Storm and Thunder (1)

30 6 4
                                    

[flo's journal]

--Storm and Thunder (1)--

~~~

Flo's : Storm and Thunder (1)

Aku membuka laci meja belajarku, hari ini aku ingin menulis lagi di jurnalku. Biasanya aku hanya menulis disaat terjadi hal-hal penting. Sambil menyenandungkan lagu Vintage milik Niki, aku mencari buku bersampul merah muda tersebut. Setelah menggeledah sampai ke bagian bawah laci, ternyata aku tidak bisa menemukan buku tersebut.

"Loh, perasaan gue taruh disitu deh," gumamku.

Kali ini aku membuka laci lain di meja belajar, tapi aku tidak menemukan apapun. Mulai panik, kini aku mencari di laci kecil dalam lemariku, tapi sama saja, aku tidak bisa menemukan buku harianku.

Aku panik. Kuambil ponselku dan memulai panggilan grup dengan Viona dan Novi. Tidak berapa lama dua sahabatku itu mengangkat panggilanku.

"Guys, kalian liat jurnal gue nggak?"

"Lah, mana gue tau, gue kan ikan," jawab Novi asal. Terdengar suara kunyahan, sepertinya Novi sedang nonton drakor favoritnya sambil makan kripik kentang life is never flat rasa barbeque.

"Bukannya lo simpen di loker ya, Flo?" Viona menjawab dengan lebih manusiawi.

"Eh iyakah? Loker mana ya Ruangan Prodigy atau loker kelas?" tanyaku.

"Emang di rumah ga ada,Flo?" Novi bertanya sambil mengunyah kripiknya.

"Ngga ada, gue udah nyari kesetiap sudut kamar cuy."

"Fix keknya di loker dah, besok gue bantu cariin deh."

"Iya, paling ketinggalan di loker."

Aku sedikit lega setelah mendengar kemungkinan buku jurnalku yang tertinggal di loker kelas atau mungkin di loker prodigy. Pasalnya, tiap anak punya kunci lokernya masing-masing, tidak mungkin kan buku jurnalku hilang. Lagipula, siapa yang akan mengambil buku merah muda yang bahkan tidak bisa dijual lagi?

Mungkin hanya orang kurang kerjaan yang tiba-tiba mencuri buku jurnal milik orang lain.

Beranjak dari dudukku aku mengambil tabung kecil bening berisi obatku dan mulai meminumnya. Setelahnya aku menggunakan cream malam, lalu berjalan menuju kasur untuk tidur.

Tubuhku terlalu lelah untuk kembali belajar. Lagipula, aku sudah ikut belajar sembari mengajari Brian, sore tadi.

Selamat tidur, Florensia Ayana!

~~~

"Hai girls, sibuk amat pagi-pagi udah bersihin loker." Ecan yang baru datang menepuk bahuku dan Viona membuatku dan Viona menatapnya dengan tatapan datar.

"Bukan bersihin loker tapi nyari barang," kataku ketus, karena sedari tadi aku tidak menemukan apapun di lokerku. Hanya ada buku paket, kaus olahraga, dan sebuah headset lilac yang sering aku gunakan saat belajar.

"Hah barang apaan?" tanya Ecan penasaran. 

"Buku jurnal gue, warna pink."

Novi yang dari tadi ku suruh memegang buku-buku paket meletakkan buku paketku ke dalam loker. "Kayanya ngga di sini, tapi di Ruang Prodigy kali."

Aku memandang Novi dan Viona. "Yaudah kalo gitu ntar sebelum pulang sekolah gue cari sendiri di Ruang Prodigy," kataku.

"Serius, ngga mau ditemenin, Flo?" tanya Novi, senyuman sahabatku itu mengembang. Aku tahu kalau dia punya perasaan lebih pada Andrean, laki-laki yang merupakan salah satu anak olimpiade komputer.

Flo's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang