Pet Shop dan Janji Jiwa

170 37 74
                                    

[flo's journal]

--Pet Shop dan Janji Jiwa--

~~~

Flo's : Pet Shop dan Janji Jiwa

Aku masih melamun dengan tangan yang mengusap-usap hidungku, berpikir kenapa Brian sampai tahu kalau aku memikirkan hubungan laki-laki itu dengan Danila. Atau jangan-jangan Ecan yang ember memberitahukan gosip itu ke Brian? Tapi tidak mungkin kan? Buat apa juga Ecan menggali kuburannya sendiri. Semakin dipikir aku semakin tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaanku itu.

"Flo!"

Dari suaranya yang dalam dan cowok banget sepertinya itu Juna. Benar saja, saat aku menoleh ke sumber suara aku bertemu dengan manik mata kecoklatannya yang indah. Oh, apakah aku sudah pernah bilang kalau Juna itu memiliki separuh darah korea dari ayahnya? Ya, Juna memiliki nama panjang Lee Hansol Julian Narendra. Itulah mengapa dia memiliki mata yang kecoklatan dan monolid khas orang Asia Timur.

"Ngapain lo bengong sendirian di sini? Bukannya pulang malah nongkrong di depan kelas."

"Lagi pengin aja siapa tahu dapet ilham dari Tuhan," sahutku asal.

Lalu fokus mataku beralih ke kalung kucing yang berada di tangan Juna, karena kalung itu mengeluarkan suara gemerincing nyaring saat tertiup angin. "Punya siapa tuh?" tanyaku setengah penasaran.

Juna pernah bercerita kalau dia memelihara tiga ekor kucing di rumahnya yang bak mansion-mansion di drama-drama korea. Dia memberi nama kucingnya Bongsik, Seol, dan Nal. Entah apa arti nama-nama kucingnya karena aku tidak begitu paham korea. Selama aku berteman dengan Juna, aku beberapa kali main ke rumahnya dan sering bertemu dengan kucing-kucingnya, bahkan kucingnya yang bernama Seol—seekor kucing calico dengan mata kuning menyala—sangat nurut kepadaku.

"Punya Seol, tadi pagi gue lepas, eh ternyata malah kebawa di tas. Hari ini jadwalnya Seol mandi di pet shop, lo mau ikut nggak ngemandiin dia?"

Tawaran yang memantul abis. Memang mantap betul abis!

Aku mengangguk-angguk layaknya hiasan mobil spiderman milik ayah yang dipasang di dashboard.

"Let's go!"

~~~

Kami berhenti di mansion mewah Juna untuk mengambil Seol. Dua orang pelayan keluar dari pintu megah mansion dan membukakan pintu mobil Juna. Aku sebenarnya tahu kalau Juna tidak pernah merasa nyaman dengan bantuan para pelayannya. Ia pernah mengatakan bahwa ia hanya ingin menjadi orang biasa saja, bukannya laki-laki dengan kekayaan yang berlimpah seperti ini. Saat ditanya alasannya kenapa, dia bilang nanti dia akan menceritakannya kepadaku kalau waktunya sudah tepat.

"Ada yang perlu saya bantu, Den Juna?"

"Bi Ina, tolong siapin kandang portabel-nya Seol ya," perintah Juna.

Bi Ina dan satu orang pelayan lainnya segera undur diri, mungkin untuk menyiapkan kandang portabel-nya Seol. Aku mengekori Juna yang berjalan menuju taman belakang rumahnya, tempat dimana ada paviliun kecil khusus untuk kucing-kucing peliharaan Juna. 

Sumpah, walaupun aku sudah beberapa kali menginjakkan kakiku ke mansion megah milik Juna aku tetap saja terkesima dengan keindahan interiornya, seperti mansion khas mediterania yang sangat megah.

Di ruang tengah, tepatnya di tengah langit-langit ruangan ada sebuah Chandelier Crystal Lamp berwarna rose gold yang terlihat mewah . Bentuknya seperti tetesan-tetesan air hujan yang indah. Waktu itu aku pernah bertanya pada Juna siapa yang mendesain chandelier tersebut. Juna dengan entengnya bilang kalau itu hasil karya desainer yang didatangkan langsung dari Prancis! 

Flo's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang