Before the Storm

40 11 26
                                    

[flo's journal]

--Before the Storm--

~~~

Flo's : Before the Storm

Kepala Sekolah SMA Garuda mengumpulkan anak-anak prodigy di Ruangan Prodigy. Katanya hari ini akan ada pengumuman penting, oleh karena itu kepala sekolah sendirilah yang mengumumkannya.

Aku duduk semeja dengan Danu dan Zahra, dua rekanku di kontingen kimia. Setelah pengumuman akan ada try out yang menentukan peringkat kami masing-masing. Setiap sebulan dua kali memang diadakan try out tersebut supaya kami tetap semangat meningkatkan pengetahuan yang kami miliki. Biasanya peringkatnya akan dibuat per mata pelajaran. Selama ini aku selalu ada di peringkat pertama, Zahra dan Danu seringnya di kedua atau ketiga. Tapi sebenarnya perbedaan skor kami sangat tipis.

Walaupun ada pemeringkatan seperti itu, tetap saja kami bertiga yang akan dikirim mewakili sekolah dalam ajang olimpiade. Tahun lalu juga kami menyabet emas, perak, dan perunggu. Bisa dibilang pemeringkatan ini hanya digunakan untuk menguji seberapa luas pemahaman kami selama dibimbing oleh pembimbing olimpiade.

"Selamat siang anak-anak. Senang sekali saya bisa bertemu dengan kalian setelah sekian lama. Hari ini saya akan mengumumkan pengumuman yang pasti bisa menambah semangat kalian dalam bersaing. Dalam olimpiade provinsi tahun ini, sekolah kita hanya akan mengirimkan dua orang sebagai perwakilan pada tiap-tiap mata pelajaran."

Menambah semangat bagaimana?

Ingin rasanya aku berteriak kesal. Gila, kami sudah mengikuti bimbingan hampir tiga bulan, dan kali ini harus ada satu orang dari tiap-tiap mata pelajaran yang keluar dari tim kontingen? Bercandaan macam apa ini?!

Aku mengedarkan pandangan, hampir seluruh anak memasang ekspresi terkejut yang sama. Ya tentu saja, kami punya mimpi yang sama yaitu memperoleh mendali di olimpiade. Kerja keras kami selama tiga bulan ini sungguh akan sia-sia jika kami gagal dan tidak mewakili sekolah kan?

Juna mengangkat tangannya, tanda ia ingin bertanya, "Apakah ketentuan ini dari dinas pendidikan atau kebijakan sekolah, Bu?"

Kepala sekolah kami tersenyum kecil, "Ini merupakan peraturan baru dari dinas pendidikan. Saya tahu pasti berat untuk kalian kehilangan salah satu teman di kontingen. Tapi, bukankan ini merupakan saatnya bagi kalian membuktikan diri bahwa kalian memiliki kemampuan yang mumpuni? Masih ingin bertanya lagi, Julian?"

Juna diam di tempatnya. Tidak terlihat ingin bertanya lebih lanjut. 

"Kalau begitu biar saya jelakan mekanismenya. Setelah try out hari ini, akan ada try out lagi dua minggu dari sekarang, try out itu merupakan try out terakhir yang menentukan siapa wakil yang mewakili sekolah dalam olimpiade. Seperti biasa pemeringkatan akan berdasarkan mata pelajaran masing-masing. Ada yang ingin ditanyakan lagi?"

"Apakah nanti satu orang yang tidak mewakili sekolah akan tetap ada di kontingen prodigy atau dikeluarkan, Bu?" itu Bima, laki-laki itu terlihat sangat serius saat bertanya.

"Tentu saja jawabannya jelas, Bima. Bagi yang gagal mewakili sekolah, akan dikeluarkan dari kontingen prodigy dan akan kehilangan hak-hak eksklusif yang dimiliki tiap anak prodigy," jawab Bu Kepsek dengan tenangnya.

Tatapanku dan Bu Kepsek bertemu dan dia memberikanku senyuman kecil. Sungguh, ini benar-benar gila!

"Kalau begitu, selamat menghadapi tryout hari ini. Saya undur diri terlebih dahulu."

Sungguh, saat ini aku tengah gelisah di tempat dudukku. Kebanyakan anak-anak yang ada di kontingen prodigy adalah dari kalangan ekonomi ke bawah. Selama mereka mejadi bagian dari prodigy, mereka tidak perlu membayar SPP tiap bulan. Selain itu keuntungan menjadi prodigy adalah apapun yang kita lakukan kita akan dilindungi oleh sekolah. Misalnya bolos kelas, guru-guru tidak akan memberikan kami poin karena kami bagian dari prodigy. Sebenarnya, aturan ini kadang membuatku kesal. Karena anak-anak reguler menganggap kami, para prodigy, si jenius yang tidak punya moral.

Flo's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang