The Day : Brian Battle

134 36 40
                                    

[flo's journal]

--the day: brian battle--

~~~

Flo's : The Day: Brian Battle

Halo jurnal! 

Ini udah hampir dua minggu lebih gue ngehindarin Brian. Awal-awal menghindar rasanya susah banget. Ya gimana enggak susah, tiap hari gue selalu ngeliat dia di kelas. Mana makin diliat makin cakep,kan kesel! 

Hari ini Brian bakal turnamen lawan SMA Se-DKI Jakarta di pertandingan PUBG Championship . Walaupun sebenernya gue masih kesel, tapi gue berniat ngedukung dia di istora malem ini. Gue udah minta temenin Vio dan Novi dan dua sahabat gue itu mengiyakan. Walaupun Viona sempet ngeluh kenapa gue tetep suka sama Brian padahal kelakuan Brian ga ada akhlak, tapi sahabat gue itu tetep mengiyakan permintaan gue. Viona emang sedikit tsundere sih.

Btw, kira-kira Brian kesel nggak ya kalo gue ngeprint mukanya besar-besar di banner?

Semoga engga deh ya.

Wish me luck 🍀

"Lo kenapa buru-buru banget? Baru juga Pak Haris selese nerangin, ini udah masang tampang minta pulang banget," komentar Juna, saat aku mengenakan ranselku yang berwarna lilac dengan gambar Ryan Kakaotalk.

Sebuah cengiran kuhadiahkan padanya, "Mau liat bebeb gue tanding dong, emang lo yang kerjanya les teros."

Untungnya di Ruang Prodigy hanya tersisa aku dan Juna, yang lain sudah keluar dari tadi, termasuk Danila yang nampak sangat terburu-buru keluar tadi. Aku tidak mempermasalahkan sih, paling-paling gadis itu berniat menyemangati Brian sebelum pertandingannya. Membayangkan wajah Brian yang senang karena disemangati Danila membuatku muak.

"Ya gue les juga tuntutan ortu, Flo," keluhnya.

Benar juga sih, orang tua Juna yang perfeksionis memang menginginkan anak laki-lakinya itu bisa menjadi sempurna dalam segala hal. Baik dalam pelajaran, maupun seni. Jadi tidak heran kalau jadwal laki-laki itu amat sangat melelahkan. Aku jadi merasa beruntung tidak dilahirkan di keluarga yang amat kaya-raya seperti keluarganya Juna.

"Iya iya, jadi mau bolos les dan nemenin gue nonton bebeb nggak?" tanyaku sambil menaik turunkan alis.

Juna menepuk-nepuk kepalaku, "Ga boleh kaya gitu, gue tau lo ga punya akhlak, tapi ga perlu ngerayu gue buat bolos les."

"Yeuu, tau gue pasti mbak-mbak yang ngajar piano cans banget sampe lo nggak mau bolos kan? Ngaku nggak lo!" ledekku, padahal aku tahu guru les pianonya itu bapak-bapak usia empat puluh tahunan yang rambutnya sudah beruban.

"Kalo gitu mah gue seneng ya, ini yang ngajar gue aki-aki. Mana bisa modus?" keluhan Juna malah terdengar menggelitik di telingaku. Akhirnya aku tergelak-gelak karenanya.

"Pindah les-lesan lah bois, jangan kaya orang susah gitu, katanya holang kaya," olokku.

"Yaudah ya gue mau liat ayang bebeb dlu,  bye." aku melambaikan tangan, meninggalkan Juna yang tengah menutup pintu ruangan prodigy.

Sekarang, saatnya ngambil banner di percetakan! 

Membayangkan mata Brian yang melebar saja sudah bisa membuat jantungku berdegup tak beraturan. Benar-benar kurang ajar efek Brian padaku.

~~~

"Halo Mas Bulan!" sapa ku ketika sampai di percetakan dekat SMA Garuda. Mas Bulan ini mahasiswa tingkat akhir yang mengambil kerja part time di percetakan Neo Percetakan. Dia pernah bercerita kalau ekonomi keluarganya tidak begitu bagus, jadi dia berusaha membayar uang kuliahnya dengan bekerja paruh waktu. Oleh karena itu, aku kadang jika dapat uang jajan lebih aku suka memberikan Mas Bulan camilan atau sekadar pulsa untuk beli paketan. Mahasiswa tingkat akhir kan juga butuh kuota untuk mencari jurnal-jurnal sebagai bahan menulis skripsi!

Flo's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang