[flo's journal]
--Storm and Thunder (2)--
~~~
Flo's : Storm and Thunder (2)
+62812345xxxxxx
Lo mau semua rahasia lo aman? Keluar dari kontingen kimia, lo nggak dibutuhin lagi di prodigy.
"Ini namanya ancaman, Flo," kata Novi, teman baikku itu menekan tombol dial untuk menelepon si pengirim pesan ancaman, tapi tidak berhasil tersambung.
"Emang anjing nih orang kaya gini!" maki Novi, lalu mengurut dahinya yang sepertinya mendadak sakit.
"Vio, menurut lo gue harus gimana?" tanyaku pada Viona yang sedari tadi lebih banyak diam.
Viona berjengit kaget, "Gimana, Flo?"
"Menurut lo gue harus gimana? Gue kesel ada orang yang ngancem-ngancem gini, pake segala nyuruh gue keluar dari kontingen olimpiade."
"Hmmm, Flo, gue juga bingung banget. Menurut gue kita tunggu sampe si pengancam ini bertindak. Terus buat strategi, buat nangkep si pengancam. Mau ngga mau harus dikasi hukuman, mau dari lo atau dari sekolah, karena hal kaya gini tuh udah ngga bener banget."
"Setuju, Vio. Menurut gue juga gitu. Terus kita juga coba cek CCTV, siapa yang terakhir ke kelas dan ngutak-ngutik loker lo. Bisa jadi dia ada hubungannya sama pelaku," kata Novi.
Mereka benar, kami harus segera mengecek CCTV ruang kelas dan koridor kelas.
Tapi baru saja kami melangkah keluar kelas untuk menuju ruang keamanan, seorang yang kutahu bernama Rendi, teman segrup Brian dalam lomba PUBGM sudah berdiri di pintu, menghalangi jalanku.
"Ren, lo ngapain nangkring di pintu kelas orang?! Minggir sana!" tegur Novi, jangan heran temanku memang se-barbar itu.
Rendi menatapku, "Flo kan?"
"Iya, lo...Rendi?"
"Gue saranin lo di kelas sampe selese istirahat, orang-orang sibuk di mading," katanya.
Aku mengerinyit, apa hubungannya orang-orang sibuk di mading dengan aku yang tidak boleh keluar kelas sampai selesai istirahat?
"Maksud lo apa sih Zubaedah? Gue sama Flo dan Vio butuh keluar dari kelas sekarang, ada hal yang lebih penting daripada dengerin kata-kata lo yang ngga jelas," sentak Novi, Rendi sampai tersingkir dari pintu kelas.
Segera aku keluar dari kelas bersama dengan kedua kawanku. Saat hendak melewati mading--yang tumben sekali ramai oleh siswa-siswi SMA Garuda--tanganku dicekal oleh seseorang dengan bau parfum yang sangat aku kenali. Wangi ini...
"Ikut gue."
~~~
Orang itu membawaku ke ruang musik. Menutup pintunya setelah memastikan tidak ada orang yang berkeliaran di sekeliling ruang musik.
"Jun, ada apa?"
Juna menatapku dengan tatapan khawatir.
"Lo belum liat mading kan?"
"Belum, tadi kan mau ngelewatin sama lo malah diseret kesini, Viona sama Novi nyariin gue, nih," kataku sambil menunjukkan layar ponsel yang penuh dengan spam chat grup Garuda Centil Ceria, grup chatku dengan Novi dan Viona.
"Nanti gue kabarin mereka, mereka pasti nanti paham. Tapi Flo, kenapa lo ngga pernah cerita ke gue?" tanya Juna.
"Maksud lo, apa, Jun? Cerita apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flo's Journal
Teen FictionFlorensia Ayana. Flo itu cewek pintar peraih mendali emas olimpiade kimia yang selalu mewakili sekolahnya. Tapi untuk masalah hati, Flo sangat bodoh. Sebut saja Brian Dharmawangsa, laki-laki beruntung yang berhasil mencuri hati Flo. Tapi semakin Flo...