cowok.

Berbeda dengan Aya, Fatur sudah tau kalau dia memiliki saudara kembar perempuan. Hanya saja dia benar-benar tidak menyangka kalau Bundanya sudah menemukannya lebih cepat daripada dugaannya.

Bunda menghadapi kedua anaknya dengan tersenyum. "Bunda tidak menyangka kalau kalian seterkejut ini. Sudah, ayo dilanjutkan sarapannya."

Tiba-tiba Fatur sudah tidak berselera melanjutkan sarapannya. "Fatur berangkat dulu Bund. Assalamualaikum."

"Fatur, habiskan dulu sarapan kamu. Fatur!" Suara Bunda perlahan meninggi.

Fatur langsung keluar tanpa mengindahkan panggilan Bundanya.
"Aya, maklumin sikap Fatur ya. Dia mungkin belum siap menerima anggota baru di keluarga ini." Aya hanya mengangguk pelan dan tersenyum memaklumi.

***

Setelah dikejutkan dengan lingkungan baru bersama ibu kandung dan saudara kembarnya, kini Aya harus mempersiapkan dirinya untuk beradaptasi di lingkungan sekolah baru. Awalnya Aya akan disekolahkan di sekolah yang sama dengan Fatur. Bundanya berfikir agar Fatur bisa menjaga Aya. Tapi penerimaan siswa baru di sekolah Fatur yang merupakan salah satu SMA favorit yang sudah memenuhi kuota, mau tidak mau Aya disekolahkan di SMA lain.

"Bunda sudah mengurus semua biaya administrasinya, Bunda harap Aya bisa kerasan di sekolah ini. Kalau ada apa-apa, Aya bisa langsung hubungi Bunda. Bunda pamit ya." Tutur Bunda sambil mengusap pelan rambut Aya.

Entah mengapa ada perasaan nyaman di hati Aya, apa karena sentuhan dari wanita yang tidak lain adalah ibu kandungnya? Karena masih merasa canggung, Aya hanya bisa berpamitan dengan mencium punggung telapak tangan kanan Bundanya. "Terima kasih banyak Bunda."

"Sama-sama Aya."

Setelah Bundanya berlalu, Aya berbalik menyusul seorang guru cantik yang beberapa saat lalu sudah menunggunya. "Baik Aya, saya akan mengantarkan kamu ke kelas kamu, kelas X B."

Aya mengangguk dan berjalan mengikuti guru cantik yang akan menjadi wali kelasnya yang baru, wali kelas X B.

Selama perjalanan menuju kelas barunya, Aya mengamati sekilas lingkungan sekolah barunya SMA Nusantara. Tiba-tiba tanpa diminta dia membandingkan dengan sekolah lamanya. Betapa dia sudah sangat merindukan sekolahnya yang lama. Meski tidak sebagus dan seelite sekolahannya yang sekarang, setidaknya dia sudah mempunyai banyak orang yang sangat menyayanginya di sana. Aya sampai sudah menganggap mereka sebagai keluarga keduanya. Bapak ibu dewan guru, teman-teman, tukang kebun, ibu kantin, dan yang pasti Haris, cowok yang selalu memenuhi pikirannya.

***

Sepulang sekolah,

"Ayo, cepat! Jalan aja kayak putri Solo."

Aya langsung mencari sumber suara, yang ternyata berasal dari cowok berseragam SMA tapi dengan atribut yang berbeda dengan seragamnya. Dengan masih duduk di atas motor dan helm yang menutupi kepala membuat Aya bertanya-tanya. Siapa cowok ini sebenarnya? Apakah cowok itu bertanya padanya? Karena jelas tidak ada orang lain di sana kecuali mereka berdua.

"Kamu ngomong sama aku?" akhirnya Aya memberanikan diri untuk bertanya.

Bersambung...

Don't Blame AnyoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang